Keterbatasan lahan untuk pelepasliaran orangutan ke habitatnya masih menjadi masalah utama dalam konservasi spesies yang kian langka ini. Sejumlah masalah konversi hutan demi perkebunan sawit dan tambang, pembakaran hutan serta masalah serupa, terus menekan wilayah hidup satwa yang memiliki kesamaan DNA lebih dari 90% dengan manusia ini.
Petrus Kanisius dari Yayasan Palung menerangkan, masih masifnya aktivitas yang mengakibatkan semakin sempitnya habitat bagi orangutan hidup, membuat posisi keterancaman hewan-hewan ini sudah patut untuk mendapatkan perhatian lebih, dalam upaya perlindungannya, terutama orangutan yang berada di alam bebas. “Investasi oleh para pengusaha sedikit banyak akan menimbulkan efek samping terhadap habitat maupun terhadap orangutan secara langsung,” katanya kepada Pontianak Post 5 Agustus 2012 silam.
Semakin besarnya kebutuhan masyarakat akan lahan, baik untuk pertanian, perkebunan, pertambangan, dan pemukiman, dengan sumber daya alam yang terbatas, maka semakin meningkat pula ancaman keberadaan kelangsungan orangutan untuk hidup. Apalagi, kata dia, dua kabupaten yang bersebelahan ini sedang mengeliat memacu pertumbuhan ekonomi dari berbagai sektor dan menganggap perkebunan sawit sebagai ‘emas hijau’ oleh para investornya.... Baca selengkapnya di :
No comments:
Post a Comment