I made this widget at MyFlashFetish.com.

Friday, December 9, 2011

Puisi

Dunia Telah Renta

Semula kujumpa serba Agung,
Gunung-gunung menjulang hijau tinggi membusung,
Jurang-jurang panjang dalam menerima suara gaung,
Air yang gemericik, satwa bersenandung

Menunjukkan besarnya Kuasa Sang Pencipta,
Namun tiba-tiba berubah seketika,
Akibat tak ada lagi cinta tersimpan dalam dada,
Kini pohon-pohon raksasa tak lagi dijumpa,
Berjuta-juta tanaman kecil merana tertimpa,
Oleh Ibu Bapanya

Kicauan Satwa tak lagi terdengar telah sirna entah kemana,
Seolah-olah bisu tanpa kata,
Habitatnya terobrak-abrik,
Ketenangannya tercabik-cabik,
Semuanya tak ada lagi yang menarik,

Terlihat semua sudah sikap menampik,
Kini masih adakah………………?
Yang berjiwa mulia……………?
Untuk mempertahankan yang tersisa,
Agar tak lagi terjadi seperti yang ada,
Kini Kucoba untuk melakukannya sampai aku dijemput olehNya.


Laman Satong,04 Juli 2002,
By : Yohanes Terang (Pegiat Lingkungan Hidup & tokoh masyarakat Laman Satong).

Monday, December 5, 2011

Potensi HHBK Salah Satunya Madu





Hasil hutan bukan kayu (HHBK) merupakan produk- produk hutan yang dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan masyarakat yang memiliki nilai ekonomi tinggi dalam suatu daerah tanpa merusak hutan. Hasil hutan bukan kayu berupa madu, selain itu juga ada rotan, durian, bambu, tanaman hias, nibung, nipah,bemban, aren (gula aren), karet dan pandan.

Berbicara mengenai masalah madu, ada baiknya mengungkap sedikit tentang siapa yang menghasilkan madu. Sebagian orang beranggapan bahwa tawon madu yang kita lihat secara tradisional hanya dengan menggunakan gelodog kayu yang sederhana, adalah satu-satunya tawon penghasil madu.

Tawon Madu yang terkenal adalah Apis Mellifera dengan jenisnya yang terkenal adalah Apis Mellifera Ligustica yang berasal dari Italia. Tawon madu kini banyak diusahakan untuk diternakkan oleh para peternak madu. tetapi ada juga tawon lokal yang dalam bahasa latinnya Apis Indica sama-sama penghasil tawon madu. Tawon jenis ini yang sering kita kenal di Indonesia dengan iklim tropisnya. Berbeda dengan Tawon Madu Apis Mellifera dan dan Apis Indica adalah dalam menghasilkan madu, tawon jenis Apis Indica hanya menghasilkan madu 5-10 Kg saja setiap tahunnya.

Berbeda dengan Apis Mellifera yang menghasilkan madu 60 Kg tiap tahunnya. Oleh karena itu jenis tawon Apis Indica kurang produktif selain itu ada juga tawon yang menghasilkan madu, yaitu seperti Tawon Gong yang dalam bahasa latinnya dikenal dengan Apis Dorsata atau LeBah Raksasa, tawon jenis ini sangan ganas sehingga sebagian orang tidak ada yang memeliharanya, ada juga Tawon kelanceng (Trigona Airrdiipenus) tawon ini bentuknya kecil dan tidak bersengat tetpi selain madu tawon ini dapat menghasilkan perekat yang merekat kuat sekali. serta banyak lagi seperti Apis Fabae, Apis Florea, Apis unicolor dan Apis Zonata.

Proses Terjadinya Madu

Madu bukannya sudah ada dalam bunga kemudian diambil dan diangkut oleh tawon madu untuk diletakkan di dalam sarangnya, melainkan terjadinya nelalui proses kimia dan phisis apabila seekor tawon madu hinggap pada bunga maka ia akan mengisap cairan manis nektar. Nektar adalah suatu zat yang mempunyai susunan sangat kompleks yang dihasilkan oleh kelenjar kelenjar nektarria dalam dalam bunga dalam bentuk larutan gula yang pekat dan terdiri atas gula -gula monosakharida ( terutama glukosa dan pentosa)dan disakharida ( terutama sukrosa ) serta senyawa -senyawa organik lainnya, misalnya protein, vitamin-vitamin, zat warna, zat aroma, enzima dan sebagainya.

Cairan manis nektar ini didalam tubuh tawon madu akan mengalami suatu invertasi, yaitu perubahan kimiawi menjadi gula - gula yang lebih sederhana strukturnya dengan bantuan enzima-enzima yang ada dalam tubuh lebah. Kandungan air madu sedikit demi sedikit akan berkurang karena setelah proses tersebut madu diletakkan oleh tawon diantara kedua mandi bulannya dan merenggangkannya sehingga madu tersebut akan terkena udara di luar. dengan demikian air sedikit akan menguap proses itu tidak berjalan lama dan sesudah menjadi madu, tawon madu meletakkannya didalam sarangnya.
Madu merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu yang memiliki potensi, dalam rangka pemenuhan dan peningkatan ekonomi masyarakat dan kebutuhan rumah tangga. Selain itu, madu juga sebagai salah satu potensi HHBK yang memiliki manfaat untuk kesehatan(obat), kosmetik dan untuk konsumsi sehari-hari.
Sumber : dari berbagai sumber, ( Pit- YP).
Foto : sumber dari Internet.

Wednesday, November 30, 2011

Pelatihan Bagi Para Pengrajin Tikar Daun Pandan dari Hasil Hutan Bukan Kayu






Hasil hutan bukan kayu (HHBK) merupakan produk- produk hutan yang dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan masyarakat yang memiliki nilai ekonomi tinggi dalam suatu daerah tanpa merusak hutan. Tanggal 27-29 November 2011, bertempat di kantor desa Pangkalan Buton, Pelatihan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dan komitmen Yayasan Palung bagi para pengerajin di desa-desa dampingan yang memiliki keteramipilan khususnya para pengrajin atau penganyam tikar.

Hasil hutan bukan kayu berupa rotan, madu, bambu,tanaman hias, nibung, nipah,bemban, aren (gula aren), karet dan pandan. Pelatihan bagi para pengrajin penganyam tikar di Desa Pangkalan Buton karena di desa tersebut sudah memiliki kelompok pengrajin dengan nama kelompok Peramas Indah.
Pelatihan yang diselenggarakan selama tiga, hari pertama Pelatihan dibuka secara resmi oleh Kepala Desa Pangkalan Buton, dan dihadiri oleh Disperindagkop, Kayong Utara, bapak Azahari dan dari komisi II DPRD Kabupaten Kayong Utara, bapak Abdul Rahman.

Dalam kata sambutannya, kepala Disperindagkop menyambut baik dengan diadakannya pelatihan bagi para pengrajin khususnya dalam rangka peningkatan ekonomi rumah tangga. Selain itu juga, ada kesanggupan disperindakop untuk penerimaan pengadaan alat kerajinan bagi pengrajin melalui mekanisme berupa pengrajin membentuk KUB (Kelompok Usaha Bersama) yang diketahui oleh Kepala Desa, setelah itu KUB menyampaikan proposal untuk pengadaan alat dan respon mitra untuk persoalan pemasaran kelompok Peramas Indah (kelompok pengrajin Desa Pangkalan Buton) dari Lebih lanjut DPRD mendukung sepenuhnya dengan rencana kesepakatan bersama Deperindagkop KKU untuk membuat Galeri bagi pengrajin di KKU. Deperindagkop KKU dan DPRD KKU menyusun anggaran sebesar Rp. 400 – 600 milyar untuk pembangunan Galeri kerajinan pada tahun 2012 di Pantai Pulau Datok, Sukadana.

