I made this widget at MyFlashFetish.com.

Wednesday, November 30, 2011

Pelatihan Bagi Para Pengrajin Tikar Daun Pandan dari Hasil Hutan Bukan Kayu






Hasil hutan bukan kayu (HHBK) merupakan produk- produk hutan yang dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan masyarakat yang memiliki nilai ekonomi tinggi dalam suatu daerah tanpa merusak hutan. Tanggal 27-29 November 2011, bertempat di kantor desa Pangkalan Buton, Pelatihan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dan komitmen Yayasan Palung bagi para pengerajin di desa-desa dampingan yang memiliki keteramipilan khususnya para pengrajin atau penganyam tikar.

Hasil hutan bukan kayu berupa rotan, madu, bambu,tanaman hias, nibung, nipah,bemban, aren (gula aren), karet dan pandan. Pelatihan bagi para pengrajin penganyam tikar di Desa Pangkalan Buton karena di desa tersebut sudah memiliki kelompok pengrajin dengan nama kelompok Peramas Indah.
Pelatihan yang diselenggarakan selama tiga, hari pertama Pelatihan dibuka secara resmi oleh Kepala Desa Pangkalan Buton, dan dihadiri oleh Disperindagkop, Kayong Utara, bapak Azahari dan dari komisi II DPRD Kabupaten Kayong Utara, bapak Abdul Rahman.

Dalam kata sambutannya, kepala Disperindagkop menyambut baik dengan diadakannya pelatihan bagi para pengrajin khususnya dalam rangka peningkatan ekonomi rumah tangga. Selain itu juga, ada kesanggupan disperindakop untuk penerimaan pengadaan alat kerajinan bagi pengrajin melalui mekanisme berupa pengrajin membentuk KUB (Kelompok Usaha Bersama) yang diketahui oleh Kepala Desa, setelah itu KUB menyampaikan proposal untuk pengadaan alat dan respon mitra untuk persoalan pemasaran kelompok Peramas Indah (kelompok pengrajin Desa Pangkalan Buton) dari Lebih lanjut DPRD mendukung sepenuhnya dengan rencana kesepakatan bersama Deperindagkop KKU untuk membuat Galeri bagi pengrajin di KKU. Deperindagkop KKU dan DPRD KKU menyusun anggaran sebesar Rp. 400 – 600 milyar untuk pembangunan Galeri kerajinan pada tahun 2012 di Pantai Pulau Datok, Sukadana.

Di hari kedua dan ke tiga pelatihan, dilanjutkan dengan praktek menganyam tikar sambil nonton film konservasi dan documenter Yayasan Palung. selain itu juga, praktek menganyam tikar pandan dan mengatur kerapian anyaman. Setelah praktek menganyam selesesai selanjutnya melakukan evaluasi bersama dan rencana tindak lanjut kelompok untuk peningkatan produktifitas dan kualitas produk kelompok berdasarkan pemesanan kerajinan yang sudah masuk dari mitra seperti pemerintah daerah dan pemerintah desa. Peserta pelatihan sebanyak 12 orang (Kelompok Peramas Indah dan 1 orang tamu peserta dari Desa Sejahtera). Sedangkan sebagai Pelatih, dipimpin oleh Ibu Rajemah dan Ibu Hatimah, para peserta pelatihan menganyam 3 tikar dengan 2 anyaman motif batik dan 1 anyaman motif pucuk rebung. Kegiatan ini mendapat sambutan baik dari peserta, mereka berharap semoga kerajinan mereka mampu bersaing di pasaran. (Pit-YP).

Wednesday, November 23, 2011

Memperingati Pekan Peduli Orangutan (PPO) 2011 Yayasan Palung Adakan Sarasehan, Perlombaan dan Pentas Seni




Dalam rangka Pekan Peduli Orangutan (PPO) tahun 2011 Yayasan Palung menyelenggarakan berbagai kegiatan. Rangkaian acara tahunan ini merupakan keberlanjutan dari Pekan Peduli Orangutan yang diselenggarakan rutin sejak tahun 1998. Pada kegiatan PPO tahun ini diselenggarakan di Kabupaten Ketapang tepatnya di Gedung Sillekens atau gedung Katedral Lama, pelaksanaan kegiatan ini diselenggarakan pada 19- 20 November 2011, sedangkan tahun sebelumnya diselenggarakan di Kabupaten Kayong Utara.

