I made this widget at MyFlashFetish.com.

Monday, December 9, 2013

Menengok Poltak Si Perancang Pichohydro Pertama dari Kayong Utara



Poltak, Perancang Pichohydro dari KKU. Saat berbincang-bincang menjelaskan tentang pichohydro. Foto doc. Pit


Kamis kemarin (5/12/ 2013), kami menyambangi pembuat pychohidro dari KKU. Miswan Edi Susanto atau akrab disapa Poltak, seorang pembuat dan perancang. Poltak, begitulah sapaan akrab yang biasa orang-orang memangilnya sehari-hari, saat berada di bengkelnya atau saat di waktu senggang berbincang-bincang dengan warga sekitarnya.
Beberapa tahun silam, tepatnya tahun 2009, Poltak dikenal sebagai perambah hutan atau pekerja kayu saat itu, Pernah menjadi penampung besar bagi illegal logging di Ketapang dan Kayong Utara. Lain dulu, lain sekarang. Poltak kini tidak lagi sebagai perambah hutan. Saat ini ia Berkomitmen terhadap pelestarian hutan dengan cara pemanfaatan potensi alam dan kapasitas atau keterampilan yang dimilikinya, itulah dunia yang ia geluti selain bengkelnya menjadi sumber mata pencahariannya. Bercocok tanam dengan memanfaatkan pekarangan rumah juga ia geluti dengan menanam beberarapa rumpun  tanaman cabe. Sesekali juga Poltak menyempatkan diri untuk  Saling shering sebagai relawan di Yayasan Palung, ini menjadi kecintaannya bagi sesama selain keluarganya.
Kisah jatuh bangun menjadi tekad dan penyemangat, saat  pertama datang di Kalimantan, pernah menjadi sopir pengangkut kayu, pernah tidur di jalan saat mobil mogok. Beberapa kali juga bangkrut dari usaha kayu dan pernah menjadi toke besar kayu saat itu.
Awal mula inovasi pichohydro muncul adalah dari diskusi ringan antara F. Wendy dan Poltak di ruang santai, seketika muncul ide dan keinginan untuk membuat pichohydro. Selain itu juga, ada diskusi dengan Mering sebagai penyemangat.
Poltak, Si Perancang Pichohydro dari KKU, saat mempresentasikan pichohydro. foto doc. Pit

Saat ini, pichohydro dalam tahapan uji coba. Menurut Poltak, diperkirakan produksi listrik 500 - 1000 watt. Bahkan menurutnya (Poltak), bila semua didukung sepenuhnya oleh semua elemen masyarakat, bukan tidak mungkin suatu saat pichohydro merupakan salah satu energi alternatif ramah lingkungan khususnya untuk penerangan dan berbagai kebutuhan lainnya seperti untuk pertanian khususnya pengairan. Lebih lanjut Pria yang berasal dari Medan tersebut bertutur, Kabupaten Kayong Utara, Ketapang dan Kubu Raya bisa saja suatu saat nanti menggunakan aliran listrik secara gratis. Banyak sumber air di sekitar kita. Bahkan bukan tidak mungkin, beribu-ribu hingga berjuta watt listrik bisa didapat secara gratis.
Hal yang cukup unik dan menarik, bahan-bahan dari pycohidro 90 % menggunakan barang bekas. Seperti misalnya, dinamo dari rangkaian kabel yang digunakan, kincirnya dari papan dan seng, besi, kayu dan barang bekas kecuali beberapa panel seperti tembaga, ban/karet untuk pemutar. Propotype Picohydro (Lokal) Pertama di Kabupaten Kayong Utara, mungkin itu kata yang cocok.
Menurut F, Wendi Tamariska, Livelihood Coordinator, Yayasan Palung, mengatakan Saat ini juga pebuatan film, tentang karya dari Poltak tersebut. Adalah A. Alexander Mering, salah seorang pendiri dan pembina di Mata Kelik dan Mata Enggang Institute, Editor dan Video Maker, juga sebagai Motivator dan Communication Specialist berinisiatif untuk membuat film berjudul; Pichohydro Dari Kayong Utara.
Trailer Prototype Picohydro Poltak untuk TNGP di Kabupaten Kayong Utara (Kalimantan Barat).