Di hari kedua dan ke tiga pelatihan, dilanjutkan dengan praktek menganyam tikar sambil nonton film konservasi dan documenter Yayasan Palung. selain itu juga, praktek menganyam tikar pandan dan mengatur kerapian anyaman. Setelah praktek menganyam selesesai selanjutnya melakukan evaluasi bersama dan rencana tindak lanjut kelompok untuk peningkatan produktifitas dan kualitas produk kelompok berdasarkan pemesanan kerajinan yang sudah masuk dari mitra seperti pemerintah daerah dan pemerintah desa. Peserta pelatihan sebanyak 12 orang (Kelompok Peramas Indah dan 1 orang tamu peserta dari Desa Sejahtera). Sedangkan sebagai Pelatih, dipimpin oleh Ibu Rajemah dan Ibu Hatimah, para peserta pelatihan menganyam 3 tikar dengan 2 anyaman motif batik dan 1 anyaman motif pucuk rebung. Kegiatan ini mendapat sambutan baik dari peserta, mereka berharap semoga kerajinan mereka mampu bersaing di pasaran. (Pit-YP).

Wednesday, November 23, 2011

Memperingati Pekan Peduli Orangutan (PPO) 2011 Yayasan Palung Adakan Sarasehan, Perlombaan dan Pentas Seni




Dalam rangka Pekan Peduli Orangutan (PPO) tahun 2011 Yayasan Palung menyelenggarakan berbagai kegiatan. Rangkaian acara tahunan ini merupakan keberlanjutan dari Pekan Peduli Orangutan yang diselenggarakan rutin sejak tahun 1998. Pada kegiatan PPO tahun ini diselenggarakan di Kabupaten Ketapang tepatnya di Gedung Sillekens atau gedung Katedral Lama, pelaksanaan kegiatan ini diselenggarakan pada 19- 20 November 2011, sedangkan tahun sebelumnya diselenggarakan di Kabupaten Kayong Utara.

Rangkaian kegiatan dalam PPO tahun ini, seperti pameran foto tentang satwa dilindungi salah satunya seperti orangutan. Selain itu juga ada pameran kerajinan dari Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), lomba kreasi boneka jari dan malam pentas seni. Tidak hanya itu, kegiatan PPO kali ini mengadakan sarasehan bertema : “Bagaimana peran Pemuda dalam keberlanjutan hutan”, pelaksanan kegiatan dilaksanakan pada hari pertama, sabtu 19 November 2011. Di hari pertama, sekaligus pembukaan kegiatan langsung dibuka oleh Asisten I bupati Kabupaten Ketapang oleh bapak FX. Sungkalang mewakili Bupati Ketapang.
Dalam sambutannya FX. Sungkalang mengatakan dengan diadakan sarasehan ini sebagai bentuk kebersamaan untuk menjaga satu kesatuan ekosistem yang tidak hanya peduli pada orangutan. Selain itu juga, untuk keberlanjutan hutan dan satwa khususnya satwa dilindungi lebih diutamakan. Adapun tujuan dari kegiatan ini sebagai bentuk perhatian terhadap keberlangsungan hidup orangutan dan habitatnya yang semakin terancam.

Adapun pembicara pada kegiatan Sarasehan PPO adalah Kadisbun; Bpk. Lukas Lawun, BKSDA ; Bpk. Samosir, Kadishut; Bpk. Harnowo, Yayasan Palung; Andrew de Sausa, dan dari Kadisbudparpora ; Bpk. Yudo Sudarto. Untuk pembuka sarasehan bapak Samosir mengutarakan bahwa peran pemuda dalam keberlanjutan hutan, salah satunya tanggung jawab pemuda sebagai generasi yang diharapkan peduli atau kepedulian bersama terlebih semua elemen pemuda, masyarakat, pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat. Lebih lanjut bapak samosir menjelaskan Kawasan hutan : Hutan produksi, hutan konveksi, hutan desa, hutan adat, Kawasan konservasi (cagar alam) untuk penyelamatan lingkungan dan dan pelestarian lingkungan. Selain itu juga pengelolaan harus berdasarkan zonasi: hutan yang dibagi berdasarkan fungsinya, seperti : zona inti, pemanfaatan yang berdasarkan ilmu pengetahuaan. Hutan ada yang di kelola untuk ilmu pengetahuan, untuk rekreasi, untuk taman suaka alam. Fungsi hutan; fungsi konservasi, fungsi hutan lindung, fungsi hutan kelola. Fungsi hutan yang ditetapkan sebagai sebagai pemenuhan kebutuhan dengan syarat keberlanjutan.

Sedangkan dari Disbun menyatakan bahwa Kesejahteraan menjadi pokok utama. Ada rambu-rambu dalam melakasanakan itu semua. Dan kita semua yang harus menjalankan undang-undang tersebut. pengetahuan tentang kesejahteraan dan konservasi itu harus seimbang, jadi jangan sampai LSM vs Pemerintah. Terkait pembukaan lahan, bahwa yang bisa dipakai untuk budi daya adalah kawanan non kehutanan (APL). Di Ketapang sekarang sudah mewajibkan minimal 5% menanam karet pada kawasan HTI. Lebih lanjut Disbun menyatakan kesiapan apabila, Yayasan Palung ingin mensejahterakan masyarakat lewat karet, dinas perkebunan siap untuk membantu (siapkan saja dana untuk beli bibitnya).
Sementara itu Dishut mengatakan bahwa Investasi masuk menjadi konflik orangutan dengan manusia. Pemerintah Kabupaten Ketapang mencoba untuk bersama-sama untuk melirik kepada hutan desa yang berorientasi pada trade carbon (perdagangan Karbon) yang tujuan untuk membangun perekonomian masyarakat. Konsep bagaimana pemuda untuk menjaga hutan dengan hutan desa (REDD). Peran pemerintah : bagaimana menjaga hutan dalam hal ini harus berkerjasama dengan dinas perkebunan. Pelepasliaran Orangutan digunung Tarak, sebagai langkah agar orangutan tetap terjaga. Hutan lindung di kendawangan, bukit Kediuk sebagai daerah yang memiliki nilai konservasi tinggi. Pemerintah mencoba untuk memilihara hutan dan orangutan. Hutan desa pelang dari bina oleh dishut. Bagaimana kita menggantungkan penghasilkan dari hasil hutan bukan kayu dan kerajinan. Sedangkan Disbudparpora dan Yayasan Palung siap untuk mendukung Pariwisata dan pendidikan lingkungan. Peserta hadir dalam sarasehan ini adalah Instansi-instansi pemerintah, perwakilan dari sekolah-sekolah dan LSM , jumlah peserta 37 peserta.

