I made this widget at MyFlashFetish.com.

Thursday, June 21, 2012

Potret Pengerajin Tradisional Masyarakat Di KKU

 Kesumba Sebagai Bahan Pewarna Pandan Bagi Pengrajin Tradisional 

Oleh : Petrus Kanisius dan  F. Wendi Tamariska- Yayasan Palung


Kesumba merupakan salah satu tumbuhan yang banyak terdapat di daerah tropis seperti Indonesia, salah satunya terdapat di Sukadana, Kabupaten Kayong Utara. Biji kesumba mengandung pigmen bixin (selaput biji kesumba) digunakan sebagai bahan pewarna bagi para pengrajin tradisional di wilayah tersebut.


Di Indonesia, pemanfaatan bixin hanya terbatas pada industri tekstil tradisional, sedangkan aplikasi dalam industri lain belum banyak dikembangkan. Nama latin tanaman ini adalah Bixa orellana L. Sedangkan masyarakat Indonesia biasanya mengenalnya sebagai Kasumbo, Kasumba, Kasumba keling, Kasombha atau Kasupa. Tumbuhan perdu ini memiliki tinggi 2-9 meter, mempunyai daun tunggal bertangkai panjang, bentuknya bulat telur, ujung runcing, pangkal rata kadang berbentuk jantung, tepi rata, panjang 8-20 centimeter, lebar 5-12 centimeter, dan warna hijau berbintik merah.

 Bunga tumbuhan ini berwarna merah muda atau putih, diameter 4-6 centimeter. Buahnya seperti buah rambutan, tertutup rambut sikat berwarna merah tua atau hijau, pipih, panjang 2-4 centimeter dan berisi banyak biji kecil berwarna merah tua.
 
Sedangkan di luar negeri pohon ini pun bisa digunakan sebagai pewarna lipstick atau produk makanan. Suku Indian memakai warna merah dari buah kesumba untuk mencegah sunburn, penolak serangga, dan pewarna bibir. Di Indonesia kesumba biasanya dijadikan sebagai tanaman hias dan mewarnai batik.
 
Gambaran Tentang Masyarakat Kabupaten Kayong Utara (KKU)

Masyarakat KKU sebagian besar masih bergantung secara langsung terhadap hasil hutan dan tinggal di kampung atau desa yang memang berbatasan langsung dengan hutan. SDA di KKU sendiri saat ini masih sangat mendukung untuk kehidupan sehari-hari mereka. Sebagai contoh, bahan baku hasil hutan yang paling sering digunakan untuk keseharian masyarakat KKU seperti rotan, pandan, bemban, nipah dan jenis paku-pakuan. Bahan baku tersebut digunakan untuk membuat perlengkapan masyarakat setempat dalam aktivitas bertani ladang dan menangkap ikan. Sehingga bisa dikatakan masyarakat KKU memang memiliki bakat akan daya seni untuk membuat kerajinan secara tradisional.

Tradisi menganyam ini memang diciptakan oleh masyarakat setempat sehingga saat ini masyarakat di KKU (hampir di setiap desa) memiliki pengrajin-pengrajin tradisional. Tradisi yang dimaksud berupa Adat Gawai dalam pernikahan. Agar bisa menikah, seorang perempuan dalam masyarakat Melayu KKU diharuskan untuk bisa menganyam tikar dan sebagainya. Apabila tidak atau belum bisa menganyam maka tak diperbolehkan untuk menikah. Begitu juga dengan pria, apabila tidak bisa memotong kayu dengan baik maka tak diperbolehkan menikah.

Tradisi tersebut saat ini secara perlahan namun pasti, sudah memudar karena arus perkembangan masyarakat modern. Tapi walau demikian, trend berladang di dalam hutan masih tetap berjalan karena hanya itu yang saat ini bisa menjadi sumber mata pencaharian terbaik yang dimiliki oleh masyarakat di KKU.
Sejak industri pekebunan sawit masuk ke wilayah KKU, sebagian besar masyarakat yang memang memiliki pengalaman sebagai logger saat ini sedang berlomba-lomba untuk bekerja di industri tersebut. Industri sawit sendiri di KKU tidak sebanyak seperti di Kabupaten Ketapang.

Hutan-hutan primer masih cukup luas, hal ini karena di dukung oleh penetapan kawasan lindung terhadap hutan-hutan di KKU. Tapi tak menjadi jaminan kemudian hal ini akan terus terjaga karena kawasan-kawasan hutan tersebut berhadapan dengan sumber mata pencaharian masyarakat setempat untuk bertahan hidup (logger, petani ladang).
 
