I made this widget at MyFlashFetish.com.

Thursday, August 29, 2013

Dongeng Daerah Semakin Terlupakan di Negeri Ini


Saat Mendongeng kepada cucu. foto dok.Bimba-aiueo.com


Saat  saya masih kecil, dongeng sering kali diceritakan oleh ibu, bapak, nenek juga kakek, saat malam menjelang tidur. Beragam cerita khas daerah saban hari pasti diceritakan atau didongengkan. Dongeng dengan penokohan dari berbagai mitos seperti kancil dan binatang lainnya, legenda tentang kegagahan dan keperkasaan seorang disuatu daerah ataupun asal-usul kampung menjadi teman setia pengantar tidur yang ditunggu-tunggu. Sekarang tanpa terasa tahun berganti tahun sepertinya dongeng kian terkikis dalam arti semakin ditinggalkan dan telupakan.
Sampai saya meranjak dewasa, dongeng-dongeng daerah masih kerap diceritakan. Dongeng-dongeng tersebut tanpa lelah diceritakan kepada cucunya oleh almarhum nenek saat itu. Saya sering mendengar cerita daerah tentang asal usul kampung, cerita adat dan budaya kampung, larangan atau pantang Penti (larangan yang tidak boleh dilanggar-red), dengan artian dongeng-dongeng atau cerita tersebut berisi pesan moral yang baik.
Dongeng kura-kura dan beruk misalnya bercerita tentang kebaikan kura-kura sebagai pemilihara tanaman dan keserakahan si beruk yang sering merusak tanaman padi disekitar hutan tempat tempat penduduk berladang. Dua sosok, kura-kura dan beruk menjadi pembanding, penekanan cerita nenek di akhir cerita berpesan; berbuatlah seperti kura-kura yang bisa menjaga dan tidak boleh meniru sifat atau perilaku si beruk.
Dongeng lainnya tentang asal muasal nama kota Ketapang, kalbar berasal dari nama pohon yang namanya pohon Tapakng/Ketapang (nama latinnya Terminalia cattapa,spp.), konon katanya, saat itu kota Ketapang, Kalbar, banyak sekali ditumbuhi oleh pohon Tapakng atau Ketapang.
Dongeng tentang asal muasal adat Babantant  (membersihkan kampung halaman dari segala sakit penyakit dan menghargai alam sekitar). Asal muasal adat babantant, erat kaitannya dengan pesan moral akan kesadaran masyarakat kampung/adat yang saat itu berbagi bersama, menghargai tempat sekitar saat memulai dan mengakhiri kegiatan kampung agar terjaga dari sakit penyakit dan terhindar dari marabahaya. Saat ini pun, adat babantant masih dilakukan oleh beberapa kampung di daerah, biasanya babantant dilakukan dalam 2 tahun sekali atau 5 tahun sekali sebagai bentuk penghargaan akan lingkungan sekitar dan penghargaan akan ciptaan sang Duata (Sang Pencipta, Tuhan-red).
Dari beberapa dongeng atau cerita diatas, sebuah dongeng atau beberapa dongeng daerah atau bisa dikatakan cerita daerah sangat syarat dengan pesan moral yang baik. Hampir setiap cerita daerah memiliki pembanding tentang hal baik yang boleh ditiru dan hal yang buruk tidak boleh diikuti. Selain itu dongeng atau cerita daerah pasti mengisahkan tentang sejarah masa lalu walau terkadang masih berbentuk lisan dan ada beberapa yang terdokumentasikan dalam bentuk tulisan.
Sejatinya, dongeng khas daerah mampu menjadi dasar atau patokan pembelajaran kita saat ini. Realita berbicara, tutur cerita dari tradisi berdongeng  sudah semakin jarang terdengar. Adapun hanyalah tinggal beberapa saja yang masih mempertahankan. Dongeng sebagai bentuk warisan budaya tradisi masih sangat saying jika hilang, bagi anak sampai cucu nanti. Sebuah keprihatinan dan sangat di sayangkan memang. Banyak anak bahkan mungkin beberapa diantaranya enggan dan tidak tertarik lagi dengan dongeng-dongeng khas daerah yang dituturkan oleh Ibu, Bapak atau nenek mereka. Ironisnya mereka (saat sekarang-red), anak-anak lebih disuguhkan dengan cerita dari luar negeri lewat film melalui lewat televisi. Tidak hanya itu, keakraban akan nilai sejarah, adat budaya mulai terbawa luntur oleh teknologi terkini. Bahkan untuk berkumpul bersama dengan orangtua saja serasa tidak ada ruang lagi. Banyak anak-anak lebih memilih bermain dan menghabiskan waktu mereka hanya untuk kongko-kongko (ngumpul bersama teman-red) namun bahasan dongeng lebih pada realita trand masa kini yang mungkin sedikit banyak mempengaruhi gengsi dan pengaruh-pengaruh negatif.   
Tentunya dongeng atau cerita daerah ini 1-2 atau 3 dongeng yang ada dan masih banyak sekali  dongeng yang lainnya di negeri kita tercinta Indonesia (dari Sabang sampai Merauke), yang tentunya pasti memiliki muatan-muatan positif dan baik tentang ajaran, pendidikan dan falsafah dalam kehidupan masyarakat.
Entah lupa atau sengaja lupa, dongeng atau cerita daerah kian terkikis dan terlupakan. Akankah masih ada waktu untuk kembali ada dan menjadi tradisi lestari bagi anak dan cucu nanti tentang sebuah dongeng atau cerita khas daerah. Sebuah pengharapan tentunnya harus ada, jika semua mau dan mampu menghidupkan kembali tentang sebuah pesan tradisi melalui dongeng yang memiliki satu pesan berjuta arti dalam menjalani kehidupan ini, kapanpun dan dimanapun. Mudah-mudahan saja…

