Keturunan Orangutan Kalimantan dan Sumatera berbeda sejak 1,1 sampai 2,3 juta tahun yang lalu. Ribuan tahun yang lalu habitat orangutan tersebar di seluruh hutan Asia Tenggara. Secara historis, orangutan ditemukan di kawasan hutan lintas Sumatera, tetapi sekarang terbatas hanya didaerah Sumatera Utara dan provinsi Aceh. Habitat yang sesuai untuk Orangutan saat ini hanya tersisa sekitar kurang dari 900.000 hektare di pulau Sumatera.
Siapakah orangutan itu ?. Orangutan merupakan salah satu kera besar yang ada di dunia. Kera terbagi menjadi dua: great apes (kera besar, seperti orangutan, simpanse, bonobo dan gorila) dan lesser apes (kera kecil; owa dan siamang). Great apes terbagi menjadi 2: Pongidae dan Hominidae. Pongidae adalah orangutan, dan Hominidae adalah family dari gorila, chimpanze (simpanse), dan bonobo yang semuanya ada di Afrika. Perbedaan jenis kera dan jenis monyet; jenis monyet ukuran tubuh relatif kecil, volume otak kecil, memiliki ekor. Sedangkan jenis kera ukuran tubuhnya relatif lebih besar, volume otak lebih besar, tidak memiliki ekor. Selain itu kelompok kera ada dua yaitu kera kecil (gibbon atau Kelempiau/Siamang) dan kera besar (orangutan, simpanse, gorilla dan bonobo).
Habitat orangutan saat ini hanya terdapat di Kalimantan dan Sumatera. Orangutan hidup di daerah tropis dataran rendah, rawa, sampai hutan perbukitan dengan ketinggian hingga 1500 m dpl. Umumnya hidup di hutan primer dan hutan sekunder.
Morfologi orangutan atau ciri- ciri dapat di lihat secara kasat mata; orangutan Kalimantan/Borneo (Pongo pygmaeus), orangutan Sumatera (Pongo abelii). Subspecies orangutan Borneo : P.p.pygmaeus, P.p.wurmbii, P.p.morio. orangutan Kalimantan Tengah (P.p.wurmbii) mendiami daerah Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, merupakan subspesies Borneo yang terbesar. P.p.pygmaeus mendiami daerah Kalimantan Barat, orangutan Kalimantan daerah Timur Laut (P.p.morio) mendiami daerah Sabah dan daerah Kalimantan Timur, merupakan subspesies yang terkecil.
Perilaku orangutan, orangutan merupakan hewan diurnal atau satwa yang aktif di siang hari dan quadropedal, dapat menggunakan kaki dan tangannya secara aktif bersamaan. Orangutan betina mengandung seperti manusia, orangutan mengandung selama 9 bulan. orangutan berkembangbiak lebih lama dibandingkan hewan primata lainnya, orangutan betina rata-rata hanya memiliki 3 keturunan sepanjang hidupnya dan hanya melahirkan seekor anak setiap 7-8 tahun sekali. Bayi orangutan tinggal bersama ibunya hingga usia 6 tahun. Selama bersama ibunya, anak akan diajarkan cara membuat sarang, memilih makanan yang baik, dan cara memanjat yang benar.
