I made this widget at MyFlashFetish.com.

Thursday, January 31, 2013

Manfaatnya Hutan Mangrove Bagi Kehidupan


Courtesy : Doc. Mogabay, Gambar Screnshot-mangrove-video, LinkVideo dapat dilihat di http://www.mongabay.co.id/2013/01/31/video-keajaiban-si-hutan-mangrove

Hutan mangrove atau dikenal dengan sebutan hutan bakau berada di kawasan pinggiran pantai dan laut. Hutan mangrove banyak memberi manfaat bagi makhluk hidup yang ada di sekitarnya. Indonesia memiliki potensi sumber daya mangrove yang sangat luas, bahkan terluas di dunia. Wilayah Kalimantan Barat dan terlebih khusus Kabupaten Ketapang memiliki banyak sebaran hutan mangrove.  
Saat ini hutan mangrove Indonesia mengalami kerusakan dan berkurang secara cepat, akibat aktivitas manusia. Salah satunya adalah akibat pembukaan lahan untuk pemukiman penduduk, penggunaan lahan untuk tambak dan berbagai aktivitas manusia lainnya.

Secara fisik hutan mangrove menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dan tebing sungai, mencegah terjadinya erosi laut serta sebagai perangkap zat-zat pencemar dan limbah, mempercepat perluasan lahan, melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan dan gelombang serta angin kencang, mencegah intrusi garam (salt intrution) ke arah darat; mengolah limbah organik, dan sebagainya. Hutan mangrove mampu meredam energi arus gelombang laut

 Hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak yang tergolong ke dalam 8 famili dan terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga, yaitu Avicenia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lumnitzera, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan Conocarpus. Hutan mangrove dengan keanekaragaman jenis yang tinggi, tercatat terdapat 202 jenis yang terdiri dari 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 19 jenis liana dan 44 jenis epifit.

Secara biologi hutan mangrove mempunyai fungsi sebagai daerah berkembang biak (nursery ground), tempat memijah (spawning ground), dan mencari makanan (feeding ground) untuk berbagai organisme yang bernilai ekonomis khususnya ikan dan udang. Habitat berbagai satwa liar antara lain, reptilia, mamalia, hurting dan lain-lain. Selain itu, hutan mangrove juga merupakan sumber plasma nutfah.

Ekosistem hutan mangrove memiliki produktivitas yang tinggi. Produktivitas primer ekosistem mangrove ini sekitar 400-500 gram karbon/m2/tahun adalah tujuh kali lebih produktif dari ekosistem perairan pantai lainnya. Kerusakan mangrove akan berdampak pada penurunan volume dan keragaman jenis ikan yang ditangkap, ikan menjadi langka sulit didapat, dan jenis ikan menjadi hilang.

Dengan demikian ekosistem mangrove mampu menopang keanekaragaman jenis yang tinggi. Daun mangrove yang berguguran diuraikan oleh fungi, bakteri dan protozoa menjadi komponen-komponen bahan organik yang lebih sederhana (detritus) yang menjadi sumber makanan bagi banyak biota perairan seperti udang, kepiting dan lain-lain.

Upaya penyelamatan hutan bakau dari kerusakan yang semakin parah, peran semua pihak sangat diharapkan. Pemerintah, sekolah, masyarakat dan lembaga lingkungan diharapkan mampu saling bahu membahu untuk menyelamatkan hutan bakau demi keberlanjutannya dengan melakukan sosialisasi penyelamatan hutan mangrove juga perlu disampaikan ke sekolah-sekolah dan masyasarakat luas sembari berharap ada kesadaran yang tumbuh akan kepedulian bersama pula. Semoga….


Potret : Fenomena Sampah dan Persoalannya?



Keterangan gambar : meluber, foto doc. Bowo Santoso/Tribun Pontianak

Sebuah pertanyaan dari judul diatas terkait fenomena sampah dan persoalannya patut untuk dilontarkan, mengingat saat ini sampah  menjadi salah satu persoalan yang tak kunjung usai. Sampah yang tersebar dan menjamur. Sampah seakan menjadi penghias nan indah bak pemandangan nan menakjubkan. Bau bercampuraduk yang menyengat ibarat parfum, namun pastinya sangat berdampak pada kesehatan, kebersihan dan lingkungan seperti tersumbatnya saluran air, menggenangnya air dan persoalan lainnya. Tumpukan-tumpukan sampah sudah menjadi pemandangan biasa. 