By : Petrus Kanisius “Pit”- Yayasan Palung

Tulisan yang sama dapat juga dibaca di :


Tuesday, August 27, 2013

Dolar Naik, Harga Karet di Daerah Turun VS Harga Kebutuhan RT Meroket, Tanggungjawab Siapa ?


Saat Menoreh (menyadap karet-red). foto dok. berita daerah.com

Nilai rupiah yang kian melempem terhadap nilai tukar dolar Amerika menjadi sebuah tanda tanya, akankah kita kembali krisis seperti dulu?. Harga karet sudah berbulan-bulan mengalami nasib serupa semejak bulan April lalu, sementara harga kebutuhan pokok semakin meroket saja. Siapa yang semestinya bertanggungjawab?.
Sejak sepekan, nilai rupiah kian melemah. Banyak berspekulasi nilai tukar rupiah terkoreksi anjlok akibat berbagai sentimen pasar, ada inflasi yang terjadi, permintaan dan penawaran yang tidak berimbang, meningkatnya pembayaran nasional bagi internasional, selain itu juga dipicu oleh beberapa ekonomi dunia memburuk sehingga ada pemberlukaan membuat saham dibursa dijual. Itu yang menjadi sumber tidak menentunya nilai rupah, menurut beberapa pakar menyebutkan.  Saat ini, 1 $ Amerika =   Rp 10.000-  Rp11.200. Lantas, apa hubungannya dolar,  harga karet turun dan harga kebutuhan?.
 Hampir pasti atau sudah pasti, hal ini tidak bisa terelakan. Keterkaitan paling nyata, harga sembako mulai merangkak semejak bulan puasa lalu hingga kini tidak kunjung berhenti meroket bahkan ada beberapa diantara kebanyakan masyarakat sudah tidak sanggup dengan situasi ini, harga kebutuhan semakin meningkat, sementara mata pencarian berupa hasil kerja sadapan karet/harga karet semakin anjlok. Banyak petani karet yang menjerit. Harga kebutuhan pokok setiap hari mutlak harus di penuhi, sementara hasil dari menyadap karet per kilonya hanya dihargai Rp 8.000 - Rp 9.000 harga saat ini di kabupaten-kabupaten di Kalbar. Sedangkan di pedalaman (di kampung-kampung-red), lebih parah lagi, harga karet kisaran Rp 6. 500 - Rp7.000 saja. Bayangkan betapa sulitnya mereka. Tuntutan kebutuhan pokok VS harga karet yang turun dihadapkan dengan dolar yang melejit semakin menambah derita mereka.
Tidak hanya itu, tuntutan akan keperluaan pendidikan bagi anak-anak mereka tidak bisa dipungkiri. Jajanan, kebutuhan sekolah mulai dari SD- SMA bahkan hingga Perguruan Tinggi  mereka andalkan dari hasil sadapan karet. Dulu mereka sempat bernafas lega, harga karet (getah-red) pernah mencapai harga Rp 12.000- Rp17.000 bahkan hingga mencapai harga Rp 23.000. Saat ini, mereka dihadapkan dengan situasi yang semakin sulit, lataran kebanyakan mereka (penoreh/petani karet-red) hanya mengandalkan hasil ini selain mereka sambil berladang dan bercocok tanam.