Rangkaian kegiatan dalam PPO tahun ini, seperti pameran foto tentang satwa dilindungi salah satunya seperti orangutan. Selain itu juga ada pameran kerajinan dari Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), lomba kreasi boneka jari dan malam pentas seni. Tidak hanya itu, kegiatan PPO kali ini mengadakan sarasehan bertema : “Bagaimana peran Pemuda dalam keberlanjutan hutan”, pelaksanan kegiatan dilaksanakan pada hari pertama, sabtu 19 November 2011. Di hari pertama, sekaligus pembukaan kegiatan langsung dibuka oleh Asisten I bupati Kabupaten Ketapang oleh bapak FX. Sungkalang mewakili Bupati Ketapang.
Dalam sambutannya FX. Sungkalang mengatakan dengan diadakan sarasehan ini sebagai bentuk kebersamaan untuk menjaga satu kesatuan ekosistem yang tidak hanya peduli pada orangutan. Selain itu juga, untuk keberlanjutan hutan dan satwa khususnya satwa dilindungi lebih diutamakan. Adapun tujuan dari kegiatan ini sebagai bentuk perhatian terhadap keberlangsungan hidup orangutan dan habitatnya yang semakin terancam.

Adapun pembicara pada kegiatan Sarasehan PPO adalah Kadisbun; Bpk. Lukas Lawun, BKSDA ; Bpk. Samosir, Kadishut; Bpk. Harnowo, Yayasan Palung; Andrew de Sausa, dan dari Kadisbudparpora ; Bpk. Yudo Sudarto. Untuk pembuka sarasehan bapak Samosir mengutarakan bahwa peran pemuda dalam keberlanjutan hutan, salah satunya tanggung jawab pemuda sebagai generasi yang diharapkan peduli atau kepedulian bersama terlebih semua elemen pemuda, masyarakat, pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat. Lebih lanjut bapak samosir menjelaskan Kawasan hutan : Hutan produksi, hutan konveksi, hutan desa, hutan adat, Kawasan konservasi (cagar alam) untuk penyelamatan lingkungan dan dan pelestarian lingkungan. Selain itu juga pengelolaan harus berdasarkan zonasi: hutan yang dibagi berdasarkan fungsinya, seperti : zona inti, pemanfaatan yang berdasarkan ilmu pengetahuaan. Hutan ada yang di kelola untuk ilmu pengetahuan, untuk rekreasi, untuk taman suaka alam. Fungsi hutan; fungsi konservasi, fungsi hutan lindung, fungsi hutan kelola. Fungsi hutan yang ditetapkan sebagai sebagai pemenuhan kebutuhan dengan syarat keberlanjutan.

Sedangkan dari Disbun menyatakan bahwa Kesejahteraan menjadi pokok utama. Ada rambu-rambu dalam melakasanakan itu semua. Dan kita semua yang harus menjalankan undang-undang tersebut. pengetahuan tentang kesejahteraan dan konservasi itu harus seimbang, jadi jangan sampai LSM vs Pemerintah. Terkait pembukaan lahan, bahwa yang bisa dipakai untuk budi daya adalah kawanan non kehutanan (APL). Di Ketapang sekarang sudah mewajibkan minimal 5% menanam karet pada kawasan HTI. Lebih lanjut Disbun menyatakan kesiapan apabila, Yayasan Palung ingin mensejahterakan masyarakat lewat karet, dinas perkebunan siap untuk membantu (siapkan saja dana untuk beli bibitnya).
Sementara itu Dishut mengatakan bahwa Investasi masuk menjadi konflik orangutan dengan manusia. Pemerintah Kabupaten Ketapang mencoba untuk bersama-sama untuk melirik kepada hutan desa yang berorientasi pada trade carbon (perdagangan Karbon) yang tujuan untuk membangun perekonomian masyarakat. Konsep bagaimana pemuda untuk menjaga hutan dengan hutan desa (REDD). Peran pemerintah : bagaimana menjaga hutan dalam hal ini harus berkerjasama dengan dinas perkebunan. Pelepasliaran Orangutan digunung Tarak, sebagai langkah agar orangutan tetap terjaga. Hutan lindung di kendawangan, bukit Kediuk sebagai daerah yang memiliki nilai konservasi tinggi. Pemerintah mencoba untuk memilihara hutan dan orangutan. Hutan desa pelang dari bina oleh dishut. Bagaimana kita menggantungkan penghasilkan dari hasil hutan bukan kayu dan kerajinan. Sedangkan Disbudparpora dan Yayasan Palung siap untuk mendukung Pariwisata dan pendidikan lingkungan. Peserta hadir dalam sarasehan ini adalah Instansi-instansi pemerintah, perwakilan dari sekolah-sekolah dan LSM , jumlah peserta 37 peserta.