 Prototype Picohidro pertama KKU. Foto doc. Pit

 Film selengkapnya akan di upload kembali setelah picohydro di “tanam” di air mengalir (aliran sungai ataupun parit) dan telah menghasilkan listrik untuk beberapa rumah di desa-desa sekitar Taman Nasional Gunung Palung.
Saat ini, juga sudah ada trailer dari pembuatan film ini (picohydro), ditunjukkan untuk menunjukkan komitmen kami terhadap pengembangan picohydro di Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat. Saat ini sedang dalam proses uji coba. Film selengkapnya akan di upload kembali setelah picohydro di “tanam” di air mengalir (aliran sungai ataupun parit) dan telah menghasilkan listrik untuk beberapa rumah di desa-desa sekitar Taman Nasional Gunung Palung.

Adapun tujuan dari picohydro untuk  menciptakan industri lokal di KKU. Pemberdayaan potensi alam (sumber air) dan potensi SDM (kapasitas atau keterampilan) penduduk lokal. Sedangkan untuk misi pelestarian dan Pemberdayaan Masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Palung (TNGP); melalui pemanfaatan potensi alam; berupa  partisipasi langsung kapasitas penduduk lokal sebagai mata pencaharian alternatif yang berkelanjutan (peluang lapangan kerja atau sumber penghasilan-red) bagi penduduk setempat.
Rencananya, Pichohydro yang dibuat saat ini sebagai contoh untuk sumber air untuk pertanian organik di desa Pampang Harapan. Besar harapan pichohydro ini dapat membantu masyarakat banyak.
Berikut ini profil singkat Poltak, umur 42 tahun, Lahir  tgl 30 november 1972, di Pematang Raya, Sumatera Utara. Istri Misnah Hayati, putra Dedy Miswari,16 tahun dan Putri Dinda Syaputri, umur 11 tahun.
(Petrus Kanisius “Pit”- Yayasan Palung).

Tuesday, October 22, 2013

Desa Pampang Harapan Membutuhkan Harapan Para Sukarelawan


Kantor YP Bentangor Pampang Center. Foto doc. YP

Salah satu lahan masyarakat yang disiapkan,  rencananya digunakan untuk pertanian. foto doc. YP

Desa pampang ingin mengembangkan pembangunan desa hijau, dengan demikian sangat memerlukan tenaga sukarelawan yang ingin mencurahkan segala tenaga dan pikiran luas tanpa batas, tulus dan ikhlas.

Niat anda akan sangat dihargai untuk :

1. Comunity Development (pengembangan masyarakat dalam semua aspek).
2. Sistem pengairan, 50 ha dan kolam budidaya ikan air tawar.
3.Sistem penerangan (energi ramah lingkungan)

Diperlukan segera kerelaannya, atas perhatian diucapkan terima kasih.

Apabila ada yang berminat, nomor yang bisa di hubungi :    F. Wendy : 089693482735

Monday, October 21, 2013

Klub PA Path Finder Melakukan Kemah Rohani di Bentangor


Beberapa waktu lalu, (14-15/13), Jemaat Gereja Adven yang tergabung dalam klub PA (Pencinta Alam) Path Finder melakukan kemah rohani sekaligus fieldrip (kunjungan lapangan-red),  di kawasan hutan Bukit Peramas, di Pusat Pendidikan lingkungan Yayasan Palung, Bentangor Pampang Center, di Desa Pampang Harapan.
Perkenalan dengan peserta PA Path Finder. foto doc. YP

penyampain materi tentang pencinta alam dan survival. foto doc. YP

Kegiatan pencinta alam yang dilaksanakan tersebut lebih banyak menyampaikan materi tentang pengenalan dasar pencinta alam terkait bagaimana kaum muda memberi perhatian terhadap ciptaan.