Kait mengait antara dolar, harga karet turun dan kebutuhan semakin meroket alias mencekik nyawa realita berbicara. Harga tidak sebanding dengan hasil/upah dari kerja keras mereka. Bahkan ada yang dalam sepekan jika hujan turun berturut-turut hampir dipastikan tidak bisa menyadap karet dan mereka sulit untuk berbelanja karena mereka tidak bisa ngaret/noreh (menyadap karet-red). Meroketnya harga kebutuhan tidak lain dan tidak bukan terpengaruh pasar. Teringat cerita masa lalu, ketika saya mengenyam pendidikan/ sekolah, saya sangat tergantung sekali dengan kiriman dari orangtua, salah satunya dari hasil karet. Sangat terasa, jika harga karet turun dan hujan turun, kiriman dari orangtua juga pasti sedikit alias tidak cukup untuk membayar uang sekolah dan uang asrama saat itu. Hal serupa juga pasti terjadi pada orangtua-orangtua yang menyekolahkan anah mereka sampai bangku Perguruan Tinggi. Mereka sangat berharap dan sangat terbantu jika situasi stabil dengan kata lain harga karet membaik sangat mereka harapkan.    
   Krisis atau tidak krisis sejatinya mau bagaimana lagi, masyarakat di daerah pedalaman sudah semakin sering merasakan dampak-dampak yang terjadi dan mereka berusaha untuk tidak menyerah tetapi mungkin juga ada yang tidak sanggup dengan keadaan. Sejatinya stabilitas diberbagai aspek menjadi sangat penting bagi masyarakat kebanyakan. Bayangkan saja atau bahkan benar-benar terjadi, misalnya dan mungkin hampir dipastikan terjadi, ketika banyak diantara orangtua yang sudah semkin tidak sanggup lagi, ketika 1-2 bahkan 3 anak mereka sekolah sekaligus dengan hasil hanya mengandalkan harga karet.
Harga meroket, nilai rupiah turun drastis dan harga karet semakin semakin terjun bebas maka sudah dipastikan semakin menambah derita masyarakat pedalaman. Hitung punya hitung, dalam sehari, masyarakat menghasilkan sekitar 10 kg karet dengan harga Rp 9.000 maka penghasilan mereka Rp 90.000/ hari, sementara kebutuhan mereka kisaran Rp. 100.000/ hari. Kebutuhan tersebut seperti biaya pendidikan, kepulan asap dapur dan jajanan untuk anak hampir dipastikan melebihi Rp 100.000, alias tidaklah cukup. Mereka bisa mengaret rutin, tetapi terkendala cuaca dan kendala-kendala lainnya seperti ada di beberapa tempat di pedalaman Kalbar,  akses jalan darat menuju tempat mereka menjual karet yang kebanyakan jauh dari kota, jalur air demikian juga. Otomatis mereka harus potong dan memotong (mengeluarkan biaya  lebih-red). Ada yang menyebutkan turunnya harga karet akibat perubahan iklim yang terjadi pada periode Maret- Mei 2013, hal ini berimbas pada penurunan produksi karet. Selain itu juga karena ketersediaan karet di tingkat penampung karet dunia seperti China dan Jepang masih melimpah, sehingga permintaan akan karet menurun.  
Terlepas dari beberapa faktor diatas tadi, kembali pertanyaan terlontar, menjadi tanggungjawab siapa?.  Pemerintah kah? Atau siapakah?. Tentunya semua berharap, ada solusi untuk menjawab hal ini. Masyarakat di pedalaman nun jauh di sana sudah terlanjur menjerit dan hampir dipastikan melarat dengan keadaan ini. Biaya bantuaan dari pemerintah juga mereka rasakan namun tidak seberapa dengan kebutuhan mereka saat ini. Memang kesan dari tulisan ini terlalu cengeng dan mudah menyerah dengan keadaan, tetapi sesungguhnya realita yang terjadi masyarakat sudah cukup sekarat dan melarat ketika harga kebutuhan semakin meroket dan menghantam mencekik nyawa.

