I made this widget at MyFlashFetish.com.

Friday, August 31, 2012

Orangutan Terjebak Pembersihan Lahan Sawit di Ketapang

SETELAH orangutan masuk kampung di Kabupaten Pontianak, terbakar dan tewas, Rabu(29/8/12), penderitaan juga dialami satwa dilindungi ini di Ketapang, Kalimantan Barat (Kalbar). Orangutan terjebak kebakaran lahan di perkebunan sawit di Dusun Manjau, Desa Laman Satong, Kabupaten Ketapang. Beberapa aktivis berupaya evakuasi orangutan yang terancam terbakar hidup-hidup ini.

Informasi berawal dari J, masyarakat setempat yang mengabarkan kepada Yayasan Palung, organisasi lingkungan hidup, Rabu siang. Tito P Indrawan, Direktur Yayasan Palung, membenarkan, akan evakuasi orangutan itu. Kebakaran lahan di wilayah PT Kayong Agro Lestari (KAL), perkebunan sawit, yang pembersihan dengan membakar lahan. “Hewan itu terjebak di antara areal kebakaran dan bertahan di salah satu tegakan pohon,” katanya, Rabu(29/8/12).

Fakta ini cukup miris, lantaran PT KAL telah menyerahkan hak atas lahan seluas 3.400 hektare untuk jadi kawasan hutan bernilai konservasi tinggi (high conservation value/HCV) di Ketapang. Di tempat ini, sedianya dijadikan pelepasliaran satwa dilindungi.
Habitat orangutan di ambang bahaya, salah satu oleh pengembangan kebun sawit yang besar.

Terjebaknya orangutan di perkebunan sawit yang land clearing, bukan kali pertama. Di Ketapang, dua tahun terakhir tercatat tiga kasus temuan masyarakat orangutan masuk perkebunan. “Ada laporan keberadaan orangutan terjebak land clearing, setelah kita ke lokasi, mereka bisa menyelamatkan diri.”

Edy, staf Yayasan Palung yang mengevakuasi orangutan mengatakan, Desa Laman Satong sekitar 80 kilometer dari ibukota Ketapang. Dusun Manjau, hanya dapat ditempuh dengan mobil bergardan ganda. Topografi berbukit dan jalan berlubang menyebabkan lokasi sulit ditempuh. “Sementara ini, kami belum bisa evakuasi karena hujan dan jalan licin. Kita harapkan, api bisa padam dan orangutan bisa turun. Paling tidak, jika api padam, orangutan tidak mati lemas karena banyak menghirup asap.”

Informasi terbaru, di lokasi orangutan terjebak hanya ditemukan kotoran dan bulu rontok. ‎Warga dan tim berharap mereka bisa menyelamatkan diri. Pada Rabu, warga tak dapat mendekat karena kobaran api. Api padam setelah guyuran hujan. Meskipun padam, karena lahan gambut, masih ada asap mengepul dari dalam tanah.....

Baca selengkapnya di :

http://www.mongabay.co.id/2012/08/30/orangutan-terjebak-api-pembersihan-lahan-sawit-di-ketapang




Thursday, August 30, 2012

Orangutan Terbakar di Wajok Akhirnya Tewas


SETELAH dikabarkan kondisi orangutan yang mengalami luka bakar membaik, Rabu(29/8/12), sekitar pukul 22.30, satwa dilindungi ini tewas. Orangutan ini dalam perjalanan ke Pusat Rehabilitasi & Konservasi International Animal Rescue (IAR) Ketapang untuk mendapatkan fasilitas perawatan lebih baik.

Niken Wuri Handayani, Koordinator Pengendali Ekosistem Hutan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat, mengatakan, saat perjalanan ke Ketapang, orangutan jantan itu mati. “Orangutan ini akan dibawa kembali ke Pontianak untuk diotopsi,” katanya.

Sebelum itu, BKSDA menyatakan, kondisi orangutan yang dievakuasi selama dua hari, (26-27/8/12) dari Dusun Parit Wa’dongka, Desa Wajok Hilir, Kabupaten Pontianak, berangsur membaik. Berdasarkan hasil observasi tim medis selama tiga hari terakhir, perkiraan waktu untuk pemulihan sekitar dua sampai tiga minggu.