Kegiatan tersebut berlangsung selama dua hari, berbagai kegiatan dilaksanakan antara lain seperti pengenalan dasar pencinta alam dan materi tentang survival (cara bertahan hidup di alam bebas). Esok harinya mereka melakukan renungan pagi dan melakukan fieldtrip di jalur baru di kawasan hutan belakang kantor Yayasan Palung menuju hutan di sekitar pantai pasir Mayang. 
Bernyanyi dalam doa untuk ciptaan pencipta. foto doc. YP

Game atau permainan untuk kebersamaan. foto doc. YP

            Sepanjang jalan melewati jalur, peserta diajak untuk mengenal alam dan lingkungan sekitar. F. Wendy Tamariska, Koordinator Program PPS Hukum dari Yayasan Palung, memberikan gambaran tentang masyarakat desa Pampang, penjelasan terkait keseharian masyarakat, mata pencaharian dan keseharian mereka tentang bercocok tanam. Di Desa Pampang juga, masyarakat berencana akan membuat pertanian holtikultura dan berencana budidaya ikan. Lahan dan kolam telah tersedia sejauh ini telah siap, ujar  Wendy kepada para peserta.

saat menjelaskan tentang rencana pertanian masyarakat desa Pampang. foto doc. YP
Kurang lebih 20 peserta ikut serta dalam fieldtrip ini. Tua, muda dan anak-anak membaur menjadi satu tentang sebuah pemiliharaan ciptaan penciptaMenyusuri lahan hutan menjadi sebuah kebersamaan para peserta fighfinder. Tua muda menyatu dalam kegembiraan, melintas hutan, melintas pinggir dan menyusuri pantai menjadi sebuah pertemuan rekreasi yang tampak menuai senyum terlihat diwajah mereka. Berbagai game kebersamaan salah satu penyemangat mereka.  

Pencinta Alam Path Finder, gereja Adven memiliki semangat untuk peduli terhadap lingkungan. Anak muda semangat muda, sekalipun sudah tua tetapi tetap harus memiliki semangat muda, demikian ungkap pendeta Fredrik saat memberi materi kepada peserta pencinta alam. Kegiatan lainnya ada juga kegiatan sembayang, seminar pencinta alam, KKR Pemuda  dan MG Refresing.
Peserta melewati jalur baru. foto doc. YP

Kelompok Path Finder dari Ketapang dan Path Finder dari Singkawang rencananya juga  akan bergabung dengan beberapa klub Path Finder di seluruh Indonesia, di perkemahan perdivisi di Cibubur yang dikuti oleh kelompok konservasi dan kelompok guide dan dan tergabung dalam 16 negara di dunia yang akan hadir di tahun depan.

            Kegiatan tersebut berjalan sesuai dengan rencana dan mendapat sambutan baik dari peserta. Di tahun mendatang, mereka berharap kembali untuk mengadakan kegiatan serupa.  (Pit-YP).

Friday, September 20, 2013

Belajar Keanekaragaman hayati di Hutan Riam Kinjil


Beberapa hari lalu, tepatnya 14 sampai 15 September 2013, Yayasan Palung bersama siswa kelas 3 SMPN 3 Matan Hilir Utara, melakukan fieldtrip (kunjungan lapangan untuk belajar tentang hutan dan Keaneragaman hayati -red) di Riam Kinjil.  
 