Kegiatan lainnya lomba boneka jari satwa, lomba ini dilombakan bagi siswa siswi SMU dengan tujuan agar lebih mengenal satwa dilindungi. Dalam perlombaan ini, peserta merangkai kain dibentuk menyerupai muka satwa. Peserta yang hadir dalam lomba tersebut berjumlah 5 kelompok, 1 kelompok masing-masing 3 orang peserta.
Di hari kedua, 20 November 2011, melaksanakan malam pentas seni. Malam pentas seni pada kegiatan PPO 2011 ini di dedikasikan untuk mengenang Alm. Al. Yan Sukanda sebagai salah seorang yang memiliki kepeduliaan terhadap seni, budaya, pendidikan dan lingkungan. Pada malam pentas seni menyuguhkan acara teater dari komunitas Pedahasan Tikar Selembar berkolaborasi dengan Relawan Konservasi Tajam. Dalam teater ini menceritakan tentang seorang perjuangan dari masyarakat kecil dalam mempertahankan dan menjaga tanah dan hutan serta isinya terlebih Orangutan dengan kondisi hutan yang semakin parah. Penampilan lainnya musik akustik dari D’ Cupy band, dilanjutkan pembacaan puisi dan syair gulung dari BKSDA Ketapang. Puisi dan syair gulung menceritakan tentang keresahan tentang kondisi hutan yang rusak saat ini.

Penampilan lainnya adalah dari komunitas Ompe Harmoni, komunitas musik Ompe Harmoni merupakan bentukan dan binaan alm. Al. Yan Sukanda semasa hidupnya. Komunitas ini secara khusus menampilkan musik tradisional dan musik kontemporer. Lagu yang mereka nyanyikan adalah lagu berjudul ; Budi Baek. Lagu ini untuk mengenang alm. Al.Yan Sukanda. Selanjutnya pembacaan 3 puisi. Dalam pentas seni ini keluarga besar alm. Al. Yan Sukanda hadir. Kegiatan ini berakhir pada pukul 22.00 wib. (Pit-YP).

Wednesday, November 16, 2011

Yayasan Palung Menggelar Pekan Peduli Orangutan (PPO) 2011




Yayasan Palung akan menggelar kegiatan Pekan Peduli Orangutan (PPO) 2011, kegiatan ini merupakan rangkaian acara tahunan yang diselenggarakan sejak tahun 1998. Kegiatan ini merupakan salah satu kepedulian terhadap Orangutan. Mengingat orangutan merupakan kekayaan keanekaragaman hayati yang hanya terdapat di dua pulau saja yaitu Sumatera dan Kalimantan dan hanya tiga negara di dunia ini yang memilikinya yaitu Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam. Susunan genetik orangutan 97 % mirip manusia sehingga memiliki kedekatan perilaku dengan manusia. Orangutan melahirkan keturunan dalam jangka waktu kurang lebih 6 - 8 tahun sekali sehingga perkembangan populasinya cukup lambat.

Keberadaan orangutan saat ini terancam karena penangkapan dan berkurangnya habitat serta sumber pakan akibat peningkatan kebutuhan lahan oleh manusia. Penangkapan terutama ditujukan pada bayi dan anak orangutan usia 3 – 5 tahun. Saat penangkapan, induk atau orangutan dewasa yang berada didekatnya pasti dibunuh karena jika tidak maka akan menyerang. Induk atau orangutan dewasa yang berada disekitar bayi atau anak orangutan biasanya berjumlah 2 – 4 individu, sehingga dapat di rata-rata bila menangkap 1 bayi orangutan maka 2 – 4 ekor orangutan dewasa akan mati dibunuh.

Untuk menjaga kelestarian orangutan sebagai kekayaan eksotis bangsa Indonesia dan Pulau Kalimantan pada khususnya serta lebih khusus lagi Kabupaten Ketapang dan KKU sebagai pemilik habitat asli orangutan yang masih cukup baik maka diperlukan upaya-upaya perlindungan dan pelestarian yang bijaksana dan melibatkan berbagai pihak, baik masyarakat maupun pemerintah.

Pelajar sebagai generasi intelektual yang kritis dan penerus negeri ini merupakan sebuah kekuatan yang konstruktif dalam upaya-upaya perlindungan dan pelestarian sumberdaya alam terutama satwa dan tumbuhan yang dilindungi undang-undang. Untuk itu Yayasan Palung (Gunung Palung Orangutan Conservation Program) memfasilitasi pelajar di Ketapang dan KKU dalam wadah yang dinamakan Relawan Konservasi Taruna Penjaga Alam (TAJAM) dan Relawan Konservasi Bentangor untuk Konservasi (Rebonk). Salah satu aktivitasnya adalah Pekan Peduli Orangutan (PPO) sebagai wujud kepedulian dan peran serta pelajar di Kabupaten Ketapang dalam upaya perlindungan dan pelestarian orangutan dan habitatnya. Adapun tujuan kegiatan ini adalah memberikan penyadartahuan kepada masyarakat tentang orangutan dan habitatnya di Tanah Kayong dengan Tema “Hentikan Pengrusakan Habitat Orangutan”

Kegiatan PPO terdiri atas: Pameran Foto Lingkungan dan Produk HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu), Sarasehan, Lomba Kreasi Boneka Jari Satwa dan Malam Pentas Seni. Seluruh kegiatan PPO terbuka bagi umum, adapun pelaksanaan kegiatan tersebut pada: Hari/ Tanggal: Sabtu dan Minggu : 19 – 20 November 2011, Pukul: 08.00 – 22.00 WIB, Tempat: Gedung Silekens (Gedung Katedral Katolik lama) Jalan Ahmad Yani, Ketapang, Kal-Bar
Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi:
Kantor Yayasan Palung
Jl. Gajah Mada no. 97, Kalinilam, Kab. Ketapang.
Contact Person: Yayasan Palung : 3036367 Ari (Tajam): 085245727332, Petrus Kanisius : 085252489871, Mayi : 081345407525.

Wednesday, November 9, 2011

Hutan Adat (Hutan masyarakat/rakyat) dan Manfaatnya



Hutan adat atau dengan kata lain orang menyebut hutan masyarakat, merupakan hutan-hutan rakyat yang dibangun di atas tanah komunal; biasanya juga dikelola untuk tujuan-tujuan bersama atau untuk kepentingan komunitas setempat, (Wikipedia.com). 75% hutan Indonesia yang masih terjaga salah satunya karena adanya hutan adat, (dalam cuplikan narasi sebuah film tentang Hutan kita keputusan kita).

Ada beberapa macam hutan rakyat menurut status tanahnya, di antaranya:
1.Hutan milik, yakni hutan rakyat yang dibangun di atas tanah-tanah milik. Ini adalah model hutan rakyat yang paling umum, terutama di pulau Kalimantan dan pulau Jawa. Luasnya bervariasi, mulai dari seperempat hektare atau kurang, sampai sedemikian luas sehingga bisa menutupi seluruh desa dan bahkan melebihinya.
2.Hutan adat, atau dalam bentuk lain: hutan masyarakat, adalah hutan-hutan rakyat yang dibangun di atas tanah komunal; biasanya juga dikelola untuk tujuan-tujuan bersama atau untuk kepentingan komunitas setempat.
3.Hutan kemasyarakatan (HKm), adalah hutan rakyat yang dibangun di atas lahan-lahan milik negara, khususnya di atas kawasan hutan negara. Dalam hal ini, hak pengelolaan atas bidang kawasan hutan itu diberikan kepada sekelompok warga masyarakat; biasanya berbentuk kelompok tani hutan atau koperasi. Model HKm jarang disebut sebagai hutan rakyat, dan umumnya dianggap terpisah.