Sumber:http://www.mongabay.co.id/2012/08/29/orangutan-terbakar-di-wajok-akhirnya-tewas/#ixzz250HIrwk3

Berita Terkait Baca juga di :

http://pontianak.tribunnews.com/2012/08/30/akibat-luka-bakar-orangutan-ini-akhirnya-mati

http://regional.kompas.com/read/2012/08/30/12055641/Orang.Utan.Diotopsi

foto : Doc. WWF-Indonesia

Thursday, August 23, 2012

Wilayah Simpang Dua dan Simpang Hulu Di Kepung Perkebunan Sawit


“Sekelumit Persoalan dan Konflik Siap Menghadang di Tengah-tengah Masyarakat ”

Berdasarkan informasi dari warga menyebutkan, wilayah Simpang Dua dan Simpang Hulu, Ketapang, Kalbar, bakal di kepung perkebunan sawit yang akan masuk ke wilayah itu dalam kurun waktu dekat ini. Seperti diketahui wilayah ini merupakan wilayah yang masih banyak sebaran hutan dan kaya akan Sumber Daya Alam. Kekhawatiran sangat patut dilontrkan karena di dua Kecamatan tersebut, Aksi mendukung dan menolak pasti terjadi dengan kondisi ini, sumber konflik siap menghadang. Tetapi tidak hanya itu, masyarakat di sana sangat bingung bila sawit beroperasi di 2 wilayah ini. Saat ini, masyarakat sangat terbantu dengan hasil karet, bagi mereka karet segalanya sebagai sumber hidup masyarakat akan tinggal cerita apabila perkebunan sawit masuk.

Informasi terkait pembukaan lahan yang rencananya akan dibuka di 13 tempat di wilayah Simpang Dua dan Simpang Hulu berdasarkan keterangan peta sebaran sawit yang dipublikasikan oleh salah seorang tokoh masyarakat yang enggan namanya disebutkan, memperlihatkan secara jelas sebaran sawit di wilayah tersebut. Pembukaan lahan sebenarnya merupakan ijin yang di keluarkan pada tahun 2006 lalu oleh Pemerintah Daerah, baru sekarang dari pihak perusahaan akan membuka areal perkebunan ungkap salah seorang lainnya yang juga tidak mau disebutkan namanya. Dalam peta tersebut terlihat di 2 kecamatan di Simpang Dua, desa-desa yang akan di buka (di kepung) untuk perkebunan seperti di Desa ; Semandang Kanan, Mekar Raya, dan Gema. Sedangkan di Kecamatan Simpang Hulu, di Desa ; Semandang Kiri, Semandang Hulu, Balai Pinang, Merawa, Kualan Hilir dan Sekucing Labai. Jadi hampir dipastikan di dua wilayah kecamatan tersebut seluruhnya akan di kelilingi ijin pembukaan lahan oleh perusahaan besar perkebunan sawit.

Masuknya perkebunan sawit setidaknya menjadi kekhwatiran, sekelumit persoalan dan konflik siap menghadang di tengah-tengah masyarakat. Seperti yang sudah terjadi di berbagai daerah sedikit banyak berpengaruh salah satunya karena sengketa lahan. Berbagai kasus dan konflik terjadi seperti modus perluasan lahan Penyerobotan, penipuan hak milik, dan pengambil alihan secara paksa juga turut berkontribusi”. lihat di sini dan di sini

Perkebunan sawit saat ini memang dijadikan primadona oleh pemerintah dengan dalih untuk mensejahteraan rakyat, tetapi faktanya tidak sedikit persoalan yang muncul sebagai dampak hadirnya kebijakan di sektor ini. Konflik yang terjadi, sebagaimana dialami warga dan terjadi dibeberapa daerah Kalimantan Barat adalah realita yang sungguh terjadi. Sebagai contoh kasus Andi-Javin VS Perkebunan menjadikan pelajaran berharga bagi kita semua. Disamping itu orientasi kepentingan ekonomi dalam kebijakan pembangunan perkebunan sawit selama ini seringkali mengabaikan konsep pembangunan berkelanjutan yang mestinya tidak mengabaikan aspek sosial budaya dan lingkungan hidup. (dalam tulisan Kalimantan Review, Senin 4 April 2011).

Selain itu juga, Pemerintah Daerah semakin memperluas pengembangan areal kawasan untuk perkebunan sudah hampir 4 juta Ha dari 1,5 juta yang ditetapkan. Tentunya ini menjadi kewaspadaan karena rawan konflik yang tidak terkendali, mengingat di daerah ini terdapat tanah adat, tanah keramat dan hutan adat milik masyarakat. Belum lagi ditambah dengan semakin meluasnya pembukaan lahan yang tidak kalah hebatnya untuk pembukaan lahan pertambangan di beberapa kecamatan seperti; Simpang Hulu, Sim­pang Dua, Sandai, Marau, Air Upas, dan Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang.

Memang di satu sisi dengan ada perusahaan-perusahaan ke berbagai daerah sedikit banyak memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Namun juga yang patut untuk menjadi suatu kajian bersama adalah bagaimana nasib hutan, kawasan adat, beragam satwa dilindungi menjadi ancaman, semoga saja ada solusi terbaik menyangkut hal ini.

Petrus Kanisius Pit- Yayasan Palung

foto Doc. Masyarakat

Berita terkait dapat juga di baca di : http://green.kompasiana.com/iklim/2012/08/23/wilayah-simpang-dua-dan-simpang-hulu-dikepung-perkebunan-sawit, di Tribun Pontianak Epaper : 24 Agustus 2012; http://issuu.com/tripon/docs/24082012