Jalur cukup terjal menuju lokasi Riam Kinjil. foto doc. YP

 
Menyeberang sungai dengan menggunakan rakit. foto 1, doc. YP
Riam Kinjil merupakan wilayah di Kabupaten Ketapang, lebih tepatnya berbatasan dengan Kawasan Taman Nasional Gunung Palung (TNGP). Kawasan hutan dan keaneragaman hayati di tempat ini masih cukup baik untuk kegiatan-kegiatan seperti fieldtrip, perkemahan, belajar dan jelajah hutan secara langsung.    
Diskusi dari hasil pengamatan malam, foto 2, doc. Yayasan Palung
Pemandangan di Riam Kinjil ini cukup memanjakan mata karena terdapat sungai dengan bebatuan. Air jernih dan gemuruh air terjun terdengar dan hutan masih terlihat terawat dengan ditandai oleh hawa sejuk di sekitar. Keanekaragaman hayati berupa hutan cukup baik, mengingat tempat tersebut masih terjaga. Selain itu, tumbuh-tumbuhan dan pepohonan disekitar masih tanpak alami. 
Sungai yang berbatuan masih baik_foto 3, doc. YP
Sungai yang berbatuan masih baik_foto 4, doc. YP
Lokasi fieldtrip di Riam Kinjil dipilih, mengingat jaraknya yang cukup dekat dari sekolah, walaupun sebenarnya jauh. Jalur yang dilewati cukup sulit, beberapa kali harus mendaki tanjakan yang cukup terjal dan banyak melewati sungai. Di Salah satu sungai, peserta Fieldtrip menyeberang sungai dengan menggunakan rakit dari papan. Pada Perjalanan pergi memakan waktu 3 jam 20 menit dan perjalanan pulang 2 jam 30 menit.  
Diskusi Kelompok setelah melakukan pengamatan satwa malam. foto 5, doc. Yayasan Palung


Yayasan Palung sejak 2009, berupa materi di kelas rutin dilakukan untuk siswa kelas 8 dan diakhir tahun ajaran siswa dibawa fieldtrip untuk praktek materi di lapangan sekaligus mendekatkan siswa ke alam dan mengenalkan apa yang ada di hutan, dengan kata lain belajar secara langsung di hutan.
Fieldtrip ini diikuti oleh 32 orang siswa dan 4 orang guru dari sekolah mereka. Kegiatan selama dua hari tersebut, mendapat sambutan baik dari peserta fieldtrip. Berbagai materi, diskusi dan pengamatan dalam kegiatan fieldtrip kali ini. Selain jelajah hutan, peserta fieldtrip melakukan pengamatan satwa, pengamatan diantaranyanya dilakukan pada satwa diurnal (satwa yang beaktivitas di siang hari-red), mereka berjumpa dengan Kelempiau. Sedangkan pengamatan satwa nokturnal (satwa yang beraktivitas di malam hari -red), mereka bertemu kelewar, jangkrik dan laba-laba. Selain itu, peserta fieldtrip belajar keanekaragaman hayati dan pengamatan indikator air bersih. Mereka juga diberikan beberapa game (permainan-red) seperti game borgol dan pallet warna.
Hasil melihat keanekaragaman hayati hutan dengan menggunakan media pallet warna. foto 6, doc. YP
Senam Pagi sebelum memulai kegiatan, foto 7, doc. YP
Di hutan Riam Kinjil, mereka (peserta dan Panitia-red) memasak makanan dengan menggunakan batu sebagai tungku dan kayu sebagai bahan bakar dengan tujuan menjaga kebersihan area dari sampah.
Mariamah Achmad dan Abdul Samad dari program Pendidikan Lingkungan, Yayasan Palung dan Winda Lestari (relawan Tajam, Yayasan Palung) ikut serta dalam kegiatan dan pemberian materi dalam fieldtrip tersebut. Siswa sangat senang mengikuti kegiatan ini walapun badan capek karena perjalanan yang jauh dan jalur yang cukup sulit.
Mudah-mudahan dengan adanya fieldtrip ini, mampu menumbuhkan, melatih dan mengembangkan mental siswa seperti tanggungjawab, kepekaan terhadap lingkungan dan kemandirian. ( Petrus Kanisius & Mariamah Achmad- Yayasan Palung).

Monday, September 16, 2013

Satwa dan Keanekaragaman Hayati Semakin Terancam


Satwa dan keaneragaman hayati semakin terancam atau dengan kata lain dalam ancaman saat ini. Tentu sangat beralasan, realita yang terjadi di muka bumi ini menjadi rangkaian tentang hidup makhluk hidup. Rentetan peristiwa memberikan gambaran tentang hal ini (Satwa dan keaneragaman hayati semakin terancam/dalam ancaman-red), tidak terkecuali kehidupan dan hidup manusia.  