Beberapa contoh produk hutan-hutan rakyat dan wilayah penghasilnya, di antaranya:
Getah :
•Karet (Hevea brasiliensis); terutama di Sumatra bagian timur dan Kalimantan
•Jelutung (Dyera spp.); Sumatra dan Kalimantan
•Nyatoh (Palaquium spp., Payena spp.); terutama Kalimantan
•Damar mata-kucing (Hopea spp., Shorea javanica); Sumatera Selatan dan Lampung, terutama Lampung Barat
•Damar batu (Shorea spp.); Sumatra dan Kalimantan
•Kemenyan (Styrax benzoin); Sumatera Utara terutama Tapanuli Utara
Buah-buahan:
•Durian (Durio spp., terutama D. zibethinus); Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Maluku.
•Jambu mente (Anacardium occidentale); Sulawesi Tenggara dan Sumbawa
•Kluwek atau kepayang (Pangium edule); banyak tempat, terutama di Jawa.
•Kemiri(Aleurites moluccana); Sumatra, Sumbawa dan Sulawesi Selatan
•Kopi (Coffea spp.); banyak tempat, termasuk Bali dan Lombok.
•Lada (Piper nigrum); Sumatra, Kalimantan
•Pala (Myristica fragrans); Aceh dan Maluku
•Petai (Parkia speciosa); Sumatra, Kalimantan dan Jawa
•Tengkawang (Shorea spp.); Kalimantan

Rempah-rempah lain:
•Kulit manis atau kayu manis (Cinnamomum spp.); Sumatra, terutama Sumatera Barat dan Kerinci
•Cengkeh (Syzygium aromaticum), banyak tempat.
•Aneka jahe-jahean (empon-empon); Jawa.

Hutan rakyat di pulau Jawa dan hutan adat di pulau Kalimantan terdapat jenis-jenis :

Kayu-kayuan:
•Jeunjing (Paraserianthes falcataria); Jawa, terutama Jawa Barat dan Jawa Tengah
•Jati (Tectona grandis); Jawa, terutama Gunungkidul di Yogyakarta, Wonogiri di Jawa Tengah, Pacitan di Jawa Timur, dan Kuningan serta Indramayu di Jawa Barat; juga di Muna, Sulawesi Tenggara
•Mahoni (Swietenia macrophylla); dari banyak tempat di Jawa Barat dan Jawa Tengah

Resin :
•Rotan (banyak jenis); Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi; terutama dari Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan
•Cendana (Santalum album); Sumba dan Timor
•Sagu (Metroxylon sago); Maluku dan Papua.

Di dalam hutan adat terdapat berbagai hasil hutan bukan kayu (HHBK) menjadi salah satu pilihan tepat untuk di jadikan alternatif pemanfaatan yang memiliki sejuta manfaat bagi sumber kehidupan. Pilihan ini menjadi patokan dasar agar hutan tetap terjaga dengan baik tanpa merusak hutan. Hutan Adat merupakan salah satu titipan, peninggalan atau warisan nenek moyang. Sebagai titipan leluhur sudah septutnya bagi kita semua untuk terus peduli dan selalu menjaga hutan adat yang masih ada. Hutan tetap terjaga apabila kita memiliki kepeduliaan untuk bersama menjaganya. Semoga hutan adat dapat terus terjaga dan lestari. Sumber : Wikipedia.com dan cuplikan narasi sebuah film tentang hutan kita keputusan kita. Foto doc. Pit.(Pit- YP).

Monday, October 31, 2011

Pelatihan Pembuatan RTRW dan Peraturan Desa untuk 5 Desa




Pelatihan Pembuatan RTRW dan Peraturan Desa menjadikan dasar utama yang harus dimiliki oleh desa untuk memiliki RTRW dan peraturan desa. Kegiatan ini berlangsung di desa Pampang Harapan, 25- 27 Oktober 2011.
Kegiatan pelatihan RTRW dan Peraturan Desa merupakan harapan bagi desa dalam rangka terbangunnya kesadaran politik dari masyarakat akan pentingnya partisipasi dalam pembuatan Peraturan Desa dan Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa. Kedua, Meningkatkan pemahaman masyarakat desa tentang aspek hukum tata ruang serta bagaimana memanfaatkan tata ruang yang ada di desa agar lebih terarah dan terkendali. Ketiga, Meningkatkan pengetahuan masyarakat desa tentang prosedur penyusunan Tata Ruang Desa, penyusunan peraturan desa. Keempat, Meningkatkan pengetahuan masyarakat akan hak dan kewajiban masyarakat dalam penyusunan Tata Ruang Desa serta produk hukum desa. Kelima, Memperkenalkan dan memperkuat prinsip-prinsip pengawasan dan tanggung gugat pemerintah dalam hal penyusunan kebijakan.

Sedangkan desa yang dilibatkan dalam pelatihan Penyusunan RTRW-desa dan Peraturan Desa adalah desa yang menjadi dampingan Yayasan Palung yang terdiri dari 5 Desa di Kabupaten Kayong Utara yaitu : desa Riam Berasap Jaya, desa Simpang Tiga, desa Pampang Harapan, dan desa Batu Barat. Pada kegiatan ini desa yang hadir hanya 3 desa saja, desa Riam Berasap Jaya, Desa Batu barat dan desa Benawai Agung sebagai Partisipan peserta.
Peserta yang dilibatkan dalam pelatihan ini sebanyak 20 orang peserta. Dimana setiap desa akan dilibatkan terdiri dari : Perangkat Desa (Kepala Desa dan Kaur Desa), Anggota BPD (Ketua dan anggota BPD), LPM (Lembaga Perwakilan Masyarakat),tokoh masyarakat/agama.

Thursday, October 27, 2011

Cara Bikin Boneka Jari

Kerajinan tangan yang satu ini selain mengasah kreatifitas, juga bisa digunakan saat membacakan dongeng untuk si kecil sehingga lebih menarik bila dilengkapi dengan peraga boneka jari. Membuatnya tak sulit kok sementara imajinasi si kecil pun makin kaya.



Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memilih satwa mana yang akan dibuat boneka jari. Tentu tidak semua orang tahu seperti apa bentuk dan rupa satwa terutama satwa-satwa yang dilindungi, kumpulkan gambar-gambar satwa itu terlebih dahulu bisa dengan browsing di internet dan buku. Untuk membuat karakter boneka jari satwa yang sesuai dengan karakter satwa aslinya, tidak ada salahnya untuk mencaritahu tentang satwa itu sendiri seperti sifat-sifat dan kebiasaannya.

Bahan:

Wednesday, October 26, 2011

LOWONGAN KERJA

FIELD OFFICER DAN ASSISTANT FIELD OFFICER

Yayasan Palung, sebuah lembaga konservasi orangutan dan habitatnya yang bekerja di Ketapang dan Kayong Utara, Kalimantan Barat membuka kesempatan berkarir bagi 2 orang untuk mengisi posisi di Pusat Pendidikan Lingkungan yang berada di desa Pampang Harapan, Kecamatan Sukadana, Kayong Utara.

Friday, October 21, 2011

Sosialisasi Undang-undang Satwa dan Kawasan Lindung di 3 desa






Kegiatan solialisasi ke tiga desa kami laksanakan di kecamatan Tayap yakni di desa Kayong Utara, desa Kayong Hulu dan desa Betenung Kecamatan Tayap. Kegiatan ini sebagai salah satu tujuan sosialisasi tentang undang-undang satwa dilindungi dan kawasan lindung kemasyarakat, pemutaran film lingkungan dan lecture (ceramah lingkungan di sekolah).
Sosialisasi kawasan lindung, hutan lindung, undang-undang no. 5 tahun 1990 tentang konservasi lingkungan dan satwa dilindungi seperti Orangutan. Kami dari Yayasan Palung sebagai fasilitator di dukung oleh Dinas Kehutanan dan BKSDA kabupaten Ketapang. Kegiatan ini kami laksanakan pada tanggal 11-15 Oktober 2011, Kami melaksanakan kegiatan ini secara keliling di 3 desa. Sebagai Pemateri kegiatan adalah dari Yayasan Palung oleh Tri Nugroho /Bedu, Petrus Kanisius dan Agus Lebam, dari Dinas Kehutanan oleh Bapak Sirhan, BKSDA adalah Tias Palupi.

