I made this widget at MyFlashFetish.com.

Friday, September 20, 2013

Belajar Keanekaragaman hayati di Hutan Riam Kinjil


Beberapa hari lalu, tepatnya 14 sampai 15 September 2013, Yayasan Palung bersama siswa kelas 3 SMPN 3 Matan Hilir Utara, melakukan fieldtrip (kunjungan lapangan untuk belajar tentang hutan dan Keaneragaman hayati -red) di Riam Kinjil.  
 
Jalur cukup terjal menuju lokasi Riam Kinjil. foto doc. YP

 
Menyeberang sungai dengan menggunakan rakit. foto 1, doc. YP
Riam Kinjil merupakan wilayah di Kabupaten Ketapang, lebih tepatnya berbatasan dengan Kawasan Taman Nasional Gunung Palung (TNGP). Kawasan hutan dan keaneragaman hayati di tempat ini masih cukup baik untuk kegiatan-kegiatan seperti fieldtrip, perkemahan, belajar dan jelajah hutan secara langsung.    
Diskusi dari hasil pengamatan malam, foto 2, doc. Yayasan Palung
Pemandangan di Riam Kinjil ini cukup memanjakan mata karena terdapat sungai dengan bebatuan. Air jernih dan gemuruh air terjun terdengar dan hutan masih terlihat terawat dengan ditandai oleh hawa sejuk di sekitar. Keanekaragaman hayati berupa hutan cukup baik, mengingat tempat tersebut masih terjaga. Selain itu, tumbuh-tumbuhan dan pepohonan disekitar masih tanpak alami. 
Sungai yang berbatuan masih baik_foto 3, doc. YP
Sungai yang berbatuan masih baik_foto 4, doc. YP
Lokasi fieldtrip di Riam Kinjil dipilih, mengingat jaraknya yang cukup dekat dari sekolah, walaupun sebenarnya jauh. Jalur yang dilewati cukup sulit, beberapa kali harus mendaki tanjakan yang cukup terjal dan banyak melewati sungai. Di Salah satu sungai, peserta Fieldtrip menyeberang sungai dengan menggunakan rakit dari papan. Pada Perjalanan pergi memakan waktu 3 jam 20 menit dan perjalanan pulang 2 jam 30 menit.  
Diskusi Kelompok setelah melakukan pengamatan satwa malam. foto 5, doc. Yayasan Palung


Yayasan Palung sejak 2009, berupa materi di kelas rutin dilakukan untuk siswa kelas 8 dan diakhir tahun ajaran siswa dibawa fieldtrip untuk praktek materi di lapangan sekaligus mendekatkan siswa ke alam dan mengenalkan apa yang ada di hutan, dengan kata lain belajar secara langsung di hutan.
Fieldtrip ini diikuti oleh 32 orang siswa dan 4 orang guru dari sekolah mereka. Kegiatan selama dua hari tersebut, mendapat sambutan baik dari peserta fieldtrip. Berbagai materi, diskusi dan pengamatan dalam kegiatan fieldtrip kali ini. Selain jelajah hutan, peserta fieldtrip melakukan pengamatan satwa, pengamatan diantaranyanya dilakukan pada satwa diurnal (satwa yang beaktivitas di siang hari-red), mereka berjumpa dengan Kelempiau. Sedangkan pengamatan satwa nokturnal (satwa yang beraktivitas di malam hari -red), mereka bertemu kelewar, jangkrik dan laba-laba. Selain itu, peserta fieldtrip belajar keanekaragaman hayati dan pengamatan indikator air bersih. Mereka juga diberikan beberapa game (permainan-red) seperti game borgol dan pallet warna.
Hasil melihat keanekaragaman hayati hutan dengan menggunakan media pallet warna. foto 6, doc. YP
Senam Pagi sebelum memulai kegiatan, foto 7, doc. YP
Di hutan Riam Kinjil, mereka (peserta dan Panitia-red) memasak makanan dengan menggunakan batu sebagai tungku dan kayu sebagai bahan bakar dengan tujuan menjaga kebersihan area dari sampah.
Mariamah Achmad dan Abdul Samad dari program Pendidikan Lingkungan, Yayasan Palung dan Winda Lestari (relawan Tajam, Yayasan Palung) ikut serta dalam kegiatan dan pemberian materi dalam fieldtrip tersebut. Siswa sangat senang mengikuti kegiatan ini walapun badan capek karena perjalanan yang jauh dan jalur yang cukup sulit.
Mudah-mudahan dengan adanya fieldtrip ini, mampu menumbuhkan, melatih dan mengembangkan mental siswa seperti tanggungjawab, kepekaan terhadap lingkungan dan kemandirian. ( Petrus Kanisius & Mariamah Achmad- Yayasan Palung).