Orangutan bangun pada antara jam 05.00 – 06.00 untuk mencari makanan yang terdiri dari buah, biji, daun muda, serangga dan kulit kayu. Perjalanan harian orangutan mencapai 500 – 1 kilometer. Pada musim buah, hormon meningkat dan reproduksi juga meningkat. Orangutan hidup di pohon (aboreal) dengan cara membuat sarang dari ranting dan daun pohon.Mereka membangun sarang setiap hari. Berdasarkan hasil penelitian di Stasiun Riset Cabang Panti, orangutan mengkonsumsi lebih dari 400 jenis tumbuhan. 60 % terdiri dari buah, 20 % bunga, 10% daun muda dan kulit kayu, 10% serangga. Tumbuhan dominan yang dikonsumsi buahnya oleh orangutan adalah dari family Sapindaceae (tumbuh-tumbuhan seperti rambutan, lengkeng dan leci), Lauraceae ( jenis-jenis tumbuh-tumbuhan medang dan Ulin), Fagaceae (tumbuh-tumbuhan yang merupakan pakan orangutan;Lithocarpus Spp.,Quercus Spp./buah mpening), Bombaceae (jenis tumbuhan-tumbuhan durian), Myrtaceae (jenis tumbuhan-tumbuhan jambu), Moraceae (jenis tumbuh-tumbuhan nangka), Leguminaceae (jenis tumbuh-tumbuhan seperti petai dan jengkol),Clusiaceae ( Garcinia Spp./ manggis dan kandis) dan Araucariaceae (jenis tumbuh-tumbuhan agatis, tumbuhan ini tumbuh tinggi di ketinggian di atas 500 – 2000 dpl). Ini merupakan sebagian kecil jenis pakan orangutan, pakan orangutan diperkirakan tidak kurang 400 jenis pakan.
Usia orangutan bisa mencapai usia 30 – 60 tahun. Dengan berat badan jantan antara 70 – 120 kg. Sedangkan berat badan orangutan betina hanya setengahnya dari berat jantan. Keistimewaan orangutan, orangutan jantan terbesar memiliki rentangan lengan mencapai 2,3 meter. Orangutan jantan mempunyai kantong suara yang besar sehingga bisa terdengar hingga jarak 3 km, yang berfungsi untuk memanggil sang betina atau memperingatkan jantan lain, serta untuk menandai atau juga mengawasi arealnya. Orangutan jantan hidup menyendiri dan mayoritas memiliki flens atau bantalan pipi setelah berusia 15 tahun, hal ini disebut sebagai karakteristik seksual sekunder atau ciri-ciri fisik yang membedakan jantan dan betina yang tidak terkait langsung dengtan reproduksi dan muncul pada kematangan seksual.
Hasil penelitian orangutan di Taman Nasional Gunung Palung telah dimulai penelitian sejak tahun 1985. Peneliti melakukan penelitian tentang perilaku, kesehatan, dan kehamilan dengan cara tes urine. Akhir-akhir ini juga dilakukan penelitian ekologi Orangutan (activity budget: berapa persen istirahat, makan, jalan dan sosialisasi), fenologi, iklim dan kesehatan orangutan. Para peneliti mengikuti aktifitas orangutan sepanjang hari mulai dari sebelum bangun tidur, hingga tidur lagi dan seterusnya.
Fungsi orangutan bagi hutan dan manusia, orangutan merupakan spesies dasar bagi konservasi disebut umbrella species karena memegang peranan penting bagi regenerasi hutan melalui buah-buahan dan biji-bijian yang mereka makan (seed disperser). Hilangnya orangutan mencerminkan hilangnya ratusan spesies tanaman dan hewan pada ekosistem hutan hujan. Hutan primer dunia yang tersisa merupakan dasar kesejahteraan manusia, dan kunci dari planet yang sehat adalah keanekaragaman hayati, menyelamatkan orangutan turut menolong mamalia, burung, reptil, amfibi, serangga, tanaman, dan berbagai macam spesies lainnya yang hidup di hutan hujan Indonesia.
Keterkaitannya orangutan dengan manusia antara lain karena orangutan melindungi manusia dari penyakit yang ada di dalam hutan. Manusia sangat bergantung terhadap hutan seperti halnya orangutan yaitu sumber air, pangan dan udara yang bersih. Selain juga manusia memerlukan sumber ilmu pengetahuan, rekreasi dan mata pencaharian Pariwisata, orangutan dan hutan yang bagus mendatangkan wisatawan. Dampak pariwisata bisa meningkatkan perekonomian masyarakat
Saat ini orangutan di ambang kepunahan, diperkirakan orangutan akan menjadi spesies kera besar pertama yang punah di alam liar. Penyebab utamanya adalah berkurangnya habitat dan perdagangan hewan. Kebakaran merupakan salah satu penyebab punahnya orangutan. Karena disamping mereka menjadi korban kebakaran, juga karena habitat mereka telah musnah hingga makanan sulit didapat. Perkelahian yang terjadi antar pejantan karena perebutan areal akibat penyempitan wilayah sebagai dampak dari kerusakan hutan. Orangutan telah kehilangan 80% wilayah habitatnya dalam waktu kurang dari 20 tahun.