Kegiatan lainnya lomba boneka jari satwa, lomba ini dilombakan bagi siswa siswi SMU dengan tujuan agar lebih mengenal satwa dilindungi. Dalam perlombaan ini, peserta merangkai kain dibentuk menyerupai muka satwa. Peserta yang hadir dalam lomba tersebut berjumlah 5 kelompok, 1 kelompok masing-masing 3 orang peserta.
Di hari kedua, 20 November 2011, melaksanakan malam pentas seni. Malam pentas seni pada kegiatan PPO 2011 ini di dedikasikan untuk mengenang Alm. Al. Yan Sukanda sebagai salah seorang yang memiliki kepeduliaan terhadap seni, budaya, pendidikan dan lingkungan. Pada malam pentas seni menyuguhkan acara teater dari komunitas Pedahasan Tikar Selembar berkolaborasi dengan Relawan Konservasi Tajam. Dalam teater ini menceritakan tentang seorang perjuangan dari masyarakat kecil dalam mempertahankan dan menjaga tanah dan hutan serta isinya terlebih Orangutan dengan kondisi hutan yang semakin parah. Penampilan lainnya musik akustik dari D’ Cupy band, dilanjutkan pembacaan puisi dan syair gulung dari BKSDA Ketapang. Puisi dan syair gulung menceritakan tentang keresahan tentang kondisi hutan yang rusak saat ini.

Penampilan lainnya adalah dari komunitas Ompe Harmoni, komunitas musik Ompe Harmoni merupakan bentukan dan binaan alm. Al. Yan Sukanda semasa hidupnya. Komunitas ini secara khusus menampilkan musik tradisional dan musik kontemporer. Lagu yang mereka nyanyikan adalah lagu berjudul ; Budi Baek. Lagu ini untuk mengenang alm. Al.Yan Sukanda. Selanjutnya pembacaan 3 puisi. Dalam pentas seni ini keluarga besar alm. Al. Yan Sukanda hadir. Kegiatan ini berakhir pada pukul 22.00 wib. (Pit-YP).

Wednesday, November 16, 2011

Yayasan Palung Menggelar Pekan Peduli Orangutan (PPO) 2011




Yayasan Palung akan menggelar kegiatan Pekan Peduli Orangutan (PPO) 2011, kegiatan ini merupakan rangkaian acara tahunan yang diselenggarakan sejak tahun 1998. Kegiatan ini merupakan salah satu kepedulian terhadap Orangutan. Mengingat orangutan merupakan kekayaan keanekaragaman hayati yang hanya terdapat di dua pulau saja yaitu Sumatera dan Kalimantan dan hanya tiga negara di dunia ini yang memilikinya yaitu Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam. Susunan genetik orangutan 97 % mirip manusia sehingga memiliki kedekatan perilaku dengan manusia. Orangutan melahirkan keturunan dalam jangka waktu kurang lebih 6 - 8 tahun sekali sehingga perkembangan populasinya cukup lambat.