By : Petrus Kanisius “Pit”-Masyarakat Pedalaman, Kalbar, bekerja di Yayasan Palung
Baca juga di : http://regional.kompasiana.com/2013/08/27/dolar-naik-harga-karet-di-daerah-turun-vs-harga-kebutuhan-rt-meroket-tanggungjawab-siapa--587537.html

Monday, August 26, 2013

Keliling Dusun Kampayekan Orangutan


Rangkaian kegiatan hari orangutan se-dunia yang di peringati tahun ini (19/8), dilakukan dengan beragam kegiatan oleh BKSDA, SKW 1 Ketapang, Yayasan Palung, FFI, YIARI. Kegiatan dalam rangka hari orangutan sedunia sebagai sebuah kebersamaan empat lembaga terkait keprihatinan akan nasib orangutan dan habitnya saat ini. Pada peringatan hari orangutan se-dunia kemarin (19/8), serangkaian kegiatan telah dilakukan seperti  street action (aksi di jalan, dengan berjalan dan melakukan orasi) bertempat di bundaran, RS. Agoes Djam, Ketapang. Rangkaian kegiatan seperti pembagian stiker dan poster orangutan, pembagian bibit pohon, 1000 bibit (trembesi dan tanjung). Selanjutnya diadakan rangkaian kegiatan di dua desa yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Palung. 
Panggung boneka (Orangutan dan habitatnya) di sekolah, sebagai pengenalan dini tentang pendidikan lingkungan dan satwa dilindungi seperti orangutan. Dok. YP

Adapun rangkaian Kegiatan lanjutan dalam rangka Memperingati Hari Orangutan Se-Dunia 2013 seperti:
1. Pertemuan kampung di dusun Cali dan Dusun Manjau ( Materi Prosedur Pelaporan Kasus Konflik TSL), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa dan UU no 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Pengenalan Kawasan Konservasi, Orangutan dan habitanya. Pemateri BKSDA, SKW 1 Ketapang, Yayasan Palung, FFI, YIARI.
2. Panggung boneka (Orangutan dan habitatnya) di sekolah, sebagai pengenalan dini tentang pendidikan lingkungan dan satwa dilindungi seperti orangutan.
3. Pemutaran film Lingkungan di masyarakat, sebagai kampaye penyadaran

Pertemuan kampung di dusun Cali dan Dusun Manjau ( Materi Prosedur Pelaporan Kasus Konflik TSL), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa dan UU no 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Pengenalan Kawasan Konservasi, Orangutan dan habitanya. foto dok. YP, foto 1.
Kegiatan ini dilakukan pada, 22-25 Agustus 2013 di dua di Dusun Cali, Pangkalan Teluk, Tayap dan di Dusun Manjau, Desa Laman Satong. Pemutaran film lingkungan untuk penyadaran, Puppet Show (panggung boneka orangutan-red) dan Lecure (ceramah lingkungan-red) di sekolah-sekolah, diadakan, (24-25/8/2013). Selanjutnya, pada (4-5/9/2013), direncanakan ikut serta dalam workshop tentang Orangutan dengan pembangunan, kegiatan ini diadakan oleh Pemkab, Dinas Kehutanan, KKU.