68 prosen penduduk Kabupaten Kayong Utara merupakan nelayan dan petani sehingga saat ini prioritas pembangunan kesejahteraan masyarakat oleh Pemda KKU dijalankan lewat program budidaya pertanian dan kelautan/ perikanan, berdasarkan data tahun 2010 - 2011. Mayoritas penduduk KKU merupakan suku Melayu.

Kabupaten Kayong Utara dan Kabupaten Ketapang secara administratif  berada dalam kawasan Taman Nasional Gunung Palung yang memiliki luas 90.000 ha. Taman Nasional Gunung Palung dikukuhkan menjadi kawasan taman nasional pada tanggal 24 Maret 1990 melalui SK. Menteri Kehutanan No.448/Kpts-II/1990. Dengan demikian ekowisata merupakan salah satu potensi yang terdapat di Taman Nasional Gunung Palung.

Berdasarkan hasil survey lembaga GTZ Jerman mengenai indeks daya saing di Kalbar, Kabupaten Kayong Utara mendapat peringkat I untuk kategori Persepsi Bisnis. Berada diperingkat 14 untuk kategori Kinerja Ekonomi, peringkat 9 untuk kategori investasi, peringkat 7 untuk kategori kinerja pemerintah, peringkat 8 untuk kategori infrastruktur dan peringkat 11 untuk kategori dinamika bisnis.

 Mengenal Pengrajin Tradisional KKU

Pengrajin tradisional KKU adalah penganyam tikar pandan, lekar dari lidi nipah (hiasan, alas piring gelas, keranjang bakul,), rotan (lemari, kursi dan meja), bambu (furniture dan hiasan bambu), daun nipah (atap daun). Umumnya produknya berupa perlengkapan rumah tangga.


Kerajinan tradisional saat ini bukan merupakan pekerjaan utama masyarakat setempat. Hal ini dikerjakan secara sambilan. Beberapa dijual apabila ada yang memesan, cara promosi mereka masih terbatas pada pesan dari mulut ke mulut dan beberapa digunakan sendiri oleh pengrajin/ pembuatnya.



Saat ini, pembeli dari hasil kerajinan mereka masih relaif sedikit. Pembeli terdiri dari sanak saudara ataupun kerabat mereka yang tinggal di kota Ketapang dan Pontianak serta beberapa kerabat dari kampung tetangga tepat tinggal pengrajinnya. Pemesananpun tidak begitu banyak, paling banyak rata-rata 20 buah dari 1 produk dan itu hanya terjadi dalam hitungan rata-rata 1x1 tahun. Sehingga hal ini tidak begitu menjanjikan bagi pengrajin tradisional setempat.

            Hal yang sangat diharapkan oleh para pengrajin tradisional di KKU adalah dukungan langsung dari pemerintah maupun lembaga swasta ataupun NGO yang ada. Identifikasinya adalah sebagai berikut; Promosi (pemasaran), tempat/ jaring pemasaran, peningkatan produktifitas dan kualitas produk, manajemen (organisasi dan pemasaran), modal kerja dan peralatan dan teknologi pendukung.

Daftar desa-desa dampingan Yayasan Palung terkait kerajinan tradisional masyarakat seperti ; Desa Pangkalan Buton, Kec. Sukadana (pengrajin tikar pandan), Desa Sejahtera, Kec. Sukadana (pengrajin lekar lidi nipah), Desa Harapan Mulia, Kec. Sukadana (Pengrajin Bambu), Desa Batu Barat, Kec. Simpang Hilir sebagai Pengrajin Pandan. Sedangkan daftar desa-desa dampingan Dekranasda KKU atau Pemerintah Daerah terdiri dari; Desa Alur Bandung, Kec. Simpang Hilir (Pengrajin Pandan), Desa Nipah Kuning, Kec. Simpang Hilir (Pengrajin Pandan)

Pemasaran merupakan persoalan utama pengrajin tradisional KKU saat ini. Apabila ada tujuan pemasaran yang jelas dan pasti, maka kerajinan tradisional akan menjadi salah satu trend baru bagi mata pencaharian masyarakat di KKU. Semoga saja.

Sumber : Dari Berbagai Sumber
 Foto kesumba, doc. /net, foto tikar dan pengrajin, doc. YP






Wednesday, June 20, 2012

Yayasan Palung Sukses Melaksanakan Acara Peringatan Hari Lingkungan Hidup 2012


Rangkaian Peringatan Hari Lingkungan Hidup yang di Selenggarakan oleh Yayasan Palung bersama 6 sekolah sukses dilaksanakan sabtu (16/6), kemarin. Rangkaian kegiatan yang dimulai sejak 31 Mei -16 juni  2012 ini, di selenggarakan dengan berbagai kegiatan dan perlombaan bagi sekolah-sekolah. 