Wednesday, October 19, 2011

Ketapang Berduka


Ketapang telah kehilangan putra terbaik yang penuh dedikasi untuk music, seni, budaya dan lingkungan. Kami sangat kehilangan dengan kepergian beliau.

Turut berduka cita atas meninggalnya Bapak Al. Yan Sukanda, S.Sn. yang tutup usia hingga umur 48 tahun.

Terima kasih atas sumbangsih, tenaga dan pikiran yang diberikan kepada kami sebagai salah seorang Dewan Pembina Yayasan Palung.
Selamat Jalan sahabat, teman, guru, jasamu sungguh mulia. Semoga amal dan kebaikan mendapat tempat di Sisi Kanaan Allah Bapa.

Wednesday, October 12, 2011

Lomba untuk Pekan Peduli Orangutan 2011

Ketentuan Lomba (PDF)
Bagi kawan2 muda yang mau meningkatkan kreativitas diri sambil belajar tentang satwa yang dilindungi di daerah kita, yom ikut LOMBA KREASI BONEKA JARI SATWA, simak ketentuannya dibawah ini ya…

•    Peserta Lomba adalah remaja usia 15 – 18 tahun, maksimal 3 orang per tim.
•    Formulir pendaftaran, dapat diunduh di sini, setelah diisi dapat dikirim ke mayi.eugenia'at'gmail.com, batas akhir pendaftaran 17 Nopember 2011.
•    Lomba dilaksanakan pada Minggu, 20 Nopember 2011 Pukul 12.30 – 16.30 di Ketapang (tempat akan diberitahukan kemudian).

•    Panitia menyediakan uang tunai, piagam penghargaan dan paket hadiah untuk 3 Pemenang Lomba:
    Pemenang I    : Uang tunai Rp. 400.000,- + piagam penghargaan dan paket hadiah
    Pemenang II    : Uang tunai Rp. 250.000,- + piagam penghargaan dan paket hadiah
    Pemenang III    : Uang tunai Rp. 150.000,- + piagam penghargaan dan paket hadiah

•    Pemenang Lomba akan diumumkan pada Acara Malam Hiburan PPO pada Minggu, 20 Nopember 2011.
•    Technical Meeting pada 18 Nopember 2011, pukul 14.00 WIB di Kantor Yayasan Palung
•    Peserta membawa hasil kreasi yang telah jadi pada saat lomba dan diserahkan kepada Tim Juri pada saat registrasi lomba, hasil kreasi akan dikembalikan setelah lomba.
•    Peserta memperagakan cara membuat hasil kreasi pada saat berlangsungnya lomba, semua hasil kreasi yang dibuat saat lomba menjadi milik panitia.
•    Hasil kreasi yang dinilai adalah hasil kreasi yang sudah jadi 100 persen yang dibuat saat berlangsungnya lomba.

Ketentuan Khusus Lomba:

Wednesday, October 5, 2011

SMK Negeri 1 Sukadana Targetkan Menjadi Barometer SISPALA di KKU








Tanggal, 1-2 Oktober 2011 di Bukit Peramas, yang juga termasuk dalam kawasan buffer zone atau daerah penyangga Taman Nasional Gunung Palung. Pada kesempatan ini, siswa SISPALA LAND (Line of Adventure in the Natural Discovery) SMK Negeri 1 Sukadana mengadakan Diksar (Pendidikan Dasar) pertama kali. Kegiatan ini didampingi langsung oleh Staff Yayasan Palung yakni Mulyono, Agus, Bedu dan Tito dibantu oleh relawan REBONK Reno, Wawan dan Fauzen.
Menurut Bapak Heru dan Bapak Jamani sebagai guru pembina “SISPALA LAND sebelumnya hanyalah sebuah komunitas Pencinta Alam, namun sekarang Alhamdulilah sudah sah yang memiliki anggaran dasar organisasi dan beranggotakan 25 orang peserta, saya sangat berterima kasih kepada Yayasan Palung yang sudah membimbing dan membina kami selama ini dengan baik, harapanya SISPALA LAND menjadi barometer bagi SISPALA lain khususnya di Kabupaten Kayong Utara”. Sebelum di sahkan calon anggota harus melaksanakan Pradiksar (materi kelas) dengan materi yang disampaikan Montenering, Bivak, THAB, Survival, Manajemen Perjalanan, P2GD, Tali temali.

Friday, September 30, 2011

Praktek Simpul untuk Sispala Repatones, St. Yohanes Ketapang



Praktek tali temali berupa simpul-simpul merupakan salah satu metode pendidik sebaya (memberikan atau pemberian materi pendidik yang dilaksanakan oleh sesama sispala). Pada kesempatan kamis, 29 september 2011 bertempat di SMA PL. St. Yohanes Ketapang, Yayasan Palung memberikan materi tentang praktek Tali temali. Dalam kesempatan ini Yayasan Palung memberikan kepercayaan pada teman-teman Sispala dari sesama Sispala yakni dari Sispala Care, SMA 2 Ketapang 9 orang dan Taruna Penjaga Alam (TAJAM) 2 orang. Kegiatan ini dimulai dari pukul 15.30 - 17.00 wib. Paktek simpul mengenal simpul jangkar, simpul hidup,simpul mati, simpul pangkal, simpul anyam, simpul pita, simpul kambing, simpul 8 dan simpul lepas.

Wednesday, September 28, 2011

Yayasan Palung Memberikan Materi Dasar Sispla Untuk Repatones






Kamis, 23 September 2011, pukul 15.30 – 17.00 wib, bertempat di SMA PL. St. Yohanes, Yayasan Palung memberikan materi kepada Sispala Repatones, St. Yohanes Ketapang. Kegiatan ini adalah sebagai salah satu bentuk kepedulian dan dampingan Yayasan Palung terhadap sispala yang ada di Ketapang. Pada pertemuan kemarin, Agus Lebam, Ranti Naruri, Petrus Kanisius dari Yayasan Palung, dan Ari dari Relawan Tajam berkesempatan untuk hadir memberi materi.
Dalam kesempatan kali ini Agus Lebam, memberikan pengenalan materi tentang tali- temali (mengenal simpul jangkar, simpul hidup,simpul mati, simpul pangkal, simpul anyam, simpul pita, simpul kambing, simpul 8 dan simpul lepas), Bivak atau buat tenda, materi tentang T.H.A.B atau survival (cara bertahan hidup di alam bebas), P2GD dan P3K (kesehatan, pertolongan pertama), navigasi (penunjuk arah) dalam hal ini penggunaan kompas dalam menentukan arah. Selain itu, Agus menjelaskan tentang peta atau topografi/letak wilayah berdasarkan letak dimana posisi pada saat itu.
Tidak hanya itu, Agus Lebam menjelaskan tentang materi managemen perjalanan di saat kita berada di alam bebas. misalnya bagaimana kita memaksimalkan, memperkirakan waktu, lokasi, barang-barang dan logistik. Mountenering atau materi pendakian juga di jelaskan sebagai pengenalan kepada anggota baru. Dalam materi ini, secara jelas memberikan gambaran tentang suatu kemiringan dalam sebuah pendakian. Disebutkan bahwa 45° bisa disebut sebagai pendakian. Dalam materi Bivak (membuat tenda), bagaimana menentukan arah angin, bagaimana cara untuk menghindari dari binatang buas dan yang terpenting adalah dekat dengan sumber air.