Kunjungan kami di dua desa, di Cali dan di Manjau adalah sebagai sarana penyampaian kepada masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Palung (TNGP) terkait penyadaran dan pendidikan lingkungan, mengingat saat ini hutan dan orangutan sebagai sebuah perhatian bersama. Hutan dan orangutan sama halnya dengan manusia perlu berlanjut. Hutan dan orangutan di dua desa ini sudah semakin terhimpit. Kawasan di dua dusun ini sudah dikelilingi perkebunan sawit yang sedikit banyak mengancam habitat hidup orangutan.
Berfoto bersama dengan anak-anak Sekolah Dasar Negeri  33 Cali, Desa Pangkalan Teluk, Tayap, Ketapang, Kalbar. dok. YP, foto 2.

 
Keceriaan Murid-murid SD 33, Cali. foto dok. YP. foto 3.
Pertemuan kampung, kami lakukan di dusun Manjau. Dalam pertemuan tersebut, masyarakat menyambut baik. Diskusi dalam pertemuan diantaranya tentang isu-isu kekinian dan menggali informasi keberadaan orangutan. Selain itu juga, masyarakat mengharapkan ada kerjasama yang baik antara masyarakat, lembaga-lembaga dan pemerintah dalam hal mengelola dan menjaga hutan.

Keterancaman habitat dan populasi orangutan saat ini, sudah sangat memprihatinkan. Semakin terkikisnya hutan, menjadikan orangutan semakin sulit bertahan di rumah mereka, tempat mereka tinggal dan hidup.

Sebuah harapan sejatinya sangat diperlukan perencanaan yang matang dan bijak dalam penggunaan lahan yang terbatas tersebut agar dapat mengakomodir semua kepentingan, kepentingan untuk usaha maupun kepentingan konservasi. Artinya, semakin banyak aktivitas yang berkaitan langsung dengan habitat orangutan  maka akan mengganggu populasi orangutan dan satwa lainnya di dalam kawasan hutan sebagai rumah dan tempat hidup mereka.

Pada kegiatan pengenalan hutan dan orangutan, melalui puppet show (panggung boneka-red) dilakukan di Sekolah Dasar. Pada kegiatan tersebut dilakukan oleh Ranti Naruri dari Yayasan Palung bersama teman-teman yang magang dari  SYLVA UNTAN. Pertemuan dengan mastyarakat dilakukan oleh Yayasan Palung, FFI, YIARI dan BKSDA SKW 1 Ketapang.

Dusun yang paling jauh yang kami kunjungi adalah dusun Cali. Di dusun tersebut, akses jalan cukup baik, tetapi saat kemarau, sedangkan jika hujan atau musim penghujan maka jalan cukup sulit dilewati. Sepanjang jalan yang kami tempuh, kiri dan kanan badan jalan dikelilingi perkebunan sawit. Perkebunan sawit tersebut juga tidak jauh berbatasan langsung dengan hutan-hutan lindung di gunung Tarak yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Palung.

Kegiatan lanjutan dalam rangka memperingati hari orangutan se-dunia yang di lakukan di dua dusun di desa yang berbeda tersebut cukup mendapat tanggapan baik dari pihak masyarakat dan pihak sekolah.

By : Petrus Kanisius “Pit”- Yayasan Palung

Sisakan Sedikit Hutan untuk Orangutan


“Sebuah Refleksi Bersama tentang Keterancaman Orangutan dan Habitatnya  Saat ini”
Tanggal (19/8) kemarin, diperingati sebagai hari orangutan sedunia. Sebuah keprihatinan, perhatian dan kepedulian akan nasib hidup orangutan dan habitatnya saat ini menuai berbagai ancaman, yang menjadi cikal bakal peringatan hari orangutan sedunia perlu untuk diperingati. 
Peserta Aksi dalam Street Action, Hari Orangutan Se Dunia. Membagikan stiker, poster dan bibit pohon