Keberadaan orangutan saat ini terancam karena penangkapan dan berkurangnya habitat serta sumber pakan akibat peningkatan kebutuhan lahan oleh manusia. Penangkapan terutama ditujukan pada bayi dan anak orangutan usia 3 – 5 tahun. Saat penangkapan, induk atau orangutan dewasa yang berada didekatnya pasti dibunuh karena jika tidak maka akan menyerang. Induk atau orangutan dewasa yang berada disekitar bayi atau anak orangutan biasanya berjumlah 2 – 4 individu, sehingga dapat di rata-rata bila menangkap 1 bayi orangutan maka 2 – 4 ekor orangutan dewasa akan mati dibunuh.

Untuk menjaga kelestarian orangutan sebagai kekayaan eksotis bangsa Indonesia dan Pulau Kalimantan pada khususnya serta lebih khusus lagi Kabupaten Ketapang dan KKU sebagai pemilik habitat asli orangutan yang masih cukup baik maka diperlukan upaya-upaya perlindungan dan pelestarian yang bijaksana dan melibatkan berbagai pihak, baik masyarakat maupun pemerintah.

Pelajar sebagai generasi intelektual yang kritis dan penerus negeri ini merupakan sebuah kekuatan yang konstruktif dalam upaya-upaya perlindungan dan pelestarian sumberdaya alam terutama satwa dan tumbuhan yang dilindungi undang-undang. Untuk itu Yayasan Palung (Gunung Palung Orangutan Conservation Program) memfasilitasi pelajar di Ketapang dan KKU dalam wadah yang dinamakan Relawan Konservasi Taruna Penjaga Alam (TAJAM) dan Relawan Konservasi Bentangor untuk Konservasi (Rebonk). Salah satu aktivitasnya adalah Pekan Peduli Orangutan (PPO) sebagai wujud kepedulian dan peran serta pelajar di Kabupaten Ketapang dalam upaya perlindungan dan pelestarian orangutan dan habitatnya. Adapun tujuan kegiatan ini adalah memberikan penyadartahuan kepada masyarakat tentang orangutan dan habitatnya di Tanah Kayong dengan Tema “Hentikan Pengrusakan Habitat Orangutan”

Kegiatan PPO terdiri atas: Pameran Foto Lingkungan dan Produk HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu), Sarasehan, Lomba Kreasi Boneka Jari Satwa dan Malam Pentas Seni. Seluruh kegiatan PPO terbuka bagi umum, adapun pelaksanaan kegiatan tersebut pada: Hari/ Tanggal: Sabtu dan Minggu : 19 – 20 November 2011, Pukul: 08.00 – 22.00 WIB, Tempat: Gedung Silekens (Gedung Katedral Katolik lama) Jalan Ahmad Yani, Ketapang, Kal-Bar
Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi:
Kantor Yayasan Palung
Jl. Gajah Mada no. 97, Kalinilam, Kab. Ketapang.
Contact Person: Yayasan Palung : 3036367 Ari (Tajam): 085245727332, Petrus Kanisius : 085252489871, Mayi : 081345407525.

Wednesday, November 9, 2011

Hutan Adat (Hutan masyarakat/rakyat) dan Manfaatnya



Hutan adat atau dengan kata lain orang menyebut hutan masyarakat, merupakan hutan-hutan rakyat yang dibangun di atas tanah komunal; biasanya juga dikelola untuk tujuan-tujuan bersama atau untuk kepentingan komunitas setempat, (Wikipedia.com). 75% hutan Indonesia yang masih terjaga salah satunya karena adanya hutan adat, (dalam cuplikan narasi sebuah film tentang Hutan kita keputusan kita).