Pembukaan lahan hutan untuk menjadi Perkebunan dan pertambangan yang dilakukan oleh perusahaan atas ijin yang dikeluarkan oleh pemerintah di seluruh Indonesia secara langsung telah merusak hutan secara besar–besaran. Sekaligus telah menghilangkan semua ekosistem yang ada. Hingga ribuan bahkan jutaan species yang telah terbentuk selama ribuan tahun yang lalu hilang hanya dalam waktu yang relatif singkat. Selama ini hanya 30 persen habitat hidup orangutan yang dilindungi undang-undang yaitu taman nasional, hutan lindung dan cagar alam. Sementara, 70 persen tempat tinggal orangutan berada di luar daerah yang dilindungi, seperti di hutan HPH, kawasan tambang dan perkebunan sawit. Indonesia kehilangan hutan rata-rata 1,87 juta ha/ tahun, sebagian besar untuk perluasan perkebunan dan pertambangan yang menghancurkan hutan alam.
Dampak lainnya seperti, Penebangan Liar, maraknya sawmill yang menampung dan membeli berbagai jenis kayu, secara langsung mempunyai dampak yang buruk bagi kelestarian hutan sebagai habitat dari orangutan dan satwa lainnya. Karena sebagian besar eksploitasi hasil hutan di Kalimantan tanpa disertai dengan usaha penanaman kembali. Dampak Pemeliharaan Orangutan, Dampak negatif yang ditimbulkan akibat memelihara orangutan adalah tingginya biaya pemeliharaan. Karena orangutan mempunyai umur yang panjang. Selain itu bisa menimbulkan berbagai penyakit antara lain: hepatitis dan TBC. Selain itu orangutan membahayakan bagi keselamatan pemelihara karena tenaganya yang sangat kuat.
Apa yang bisa kita lakukan untuk melindungi dan menyelamatkan orangutan dari kepunahan? Langkah yang mungkin bisa dilakukan antara dengan; tidak memelihara orangutan dan satwa liar. Tidak memakai ataupun membeli souvenir yang terbuat dari bagian tubuh hewan yang dilindungi. Melaporkan ke pihak yang berwenang jika melihat hewan yang dilindungi dipelihara ataupun diperjualbelikan oleh masyarakat. Menjaga dan melestarikan hutan Memberikan pendidikan dan penyadartahuan kepada masyarakat tentang pentingnya melindungi dan menjaga orangutan dan habitatnya. Peraturan Perundang-undangan tentang Perlindungan Orangutan dan Satwa Liar yang Dilindungi;
1. Undang-Undang nomor 1990 tentang Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem pasal 21 ayat 2 “Dilarang menangkap, melukai,membunuh,menyimpan, memiliki, memelihara,mengangkut,dan memperniagakan atau memperjual belikan binatang/hewan yang dilindungi atau bagian-bagian lainya dalam keadaan hidup atau mati”.
- Undang-Undang nomor 1990 tentang Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem pasal 40 ayat 2 “Barangsiapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (Seratus juta rupiah)”.
Mengingat semakin berkurangnya populasi orangutan yang di sebabkan oleh berbagai faktor, maka beberapa lembaga nasional maupun internasional dan semua untuk semakin peduli dan aktif untuk bersama-sama menjaga. Orangutan, hutan dan manusia merupakan satu kesatuaan yang tidak terpisahkan dalam menjaga dan saling menghormati satu dengan yang lainnya. Apabila semua bisa saling menghargai sudah barang tentu kehidupan bisa seimbang dan alam berupa hutan dan isinya termasuk satwa mampu bertahan lama. Semoga saja…
By : Petrus Kanisius “Pit”
No comments:
Post a Comment