Sejak dari dulu, nasibmu orangutan selalu terancam dan terus terusik dari tempat di mana mereka tinggal dan hidup. Hutan sebagai habitat, tempat hidup dan rumah mereka semakin kian terkikis habis akibat pembukaan lahan berupa hutan dan lahan semakin merajalela yang membuat nasibmu (orangutan-red) kian malang dan terus tergusur. Dua pulau, Sumatera dan Kalimantan menjadi tempat hidup dari orangutan, sedangkan di wilayah lainnya tidak terdapat habitat hidup orangutan. Langkah kecil, perhatian dari beberapa pihak yang peduli menjadikan sebuah kesepakatan muncul gagasan ini (peringatan hari orangutan sedunia-red), sedikit saja perhatian, menjadi sebuah pilihan. Mengingat, ancaman terus terjadi berkaitan dengan semakin berkurangnya habitat sebagai tempat hidup berupa hutan akibat aktivitas manusia berupa perluasan areal (lahan-red) untuk perkebunan, pertambangan, pertanian, perburuan, pembalakan liar dan pembangunan.
Bibit 1000 pohon, dibagikan  dalam rangka hari orangutan se dunia

Keterancaman hidup dan habitat hidup orangutan saat ini, sudah sejatinya menjadi perhatian bersama dan semua pihak. Rentetatan berbagai kasus pembunuhan, hilangnya tempat hidup berupa hutan menjadi orangutan kian terdesak, terancam, mati terbunuh dan diambang kepunahan semakin sering terjadi di dua wilayah ini (Pulau Sumatera dan Kalimantan-red). Kasus pembantaian orangutan di Kaltim, tewasnya orangutan di areal perkebunan di Sumatera dan di selamatkannya orangutan Pelansi dari jerat pemburu di dusun Pelansi, Kuala Satong Ketapang serta beberapa kasus pemiliharaan, perdagagangan dan jual beli satwa langka ini. Rentetan dari beberapa kasus ini merupakan sedikit dari sekian banyak kasus yang mungkin luput dari pantauan secara kasat mata. Penegakan hukum bagi pelaku pembunuhan dan pembantaian belum sampai pada meja hijau sebagai pemberi efek jera yang belum sepenuhnya berjalan.
Saat pembagian bibit pohon, foto doc. FFI