Wednesday, September 21, 2011

Apakah yang Kita Ketahui Tentang Orangutan :

Sambungan …….

8. Sebagian besar jenis makanan orangutan terdiri atas buah-buahan dan dedaunan yang dikumpulkan dari pepohonan hutan. Mereka juga makan kulit kayu, pada kesempatan langka orangutan pernah memakan daging (tikus), tetapi itu hanya terjadi sekali walaupun jarang terjadi.
9. saat ini mungkin tidak lebih dari 50.000 populasi Orangutan di Kalimantan dan kurang lebih 6.650 populasi Orangutan di Sumatra. Setengah dari jumlah populasi Orangutan 20 tahun yang lalu. Jika ancaman terhadap Orangutan dan habitatnya terus berlangsung, dalam 50 tahun ke depan (sejumlah organisasi bahkan memperkirakan lebih cepat), Orangutan yang di alam akan punah.
10. Hilangnya habitat merupakan ancaman nomor satu bagi Orangutan. Indonesia kehilangan rat-rata 1,87 juta hektar hutan setiap tahunnya, diantranya karena perluasan perkebunan yang menghancurkan hutan alam.
11. Sejak tahun 1985 – 2007, pulau Sumatra kehilangan 12 juta hektar hutan alam atau sekitar 8 % dari total hutan alam Indonesia dalam waktu 22 tahun terakhir, dan pada tahun 2007, Sumatra hanya mempunyai 30 % hutan alam atau sekitar 13 juta Hektar. Sedangkan hutan di Kalimantan, lebih parah lagi kerusakan akibat illegal logging, pembukaan lahan untuk perkebunan dan pertambangan.

Thursday, September 15, 2011

Apakah yang Kita Ketahui Tentang Orangutan



1. Anak Orangutan memerlukan waktu 6-7 hidup bersama dengan ibunya. Anak orangutan belajar tentang wilayah (geografis) hutan dan strategi bertahan hidup, sebelum berpisah untuk mengarungi hidup sendiri.
2. Orangutan jantan hidup menyendiri dan mayoritas memiliki flens (bantalan pipi) setelah berusia 15 tahun, hal ini disebut sebagai karakteristik seksual sekunder(ciri-ciri fisik yang membedakan jantan dan betina yang tidak terkait langsung dengtan reproduksi dan muncul pada kematangan seksual).

Monday, September 5, 2011

Lucky to Be Here!


The following is a submission from a volunteer from the UK, Tara Mills, who has been sharing her international scouting and other experiences with Yayasan Palung.  We accept a limited number of volunteers at Yayasan Palung each year, for more information please contact us (yayasanpalung 'at' gmail 'dot' com).

-------

I am lucky to be here.  Not just because I have been able to save to pay for the flight.  Not just because I have so far survived Indonesia’s roads.  And not just because Bon Jovi was playing when I arrived at Yayasan Palung’s education centre!  Aside from all that, I am lucky to be here because this is my dream.  My dream since I was 4 years old.  How many 4 year old popstar wannabees or aspiring astronauts realise their dreams?!  And yet, here I am.  For more than 20 years, if somebody asked me the question “If you could do one thing in life, what would it be?”, my reply, without skipping a beat would be “go to Borneo and help to save orangutans”.  And though the helping I may manage will be extraordinarily minute, I am so happy to be doing something!

My main job here is to develop the education trail that Yayasan Palung has set up to teach kids about the forest when they are still a little too young to be taken on a hike through the actual forest.  This trail runs through approximately 100 metres of secondary forest and has a wide variety of flora and fauna living along and around it.  At present, there are large notice boards through the trail, filled with information about various aspects of the forest.

You might suppose that kids here are so fascinated with the forest around them, or are so thrilled to be out of the classroom, that you could run this trail in any way and they would still just absorb information.  But I have worked with enough different kids that I can’t believe this could be possible!  They will still need to be constantly engaged, and there are very few children that can pay attention through being persistently talked at, no matter what it’s about.

Since I arrived in Indonesia, I have tried fruits that we don’t even have English names for, blood-crazed mosquitoes sporting flecks of blue tried to eat me alive during a short walk in the forest, and I was serenaded by what seemed like hundreds of frogs in Bali, as soon as it went dark.  But despite the striking differences between here and the ancient streets of Oxford, people here still pay far too much attention to their mobile phones, still smile when they don’t know what to say, and kids still love to sing heads, shoulders, knees and toes!  And since people are still people, no matter where they live, I am confident that my experience, and the ideas I can pass on here can still make an impression on the kids here and hopefully help to impress the conservation ideals of Yayasan Palung on the up and coming generation.

While I’ve been here, I’ve given English lessons, been to school lectures, seen photos from education trail field trips (I haven’t been able to join one because the schools haven’t allowed them during Ramadan), attempted to teach kids about orangutans and deforestation in semi-translated English (!), taught kids songs in English and Indonesian, given a presentation about scouts, and even attempted to teach a group of volunteers about genetics while on a beach!  All of these things have shown me that kids respond better when variety, excitement, independent thought and interactive teaching are incorporated in their learning, just as the kids do back home.

To save the orangutan, we need to save the rainforest.  And to save the forest…well…there are so many things to do.  What makes Yayasan Palung most special to me is that they are working to save the forest and the orangutan in so many ways, and so many sustainable ways.  This is not the organisation of quick fixes, although those can be important too.  This is the organisation working for long-term, self sustaining change; which is why education is such an important part of their program.

I hope that by working to make the valuable education links set up by Yayasan Palung more impactful and engaging for the children, I can put something towards the future conservation of West Kalimantan’s rainforest.  By learning about the forest when they are young, children gain an understanding of, appreciation for and hopefully some drive to conserve their rainforest.  With any luck, this should stay with them as they grow up and enter the community as influential and important ambassadors for conservation.  In addition, if Yayasan Palung is able to effectively pass on the importance of the environment and the protection the forest requires, these young people will be able to pass on these ideas to their peers, and then ultimately their own children, creating a self-perpetuating transfer of knowledge between people.