Bumi sebagai tempat hidup semua makhluk saat ini, kini dan yang akan datang sudah semakin beragam masalah dan ancaman yang terjadi. Secara kasat mata memang segala ancaman tidak bisa terelakan, tidak bisa dihindari namun paling tidak ada upaya penyadaran/kesadaran dan langkah untuk melihat hal ini.
Sebetulnya, tidak hanya satwa dan keaneragaman hayati yang terancam, namun sejatinya manusia juga dalam ancaman dengan keadaan bumi yang semakin dipenuhi dengan dinamika dan perilaku kehidupan, hidup makhluk yang mendiami.  
Keterancaman makhluk hidup secara mendasar telah terjadi, proses alam dan perbuatan akan pemenuhan kebutuhan manusia yang semakin meningkat menjadi satu dari sekian persoalan ancaman atau keterancaman sekaligus tantangan seluruh makhluk di bumi.  
Bukti nyata ditandai dengan semakin seringnya fenomena alam mendera berupa bencana, satwa yang mendiami semakin sulit bertahan oleh semakin berkurangnya habitat sebagai tempat hidup berupa hutan dan pakan, ditandai dengan laju keurakan hutan yang melampaui batas, pola prilaku kehidupan manusia yang beragam tentu saja menjadi salah satu faktor sebab dan akibat tentang ancaman makhluk yang mendiami bumi ini. 
 Hal yang sama juga terjadi pada kehidupan manusia dengan semakin tingginya kebutuhan akan luasan pembangunan dan industri dengan kata lain peningkatan suhu bumi atau yang disebut pemanasan global dengan ditandai semakin bertambahnya kebutuhan berupa industri, pangan, konsumsi manusia semakin meningkat menjadi salah satu penyumbang ancaman terjadi.Tidak hanya itu, beberapa dari perluasan areal lahan untuk petanian dan perkebunan menggunakan racun pengusir hama. Penggunaan insektisida dan pestisida sebagai pengusir hama tentu saja bila digunakan secara berlebihan akan berpengaruh, meracuni dan membunuh makhluk hidup dan keanekaragaman hayati disekitarnya. Memang ada beberapa yang menggunakan cara alami, tetapi masih terbatas bila dibandingkan dengan penggunaan menggunakan racun hama.
Merunut dari data Serikat Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN’s) menyebutkan, daftar merah dari spesies yang terancam punah. Setidaknya, 17.291 dari 47.677 spesies terancam punah. Ditemukan 21 persen dari semua mamalia dikenal, 30 persen dari semua amfibi dikenal,12 persen dari semua burung dikenal dan 35 persen dari invertebrata saat ini diambang ancaman kepunahan. 
Pulau-pulau di Nusantara menyimpan banyak aset berharga dengan beragam satwa dan keanekaragaman hayati. Pulau Kalimantan misalnya dengan keberadaan Orangutan, Enggang, Bekantan, Kelasi, Trenggiling, Kelempiau dan beberapa jenis lainnya seperti burung serta tumbuh-tumbuhan langka. Di Sumatra terdapat Orangutan dan Harimau dan di Papua berupa  burung Cendrawasih, beberapa tempat lainnya juga memiliki keunikan dan keragaman hayati yang tidak ternilai harganya sudah semakin genting dengan seringnya ancaman terjadi akibat perilaku dan tindakan dari perbuatan tangan manusia dan mesin.
  Sebuah harapan akan keberlanjutan nasib hidup satwa, keaneragaman hayati dan manusia sejatinya harapan bersama agar terjaga dan lestari. Perhatian dari semua pihak sangat diperlukan saat ini, satwa dan keanekaragaman hayati menggantung dan tergantung pada pola prilaku, tindakan dan kebijaksanaan dari manusia. Tidak untuk saling menyalahkan, namun perlu ada tindakan nyata dari semua. Semoga….

By : Petrus Kanisius “Pit”- Yayasan Palung