Berdasarkan data, di Kalimantan Barat, Selain ancaman terhadap habitat Orangutan, juga berdasarkan monitoring yang dilakukan Yayasan Palung pada tahun 2012 (Januari-November 2012) terutama di wilayah pesisir, teridentifikasi 10 kasus pemeliharaan Orangutan di pemukiman masyarakat. Ada beberapa kasus pemeliharaan Orangutan di pemukiman masyarakat yang berbatasan langsung dengan areal perkebunan sawit, bahkan ada beberapa individu Orangutan yang berasal dari areal perkebunan sawit. Khusus di Kabupaten Ketapang, tahun 2012, setidaknya ada 17 orangutan yang diselamatkan baik dari tangan masyarakat maupun dari kawasan perusahaan (data monitoring bersama Yayasan Palung dan IAR, 2012).
Potret lainnya juga terjadi pada nasib satwa lainya tidak hanya orangutan, keterancaman burung enggang untuk diburu paruhnya, bekantan diburu untuk di konsumsi, harimau di kulit diambil kulitnya dan beberapa satwa lainnya seperti trenggiling yang terus diburu diambil sisiknya, kejahatan tersebut terjadi pada pertengahan tahun dan penghujung tahun 2012.
Pada Senin kemarin (15/7/13), ditemukan kasus kematian Gajah bernama Genk, Genk ditemukan tewas mengenaskan terkena jerat tomka di Aceh Jaya, gadingnya diambil. (sumber berita, mongabay.co.id).
Lima individu orangutan terjebak di di kawasan yang berhutan di dekat Desa Miau Baru, Kecamatan Kong Beng, Kutai Timur, Kalimantan Timur. Kelima orangutan ini terdesak dan tidak bisa berpindah tempat, setelah sekeliling mereka kini gundul. Dari laporan lapangan yang disampaikan oleh Centre for Orangutan Protection, kelima orangutan ini terdesak akibat aktivitas sebuah perusahaan kelapa sawit, (21 juli 2013, data COP). Mungkin juga rentetan kasus-kasus serupa ada terjadi di beberapa daerah lainnya tanpa terekspos media.
Peserta Aksi dalam Street Action, Orasi di Bundaran Agoes Djam, Ketapang, Kalbar, dalam rangka memperingati Hari Orangutan Se Dunia
Sebuah keprihatinan memang, jumlah lahan yang ada tidak bertambah jumlahnya. Sementara pembukaan lahan semakin sulit diredam. Perambahan hutan secara legal dan ilegal di beberapa kawasan di berbagai penjuru di Negeri ini semakin memperparah dari nasib satwa dan tumbuh-tumbuhan yang semakin sulit bertahan hidup akibat terus digusur dan terjebit.
Memperingari hari orangutan sedunia diperingati di Kalimantan, khususnya di Kabupaten Ketapang dan KKU. Adapun rangkaian kegiatan untuk menyemarakan hari orangutan sedunia ini dilakukan, seperti kegiatan street action (aksi di jalan, dengan berjalan dan melakukan orasi) bertempat di bundaran, RS. Agoes Djam, Ketapang. Rangkaian kegiatan seperti pembagian stiker dan poster orangutan, pembagian bibit pohon, 1000 bibit (trembesi dan tanjung), dilaksanakan kemarin (19/8), berbagai instansi, lembaga pencinta lingkungan seperti YIARI, Yayasan Palung, FFI, Dishut dan BKSDA SKW1 Ketapang, Relawan Tajam Yayasan Palung, Sispala dari sekolah-sekolah yang ada di Ketapang dan beberapa teman SYLVA Untan ikut andil memperingati hari orangutan sedunia, peringatan hari orangutan sedunia, juga diikuti oleh pihak-pihak seperti, LSM K3, SYLVA UNTAN, MANGGALA AGNI, BASARNAS dan KPC. Antusias dari para pencinta lingkuan ini sebagai bagian dari kebersamaan untuk peduli pada nasib orangutan saat ini.
Sedangkan rangkaian kegiatan lainnya, (23/8), diadakan serangkaian penyuluhan kepada masyarakat tentang orangutan di Dusun Cali, Pangkalan Teluk, Tayap dan di Dusun Manjau, Desa Laman Satong. Pemutaran film lingkungan untuk penyadaran, Puppet Show (panggung boneka orangutan-red) dan Lecure (ceramah lingkungan-red) di sekolah-sekolah, diadakan, (24-25/8/2013). Selanjutnya, pada (4-5/9/2013), direncanakan ikut serta dalam workshop tentang Orangutan dengan pembangunan, kegiatan ini diadakan oleh Pemkab, Dinas Kehutanan, KKU.
Tito P. Indrawan, Direktur Lapangan, Yayasan Palung, menegaskan; peringatan hari orangutan sedunia yang di gagas pada tanggal 19 Agustus, menjadi sebuah arti dan perenungan kita bersama. Hidup orangutan sama seperti manusia, orangutan juga memiliki hak untuk dijaga, memiliki rasa untuk aman dan nyaman oleh semua tanpa terkecuali, kalau bukan kita manusia siapa lagi yang peduli. Sejatinya, hari orangutan diperingati setiap hari.  
Keterancaman habitat dan populasi orangutan saat ini, sudah sangat memprihatinkan. Semakin terkikisnya hutan, menjadikan orangutan semakin sulit bertahan di rumah mereka, tempat mereka tinggal dan hidup.
Sebuah harapan sejatinya sangat diperlukan perencanaan yang matang dan bijak dalam penggunaan lahan yang terbatas tersebut agar dapat mengakomodir semua kepentingan, kepentingan untuk usaha maupun kepentingan konservasi. Artinya, semakin banyak aktivitas yang berkaitan langsung dengan habitat orangutan  maka akan mengganggu populasi orangutan dan satwa lainnya di dalam kawasan hutan sebagai rumah dan tempat hidup mereka.
 Orangutan semakin terusik, semakin terancam, sebuah kepedulian bersama menjadi sebuah harapan jika hutan dan orangutan bisa tetap lestari. Selamat hari orangutan sedunia. Semoga semua pihak mau dan mampu berperan, tumbuh minat dan kesadaran untuk sedikit peduli terhadap orangutan, hutan dan lingkungan sekitar. Sisakan sedikit hutan untuk Orangutan sebagai titipan penciptan dan lelulur. Jika tidak kita semua yang peduli, siapa lagi, sebelum terlambat.

By : Petrus Kanisius “Pit”- Yayasan Palung

Baca juga tulisan yang sama di :