Saturday, August 27, 2011

Translokasi Orangutan ke Hutan Desa Pematang Gadung







Pelaksanaa pelepas liaran orangutan pada hari Jumat pada 26 Agustus 2011, pelepasliaran (translokasi) orangutan di hutan desa Pematang Gadung. Kronologis awal : Orangutan tersebut merupakan hasil penyerahan masyarakat tanjung baek budi pada tgl 19 Agustus kemarin. Dengan demikian orangutan baru 1 minggu dalam kandang. Orangutan tersebut ditangkap warga karena mengganggu /masuk ke kebun warga Tanjung Baek Budi.
Pernyataan dari IAR : IAR melakukan pengecekan ternyata Orangutan tersebut masih sangat liar, jadi kita rekomendasikan untuk dilepasliarkan, lokasi pematang gadung dipilih karena masyarakat des asana peduli terhadap habitat dan satwa liar, serta tersedianya pakan alaminya. Hal ini berdasarkan hasil survey FFI. Pernyataan dari BKSDA; Menurut Agustinus Batubara, dari seksi konservasi wilayah 1 Ketapang. Menurutnya pelepasliaran ini dimaksudkan sebagai peduli dengan satwa dan lingkungan. Semoga satwa dilindungi khususnya orangutan harus diselamatkan, dengan harapan ada kerjasama antara semua;masyarakat, pemerintah dan NGO bersama untuk menjaga agar alam dan satwa tetap lestari.Pernyataan dari Abdulrahman Alkadri (tokoh masyarakat) : Harus ada keselarasan antara masyarakat, pihak Pemerintah dalam hal ini dinas kehutanan dan BKSDA. Nampaknya saat ini banyak kepentingan terhadap exploitasi hutan sehingga kecerancaman satwa, hutan yang menjadi sumber air sebagai roh Kehidupan, terkesanterabaikan.
Sementara itu, anggota DPRD kabupaten Ketapang dari Komisi II, yang rencananya diundang untuk pelepas-liaran secara simbolis tak bisa hadir karena waktu bersamaan berlangsung paripurna. Namun secara moral, kita sebagai manusia harus mampu menjadi penyeimbang dalam hal Kehidupan. Pelepasan orangutan ini membuktikan, bukan hanya karna orangutan dilindungi sesuai peraturan, tapi juga bagaimana kita memberikan hak hidup pada makhluk Tuhan, dengan konsep pelestarian habitat, seperti Hutan Desa, kata Junaidi, SP. Hal ini sangat penting. Keterbatasan habitat menjadi penyebab turunnya populasi orangutan, ditambah Alfiannur, yang juga anggota Komisi II.
Kronologis translokasi : Persiapan pelepas liaran Orangutan yang diberi nama Emka (4,5 tahun) dimulai sejak pukul 05.30 wib di kandang transit IAR. Pada pukul 07.00 wib berangkat dari kandang transit IAR dan tiba di penyeberangan Desa Pematang Gadung sekitar jam 08.15 wib. Kemudian dilanjutkan untuk menuju hutan Desa Pematang Gadung dengan menggunakan motor air.
Yang ikut dalam pelepasan liaran orangutan tersebut adalah IAR, Yayasan Palung, FFI, BKSDA,Orangutan Project UK di Serawak, dan beberapa orang masyarakat pematang Gadung serta tokoh masyarakat pematang Gadung bapak Abdulrahman Alkadri.
Menempuh perjalanan sekitar satu setengah jam dengan menggunakan motor air, kami berjalan kaki menuju tempat pelepas liaran sekitar pukul 11.00 wib. Kami membutuhkan waktu sekitar satu jam karena kami mencari tempat yang tepat (sekitar 7 kilometer ke dalam hutan) untuk pelepasan. Pelepasan berakhir sekitar pukul 12.30 wib dan kami tiba kembali di ketapang lagi sekitar jam 15.00 wib. (Pit- YP).

Yayasan Palung in the News

Last May, Yayasan Palung hosted a delegation of 14 U.S. news editors in cooperation with Johns Hopkins University’s School of Advanced International Studies and Tempo Magazine.  The delegations are an annual undertaking to improve the quality of international news coverage in the U.S., and in 2011 they visited Yogyakarta, Jakarta and Ketapang to learn more about Indonesia.  While in Yogya and Jakarta the delegation explored issues around public health and religion, Yayasan Palung organized the Ketapang portion to study issues concerning orangutan conservation, palm oil expansion, and indigenous land rights.

The editors, coming from major print, radio and internet new outlets, met with village leaders, the Bupati of Kayong Utara, national park officials, local NGOs and others living around Gunung Palung National Park.  Orangutan research field manager Gail Campbell-Smith did a radio interview for National Geographic, who also featured an article on their blog on the conservation efforts of Riam Berasap Jaya’s village head, Pak Bastarin Kask.  Time magazine also produced a short video about Pak Bastarin and palm oil for their website.  The delegation also had editors from U.S. newspapers, and articles on local struggles with palm oil included this piece in the San Francisco Chronicle and a front page article in the New York Times on the boom in swiftlet houses for birds nest soup, which was reprinted in other papers such as the Age (Australia) and the Scotsman (UK).

Wednesday, August 24, 2011

Jangan Serakah dengan Sumber Daya Alam



Pemerataan suatu pembangunan dan kesejahteraan memberikan arti tersendiri bagi masyarakat kebanyakan, hal ini menyakut sebuah kebenaran dan keadilan kepada masyarakat pula. Pernyataan ini tentunya tertuju pada sebuah kebijakan dan kesesuaian dalam penerbitan sebuah ijin. menyakut perkebunan dan pertambangan. Tidak hanya itu, kesesuaian antara pajak, penerima pajak dan penikmat pajak khususnya pembangunan sepertinya patut untuk kita pertanyaan. Opini ini sedikit mempertanyakan dari sekian banyak persoalan di daerah ini. Masyarakat, Pemerintah dan perusahaan merupakan salah satu elemen yang tidak terpisahkan dalam menentukan sebuah kebijakan yang cenderung serakah dengan alam.
Kelimpahan alam memberikan beberapa alasan terutama sebagai sumber penghidupan bagi masyarakat, tetapi yang menjadi persoalan adalah memberi arti bagaimana alam dapat dikelola secara berkelanjutan. Ada beberapa contoh tentang bagaimana sumber daya alam ini di mainkan; Pertama, Perusahaan : perusahaan mengajukan ijin kepada pembuat kebijakan. Sedangkan pembuat kebijakan mendapatkan pajak dari perusahaan. Kedua, Pembuat kebijakan sebagai pelaksana adalah Pemerintah . Pembangunan adalah aspek yang harus dilaksankan oleh pembuat kebijakan. Sedangkan masyarakat adalah penerima upah dari hasil kerja dari perusahaan dan penerima dari pemerintah berupa pembangunan. Ketiga, bagaimana agar alam ini tetap ada dan terjaga dengan pengelolaan yang sesuai tanpa merusak alam dan tanpa merugikan siapapun termasuk satwa dan tumbuh-tumbuhan langka. Orangutan saat ini sulit mencari dan mendapat tempat dirumahnya sendiri di habitatnya (hutan). Ketiga alasan ini merupakan hubungan saling keterkaitan dan tidak dapat dipisahkan.
Ketersediaan alam yang bebas tanpa perusak, tampaknya sangat sulit untuk dipertahankan, tetapi bagaimana kita mampu dan belajar untuk menghargai dan mensyukuri alam ini sebagai tempat berpijak. Kebebasan dalam suatu kebijakan, perbuatan memang layak untuk dilaksanakan. Tetapi yang terpenting adalah keselarasan sumber daya alam dan lingkungan menjadi terjalin dengan adanya penghargaan satu dengan yang lainnya. Selanjutnya adanya pembangunan berkelanjutan dengan memperhatikan aspek seperti Nilai Konservasi Tinggi (NKT) yang manfaatnya adalah memperhatikan keseimbangan dan tetap mempertahankan wilayah sebaran satwa. Tidak hanya itu, syarat AMDAL menjadi permasalahan pokok yang hingga kini belum atau tidak dijalankan oleh berbagai perusahaan.
Semua masyarakat mendambakan keadilan berdasarkan asas budaya dan lingkungan terjaga. Sumber Daya Alam melimpah memiliki seribu bahkan sejuta harapan bagi Kehidupan, pembangunan yang berkelanjutan yang harus diterapkan, dengan demian kelak anak cucu di masa mendatang masih atau mampu menikmat indahnya alam. Penghargaan akan alam semesta merupakan salah satu alasan yang harus dilakukan agar alam ini tetap terjaga dan lestari. (Pit- YP).