Rangkaian kegiatan dalam rangka memperingati hari lingkungan tahun ini dimulai dengan lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI) bagi SMA/ MA dan SMK, kegiatan ini dilaksanakan pada 6 juni dengan melaksanakan seleksi tahap pertama bagi peserta karya tulis selanjutnya pada tanggal 14 juni diadakan seleksi tahap akhir sekaligus penjurian untuk pemenang lomba KTI. Untuk pemenang lomba KTI, juara I di raih oleh Suci Wahyuni dari SMAN 2 Ketapang, juara II diraih oleh Bernadet Yulianti dari SMA PL. St. Yohanes dan juara ketiga di raih oleh M. Jumarliansyah dari SMA Aliyah Hidayaturrahman.  Sedangkan untuk jura harapan I dan II di raih oleh Mita dari SMAN 2 Ketapang dan Daryanto dari SMA PL. St. Yohanes. 

Suci Wahyuni sebagai pemenang pertama lomba KTI, mengusung tema dengan judul : Pengaruh Polusi Udara Di Ketapang layak sebagai juara, dikrenakan tema yang diangkat merupakan isu lokal dan tulisannya  termasuk karya yang masih original. Sedangkan untuk juri lomba KTI adalah bapak Lufti  Fauruzal Hasan dari lembaga K3 dan ibu Yunita dari Dinas Pendidikan serta dari Yayasan Palung Edi dan Pit.
Perlombaan Clean and Green School bagi sekolah-sekolah yang ada di Ketapang. Penilaian perlomban berdasarkan kriteria sekolah bersih dan lingkungannya hijau di sekolah. Dalam lomba sekolah bersih, tampil sebagai juara pertama adalah SMA Muhammadiyah 1, juara kedua di raih oleh MAN 1 Ketapang dan juara ketiga diraih SMA St. Petrus Ketapang. Para pemenang lomba green school mendapat hadiah berupa buku-buku yang diperuntukan bagi perpustakaan sekolah. Perlombaan ini dimulai dari 6-14 juni yang di nilai oleh tim juri dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan, dinas lingkungan hidup, Yayasan Palung dan pihak sekolah yang menjadi panitia kegiatan.  
Puncak berupa penghijauan dan sekaligus pentupan acara hari lingkungan hidup berlangsung pada sabtu (16/6), bertempat di SMA PGRI Ketapang. Penutupan acara dimulai dari pukul 13.00 WIB, kegiatan dimulai dengan pembukaan oleh bapak Dedi Sadar Setiawan selaku, Kepala SMA PGRI Ketapang dan Direktur Yayasan Palung, Tito P. Indrawan selanjutnya penyerahan hadiah bagi pemenang lomba dan kemudian dilanjutkan dengan penghijauan di sekitar halaman SMA PGRI dan sepanjang jalan di kiri dan kanan jalan di kompleks SMA PGRI.

Pada hari penutupan, para undangan yang hadir terdiri dari dinas lingkungan hidup, utusan dari dinas pendidikan, dari 6 sekolah peserta dan panitia kegiatan, para guru dan relawan Tajam Yayasan Palung.  Kegiatan hari lingkungan hidup yang diselenggarakan oleh Yayasan Palung mendapat sambutan positif dari sekolah-sekolah dan berjalan dengan sukses. Bapak Dedi Sadar Setiawan, kepala SMA PGRI berharap semoga kegiatan seperti ini dapat berlanjut dan didukung oleh semua sekolah dan elemen masyarakat. Kegiatan berakhir pada pukul 15.00 WIB.


Wednesday, June 6, 2012

Refleksi Hari Lingkungan Hidup 2012 ; “Perlu Adanya Kepedulian Bersama dan Tindakan Nyata Untuk Lingkungan”



Oleh : Petrus Kanisius dan Tito P. Indrawan, Yayasan Palung

Lingkungan Hidup merupakan elemen terpenting dalam Kehidupan makhluk hidup. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan sebuah benda, daya, keaadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain (Badan Pengendalian Dampak lingkungan, 1997). Saat ini, kerusakan lingkungan yang terjadi sedikit banyak berpengaruh pada perilaku dan berdampak pada Kehidupan manusia yang tinggal mendiami bumi ini.  

Bertepatan pada Hari Lingkungan Hidup, yang diperingati setiap tanggal (5/6) kemarin, sudah sepatutnya bagi kita untuk merefleksikan hari lingkungan sebagai bahan perenungan bersama akan pentingnya lingkungan hidup bagi keberlanjutan generasi yang akan datang. Hari Lingkungan Hidup tahun 2012 yang mengambil tema  “Green Economy : Does It Include You?”. Disesuaikan dengan konteks Indonesia menjadi Ekonomi Hijau : Ubah Perilaku, Tingkatkan Kualitas Lingkungan. Namun yang mrenjadi pertanyaan  besar adalah Apakah ini sudah benar dilaksanakan?.