Kabupaten Ketapang-Kalbar, salah satunya. masalah sampah cukup banyak yang tidak tertangani di daerah ini. Hampir dipastikan di sepanjang ruas jalan sampah meluber sehingga bila musim penghujan tiba, sampah dan air sama-sama menggenangi wilayah warga, seperti di jl. Imam Bonjol,  seperti di jl. D.I. Panjaitan, jl. A. Yani, jl. Basuki Rahmat dan wilayah Mulia Baru dan di beberapa tempat lainnya.  Padahal Dinas Kebersihan dan Pertamanan telah melakukan tugas mereka rutin setiap harinya. Mulai dari pukul 04.00 - 06.00 Wib, mereka sudah melaksanakan aktivitas untuk membersihkan dan mengangkut sampah-sampah yang cukup banyak berserakan. Pukul 15.00 – 16.00 wib mereka angkut lagi sampah-sampah dari tempat penampungan sampah untuk selanjutnya di bawa menuju tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Beberapa dari masyarakat kecenderungan membuang sampah dimana saja mereka suka, sehingga tidak jarang banyak sampah yang menggenang dan terdampar di selokan atau saluran air dan masih belum tertangani secara menyeluruh. Seperti misalnya kantong plastik, sisa makanan, sampah elekronik dan sampah lainnya.
Selain itu juga, masalah menumpuknya sampah tidak hanya terjadi di lingkungan masyarakat, hal ini terlihat seperti sekitar rumah atau perumahan. Sampah cukup banyak teronggok di depan, samping dan belakang rumah. Banyak diantaranya dibakar, yang cukup memprihatinkan adalah ketika mereka membakar sampah-sampah plastik. Seperti kita ketahui, membakar sampah plastik cukup/sangat berbahaya bagi kesehatan. Mengingat, sampah yang di bakar akan menimbulkan gas yang dilepaskan keudara secara tidak langsung terhirup. Penumpukan sampah di suatu tempat akan membuka peluang racun dari limbah mencemari tanah dan akhirnya berdampak pada manusia berupa bencana dan sumber penyakit. Sejatinya, daur ulang dan pemakaian ulang pilihan paling logis untuk limbah elektronik. 
Ketika musim hujan tiba, sampah selalu siap menggenangi beberapa ruas jalan akibat saluran air atau selokan tersumbat dan terjadilah banjir. Persoalan lainnya dari sampah adalah ketika atau saat berpergian, sampah hampir dipastikan dibuang begitu saja. Hal ini sering terjadi di jalan-jalan raya, ada beberapa dengan semudahnya menjatuhkan sampah-sampah tersebut di jalan seperti bungkusan permen, puntung rokok dan kantong plastik. Ada juga yang secara sadar dan tidak mau ambil pusing dengan sampah, mereka juga ada yang dengan mudahnya membuang sampah di kali, sungai atau pantai . 
Relawan Yayasan Palung, Peduli Sampah, saat baksos di Pantai, foto doc. Yayasan Palung

Yayasan Palung bersama relawannya (relawan Tajam dan RebonK), acap kali melakukan aksi untuk turun lanngsung mengajak masyarakat untuk ikut bijak dengan sampah. Berbagai aksi misalnya mereka lakukan Bakti social di pantai, di lingkungan sekolah ataupun saat mereka berada di hutan saat fieldtrip (kunjungan lapangan; saat camping, wisata dan pengamatan dan pendidikan lingkungan -red).
 Selain itu, melakukan kampanye memasang plang/plangisasi yang bertuliskan; JANGAN BAKAR KAMI. LAUT BUKAN TEMPAT SAMPAH. BAWA PULANG SAMPAH ANDA JIKA TIDAK ADA TEMPAT SAMPAH. Adapun maksudnya agar pohon-pohon yang ada di tepi pantai tidak di bakar. Selain pemasangan Plang himbauan, mereka juga memasang pamflet himbauan bertuliskan tentang proses hancurnya sampah, seperti berapa lama kertas bisa hancur, dan bahaya sampah. 



Relawan Tajam Yayasan Palung Peduli Sampah dengan Memasang Plang ,foto doc. Yayasan Palung
Persoalan dan manfaat sepertinya menjadi dua elemen saling keterkaitan, mengapa demikian?. Ya, yang pasti sampah sebagai sumber masalah sekaligus juga sebagai berkah jika dimanfaatkan secara bijak, contoh nyata adalah para pemulung, mereka mampu dan mau memanfaatkan sampah sisa seperti botol, kotak, kardus, dll mereka lalu jual sebagai penyambung hidup mereka. Perilaku peduli akan sampah masih sangat kurang, kecenderungan enggan memiliki rasa untuk peduli dengan sampah. Ada juga beberapa masyarakat sadar akan bahaya sampah, tata kelola dan mengetahui manfaat dari sampah.
Masalah sampah sudah menjadi persoalan mendasar dan kompleks dalam tatanan kehidupan masyarakat kita sejak lama. Rendahnya kesadaran untuk berperilaku bijak dengan sampah tampaknya menjadi akar masalah dan penyumbang besar persoalan ketika masalah sampah tidak kunjung usai diselesaikan. Harapan bersama tentunya menumbuhkan kesadaran dan kepedulian menjadi sampah sebagai sahabat dan sumber manfaat dan mudah-mudahan kita bisa menghargai sampah sebagai berkah dan sumber kreasi dan inovasi. Semoga…  

Sebelumnya Tulisan ini dimuat di kompasiana.com, Headline Kompasiana, Green, Polusi. Link Berita silakan membaca di :
http://green.kompasiana.com/polusi/2013/01/30/potret-fenomena-sampah-dan-persoalannya-529303.html


 Petrus Kanisius “Pit”-Yayasan Palung