Monday, September 16, 2013

Satwa dan Keanekaragaman Hayati Semakin Terancam


Satwa dan keaneragaman hayati semakin terancam atau dengan kata lain dalam ancaman saat ini. Tentu sangat beralasan, realita yang terjadi di muka bumi ini menjadi rangkaian tentang hidup makhluk hidup. Rentetan peristiwa memberikan gambaran tentang hal ini (Satwa dan keaneragaman hayati semakin terancam/dalam ancaman-red), tidak terkecuali kehidupan dan hidup manusia.  

Bumi sebagai tempat hidup semua makhluk saat ini, kini dan yang akan datang sudah semakin beragam masalah dan ancaman yang terjadi. Secara kasat mata memang segala ancaman tidak bisa terelakan, tidak bisa dihindari namun paling tidak ada upaya penyadaran/kesadaran dan langkah untuk melihat hal ini.
Sebetulnya, tidak hanya satwa dan keaneragaman hayati yang terancam, namun sejatinya manusia juga dalam ancaman dengan keadaan bumi yang semakin dipenuhi dengan dinamika dan perilaku kehidupan, hidup makhluk yang mendiami.  
Keterancaman makhluk hidup secara mendasar telah terjadi, proses alam dan perbuatan akan pemenuhan kebutuhan manusia yang semakin meningkat menjadi satu dari sekian persoalan ancaman atau keterancaman sekaligus tantangan seluruh makhluk di bumi.  
Bukti nyata ditandai dengan semakin seringnya fenomena alam mendera berupa bencana, satwa yang mendiami semakin sulit bertahan oleh semakin berkurangnya habitat sebagai tempat hidup berupa hutan dan pakan, ditandai dengan laju keurakan hutan yang melampaui batas, pola prilaku kehidupan manusia yang beragam tentu saja menjadi salah satu faktor sebab dan akibat tentang ancaman makhluk yang mendiami bumi ini. 
 Hal yang sama juga terjadi pada kehidupan manusia dengan semakin tingginya kebutuhan akan luasan pembangunan dan industri dengan kata lain peningkatan suhu bumi atau yang disebut pemanasan global dengan ditandai semakin bertambahnya kebutuhan berupa industri, pangan, konsumsi manusia semakin meningkat menjadi salah satu penyumbang ancaman terjadi.Tidak hanya itu, beberapa dari perluasan areal lahan untuk petanian dan perkebunan menggunakan racun pengusir hama. Penggunaan insektisida dan pestisida sebagai pengusir hama tentu saja bila digunakan secara berlebihan akan berpengaruh, meracuni dan membunuh makhluk hidup dan keanekaragaman hayati disekitarnya. Memang ada beberapa yang menggunakan cara alami, tetapi masih terbatas bila dibandingkan dengan penggunaan menggunakan racun hama.
Merunut dari data Serikat Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN’s) menyebutkan, daftar merah dari spesies yang terancam punah. Setidaknya, 17.291 dari 47.677 spesies terancam punah. Ditemukan 21 persen dari semua mamalia dikenal, 30 persen dari semua amfibi dikenal,12 persen dari semua burung dikenal dan 35 persen dari invertebrata saat ini diambang ancaman kepunahan. 
Pulau-pulau di Nusantara menyimpan banyak aset berharga dengan beragam satwa dan keanekaragaman hayati. Pulau Kalimantan misalnya dengan keberadaan Orangutan, Enggang, Bekantan, Kelasi, Trenggiling, Kelempiau dan beberapa jenis lainnya seperti burung serta tumbuh-tumbuhan langka. Di Sumatra terdapat Orangutan dan Harimau dan di Papua berupa  burung Cendrawasih, beberapa tempat lainnya juga memiliki keunikan dan keragaman hayati yang tidak ternilai harganya sudah semakin genting dengan seringnya ancaman terjadi akibat perilaku dan tindakan dari perbuatan tangan manusia dan mesin.
  Sebuah harapan akan keberlanjutan nasib hidup satwa, keaneragaman hayati dan manusia sejatinya harapan bersama agar terjaga dan lestari. Perhatian dari semua pihak sangat diperlukan saat ini, satwa dan keanekaragaman hayati menggantung dan tergantung pada pola prilaku, tindakan dan kebijaksanaan dari manusia. Tidak untuk saling menyalahkan, namun perlu ada tindakan nyata dari semua. Semoga….

By : Petrus Kanisius “Pit”- Yayasan Palung