Friday, August 19, 2011

Yayasan Palung Mengadakan Training Herbarium Untuk Relawan






Pada 17 Agustus 2011, Yayasan Palung mengadakan kegiatan training herbarium bertempat di Pantai Tanjung Belandang. Kegiatan ini diperuntukan bagi para relawan (TAJAM) Yayasan Palung yang ada di Ketapang. Kegiatan ini merupakan salah satu tujuan sebagai peningkatan kapasitas para relawan khususnya dalam pembelajaran tentang Botani (seluruh aspek biologi tumbuh-tumbuhan) terkait pengawetan tanaman berupa herbarium.
Kegiatan training Herbarium ini adalah sebagai tahapan bagi para relawan yang berencana untuk membuat herbarium. Herbarium adalah kumpulan tumbuhan kering yang dipres dan ditempelkan pada lembaran kertas, biasanya kertas manila yang menghasilkan suatu label dan data yang rinci serta disipan dalam rak-rak atau lemari besi dalam urutan menurut aturan dimana herbarium itu disimpan.
Herbarium sangat penting untuk digunakan dalam pekerjaan taksonomi (sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki tingkatan tertentu. Di mana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum dan taksonomi yang lebih rendah bersifat lebih spesifik terkait misalnya jenis tanaman atau daun).
Herbarium terdiri dari koleksi kering dan koleksi basah. Koleksi basah tidak dipres dan merupakan specimen-spesimen hidup yang dipelihara dengan baik. Tiap-tiap specimen digunakan untuk mengidentifikasi specimen-spesimen baru yang tidak diketahui namanya. Sedangkankan jenis dari tanaman yang bisa digunakan untuk herbarium adalah jenis tumbuhan paku, tumbuhan falmae atau palem, tanaman pisang, dan herbarium bagi tanaman air. Dalam membuat herbarium ada beberapa yang perlu di perhatikan terutama berkaitan dengan catatan label pada saat koleksi misalnya : Nomor koleksi, Nomor specimen, Suku, Lokasi, Ketinggian, Tanggal, Habitat : meliputi topografi, tanah, air, dan tipe vegetasi dan nama daerah. Hal ini serbagai penanda kapan, dimana dan jenis tanaman apa sajsa yang dikoleksi.
Pengawetan Herbarium 1. Dilapangan misalnya; menggunakan formaldehid (8%) , Ambil botol plastic polietena yang mempunyai ukuran 2,5l, Timbang 250 gr paraformaldehid, tambah 2 sdt heksamin masukkan dalam botol plastik, Tambah air mendidih sampai botol penuh, biarkan larutan itu selama semalam hingga menjadi formaldehid 8%, dan Etil alcohol 75%.
2.Pengawetan di tempat penyimpanan Insektisida yang digunakan selama penyimpanan : a. Kontak : gas sianida, paradichlorobenzena (PBD), dan karbon sulfide. b. Digestive : garam merkuri dan merkuri klorida. 3. Pengawetan herbarium kering Bahan yang sudah dikeringkan dicelup pada campuran 1000cc alcohol dan 40gr sublimat hingga basah seluruhnya. Kemudian keringkan lagi hingga kering betul. 4. Pengawetan herbarium basahTumbuhan dicuci hungga bersih dan masukkan dalam bahan yang terdiri atas campuran 1000cc air suling, 25cc formalin, 1cc asam cuka, dan 15cc merkuri sulfat.
Pembuatan herbarium ini adalah sebagai bahan pembuatan kebun botani, arahan dari herbarium ini adalah sebagai Tempat pendidikan, Persediaan material, pembuatan herbarium juga dapat digunakan sebagai tempat penelitian, dan Perlindungan jenis tanaman.
Kegiatan ini diberikan dalam bentuk taining, sebagai Pemateri adalah Edward Tang dari Pendidikan lingkungan, Yayasan Palung dan Tara Mills salah seorang mahasiswi S3, Genetic Biology dari Oxford Univercity, dia juga adalah relawan Yayasan Palung untuk pendidikan lingkungan. dalam penyampaian materinya Edward Tang menjelaskan tentang herbarium. Sedangkan Tara Mills menjelaskan tentang contoh DNA evolusi; memberikan pembahasan tentang perubahan struktur DNA paruh burung raja udang yang semula memiliki paruh pendek dan berubah menjadi panjang, hal ini dikarenakan paruh burung tersebut terpengaruh oleh alam sekitar yang mana DNA burung tersebut perlu 100.000 tahun untuk perubahan yang sempurna dengan cara dimutasikan secara alami pula.
Dalam kegiatan ini hadir sekitar 17 peserta training dari Relawan Konservasi Tajam, kegiatan ini dimulai dari jam 11.00 – 16.00 wib. Dalam kegiatan ini para relawan membuat 10 herbarium. Kegiatan ini mendapat respon positif dari para peserta, yang ikut dalam kegiatan ini adalah Ranti Naruri dan Agus Lebam dari Pendidikan Lingkungan Yayasan Palung. Kegiatan ini berjalan sesusai dengan rencana. (Pit-YP).

Monday, August 15, 2011

Cerita Para Petualang Pengintip Satwa Lewat Lensa di Hutan Kota





Sore sudah mulai menampakan bentuk, pancaran sinar matahari sudah mulai redup, sekitar pukul 15.45 wib kemarin sabtu, kami bergegas menggunakan sepeda motor menuju jalan Lingkar (Hutan Kota) dengan maksud untuk mengintip satwa dan obyek apa saja di sekitar hutan tersebut. Hal ini kami lakukan sebagai penyalur hoby dan belajar mengamati flora dan fauna.
Setibanya di jalan gertak, kami sudah disambut oleh dua ekor monyet. Para awak pengintip lensa langsung mengeluarkan senjatanya berupa long tele. Konsentrasi tinggi begitu tampak dari wajah masing-masing penguna kamera untuk sekedar jeprat-jepret monyet dua ekor yang secara tidak sengaja berjumpa dengan kami. Setelah itu kami melanjutkan perjalalan menelusuri gertak (jembatan kecil) satu ke gertak yang lainnya, dalam kesempatan ini juga erik raferna dan frans doni menenjumpai burung raja udang paruh merah (Halchyon coromanda).
Dari penelusuran kami di hutan tersebut kami menjumpai Si Hidung Mancung/Bekantan alias Nasalis Larvatus sangat senang rasanya bisa secara langsung melihat satwa yang tergolong langka tersebut, seketika itu juga para pengintip tidak lengah untuk mengeluarkan lagi long tele (kamera lensa Panjang) untuk mengabadikan gambar Si Hidung Mancung.
Sambil berjalan perlahan, kami juga berbincang-bincang kecil bertutur tentang dunia hijau dan satwa yang di jumpai satu hari sebelumnya yakni Rangkok. Kami sangat berharap hari ini ketemu lagi, tapi hari ini kami kurang beruntung. Sepanjang jalan kami lalui hampir selalu menemui obyek menarik lainnya seperti kupu-kupu, serangga dan tupai. Obyek yang begitu menarik di sekitar hutan tidak serta menarik secara keseluruhan, dikarenakan cukup banyak sampah plastik tersebar di pinggiran kiri dan kanan jalan yang kami lalui.
Kami ber-tujuh penyuka dunia photografi terdiri dari aku, Erik Raferna, Frans Doni, Yopri,Jephi, Rouf dan Ari menyudahi pertualangan mengintip di hutan kota sebab senjapun sudah menyongsong. Sekitar dua jam setengah kami berpetualang dan mengintip ditempat itu, banyak hal menarik yang kami jumpai. Kami berharap minggu depan masih ada waktu untuk berpetualang lagi di tempat ini. Sungguh pertualangan yang mengasyikan ( Pit- YP).