Mengacu pada tema lingkungan hidup diatas dapat diartikan bahwa, tindakan dan perilaku manusia terkait aktivitas manusia sedikit banyak berpengaruh terhadap lingkungan khususnya untuk peduli dan bagaimana agar lingkungan bisa terjaga dan bisa berlanjut.  Namun seperti yang kita ketahui bahwa, lingkungan dan alam ini sudah semakin terasa dampak langsungnya bagi Kehidupan dan makhluk hidup. Dampak yang terasa dan sudah terjadi hampir merata di Tanah air seperti bencana; Banjir, angin kencang, kekeringan dan kerusakan alam akibat pembukaan lahan untuk bisnis oleh perusahaan pertambangan dan perkebunan. Belum lagi di tambah masalah sampah yang tidak kunjung usai.

Menyikapi hal tersebut diatas, ada beberapa hal yang menjadi catatan kita bersama; Pertama kebutuhan hidup dan perilaku manusia  menjadi dasar  tumbuh dan tetap terjaganya lingkungan. perlu perhatian bersama oleh semua pihak. Kedua, pola hidup yang mendasari akan pentingnya menjaga lingkungan tidak hanya terbatas pada wacana, tetapi juga dibarengi oleh tindakan nyata, tindakan nyata berupa aksi nyata yakni dengan perbuatan berupa menumbuhkembangkan sikap peduli dengan lingkungan sekitar seperti berprilaku bijaksana dengan sampah. Masih banyaknya sampah yang belum terkoordinir dengan baik  di ruas-ruas jalan dan tempat-tempat strategis hampir terjadi di setiap kota, sehingga banyak dampak yang di timbulkan antara lain; bau menyengat, lingkungan sekitar tidak sehat dan lebih parahnya adalah banjir. Ketiga adanya upaya untuk menggerakan ekonomi hijau yang berbasis lingkungan. upaya tersebut salah satunya berupa penghargaan terhadap alam dan lingkungan terlebih khusus pada hutan dan satwa yang sudah semakin menipis dan langka. Seperti yang kita ketahui, gerakan ekonomi hijau telah dilakukan oleh beberapa pihak atau lembaga lingkungan namun belum semua yang melakukan hal ini. Gerakan hijau berupa Reboisasi, pengelolaan kawasan berupa hutan rakyat atau hutan kemasyarakatan, hutan Desa, dan hutan adat telah di lakukan. Beberapa Perusahaan-perusahaan telah menerapkan gerakan hijau, namun celakanya adalah lebih banyak perusahaan-perusahaan yang tidak menerapkan ini dan cenderung merusak lingkungan serta memperluas rusaknya lingkungkungan.  

Ketiga hal ini menjadi dasar kuat banyaknya persoalan terkait permasalahan lingkungan yang sudah seharusnya menjadi tanggungjawab bersama untuk terus bersama-sama pula memberikan solusi dan mencari penyelesaian terkait hal ini. Terkait hari lingkungan hidup, (5/6) kemarin, Menteri Negara Lingkungan Hidup, Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA. mengatakan “Berbekal berbagai inisiatf kebijakan dan program yang mendukung penerapan ekonomi Hijau, diharapkan Indonesia dapat tampil memimpin upaya global menuju pembangunan berkelanjutan dan yang lebih penting lagi adalah untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup di Indonesia. Akan ini bisa terlaksana sesuai harapan?, kita tunggu saja. Mudah-mudahan saja ada respon positif dari semua pihak untuk mendukung terciptanya Negeri ini dapat menerapkan ekonomi hijau yang diharapkan mampu menjadi contoh dalam rangka menciptakan kualitas lingkungan dan pembangunan secara berkelanjutan.

Friday, June 1, 2012

Lagu Sipongo

 
Sipongo-pongo makan buah-buahan
Sipongo-pongo dia tinggal dihutan
Sipongo-pongo adalah seekor orangutan
Sipongo-pongo perlu teman-teman

Pongo punya ibu yang baik dan penyayang
Ibu mengajarkan tentang kehidupan
Pongo dan  ibu dihutan bersama
Pongo tanpa ibu sungguh kasian

Pongo punya bapak yang besar dan galak
Pongo tak sering bertemu dia
Bapak pongo suka main sendirian
Dia tidak bantu ibu dan anaknya

Hutan sipongo kemana habisnya
Dimana sipongo dapat makanannya
Jagalah hutan dan pepohonannya
Supaya sipongo tak lapar dan punah

Lagu Yayasan Palung "Berkampanye tentang Orangutan, lewat media Musik ke sekolah-sekolah"