Ada beberapa macam hutan rakyat menurut status tanahnya, di antaranya:
1.Hutan milik, yakni hutan rakyat yang dibangun di atas tanah-tanah milik. Ini adalah model hutan rakyat yang paling umum, terutama di pulau Kalimantan dan pulau Jawa. Luasnya bervariasi, mulai dari seperempat hektare atau kurang, sampai sedemikian luas sehingga bisa menutupi seluruh desa dan bahkan melebihinya.
2.Hutan adat, atau dalam bentuk lain: hutan masyarakat, adalah hutan-hutan rakyat yang dibangun di atas tanah komunal; biasanya juga dikelola untuk tujuan-tujuan bersama atau untuk kepentingan komunitas setempat.
3.Hutan kemasyarakatan (HKm), adalah hutan rakyat yang dibangun di atas lahan-lahan milik negara, khususnya di atas kawasan hutan negara. Dalam hal ini, hak pengelolaan atas bidang kawasan hutan itu diberikan kepada sekelompok warga masyarakat; biasanya berbentuk kelompok tani hutan atau koperasi. Model HKm jarang disebut sebagai hutan rakyat, dan umumnya dianggap terpisah.

Beberapa contoh produk hutan-hutan rakyat dan wilayah penghasilnya, di antaranya:
Getah :
•Karet (Hevea brasiliensis); terutama di Sumatra bagian timur dan Kalimantan
•Jelutung (Dyera spp.); Sumatra dan Kalimantan
•Nyatoh (Palaquium spp., Payena spp.); terutama Kalimantan
•Damar mata-kucing (Hopea spp., Shorea javanica); Sumatera Selatan dan Lampung, terutama Lampung Barat
•Damar batu (Shorea spp.); Sumatra dan Kalimantan
•Kemenyan (Styrax benzoin); Sumatera Utara terutama Tapanuli Utara
Buah-buahan:
•Durian (Durio spp., terutama D. zibethinus); Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Maluku.
•Jambu mente (Anacardium occidentale); Sulawesi Tenggara dan Sumbawa
•Kluwek atau kepayang (Pangium edule); banyak tempat, terutama di Jawa.
•Kemiri(Aleurites moluccana); Sumatra, Sumbawa dan Sulawesi Selatan
•Kopi (Coffea spp.); banyak tempat, termasuk Bali dan Lombok.
•Lada (Piper nigrum); Sumatra, Kalimantan
•Pala (Myristica fragrans); Aceh dan Maluku
•Petai (Parkia speciosa); Sumatra, Kalimantan dan Jawa
•Tengkawang (Shorea spp.); Kalimantan

Rempah-rempah lain:
•Kulit manis atau kayu manis (Cinnamomum spp.); Sumatra, terutama Sumatera Barat dan Kerinci
•Cengkeh (Syzygium aromaticum), banyak tempat.
•Aneka jahe-jahean (empon-empon); Jawa.

Hutan rakyat di pulau Jawa dan hutan adat di pulau Kalimantan terdapat jenis-jenis :

Kayu-kayuan:
•Jeunjing (Paraserianthes falcataria); Jawa, terutama Jawa Barat dan Jawa Tengah
•Jati (Tectona grandis); Jawa, terutama Gunungkidul di Yogyakarta, Wonogiri di Jawa Tengah, Pacitan di Jawa Timur, dan Kuningan serta Indramayu di Jawa Barat; juga di Muna, Sulawesi Tenggara
•Mahoni (Swietenia macrophylla); dari banyak tempat di Jawa Barat dan Jawa Tengah

Resin :
•Rotan (banyak jenis); Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi; terutama dari Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan
•Cendana (Santalum album); Sumba dan Timor
•Sagu (Metroxylon sago); Maluku dan Papua.

Di dalam hutan adat terdapat berbagai hasil hutan bukan kayu (HHBK) menjadi salah satu pilihan tepat untuk di jadikan alternatif pemanfaatan yang memiliki sejuta manfaat bagi sumber kehidupan. Pilihan ini menjadi patokan dasar agar hutan tetap terjaga dengan baik tanpa merusak hutan. Hutan Adat merupakan salah satu titipan, peninggalan atau warisan nenek moyang. Sebagai titipan leluhur sudah septutnya bagi kita semua untuk terus peduli dan selalu menjaga hutan adat yang masih ada. Hutan tetap terjaga apabila kita memiliki kepeduliaan untuk bersama menjaganya. Semoga hutan adat dapat terus terjaga dan lestari. Sumber : Wikipedia.com dan cuplikan narasi sebuah film tentang hutan kita keputusan kita. Foto doc. Pit.(Pit- YP).