Sebuah pertanyaan dari judul diatas terkait fenomena sampah dan
persoalannya patut untuk dilontarkan, mengingat saat ini sampah menjadi salah satu persoalan yang tak kunjung
usai. Sampah yang tersebar dan menjamur. Sampah seakan menjadi penghias nan
indah bak pemandangan nan menakjubkan. Bau bercampuraduk yang menyengat ibarat
parfum, namun pastinya sangat berdampak pada kesehatan, kebersihan dan
lingkungan seperti tersumbatnya saluran air, menggenangnya air dan persoalan
lainnya. Tumpukan-tumpukan sampah sudah menjadi pemandangan biasa.
Kabupaten Ketapang-Kalbar, salah satunya. masalah sampah cukup
banyak yang tidak tertangani di daerah ini. Hampir dipastikan di sepanjang ruas
jalan sampah meluber sehingga bila musim penghujan tiba, sampah dan air
sama-sama menggenangi wilayah warga, seperti di jl. Imam Bonjol, seperti di jl. D.I. Panjaitan, jl. A. Yani,
jl. Basuki Rahmat dan wilayah Mulia Baru dan di beberapa tempat lainnya. Padahal Dinas Kebersihan dan Pertamanan telah
melakukan tugas mereka rutin setiap harinya. Mulai dari pukul 04.00 - 06.00
Wib, mereka sudah melaksanakan aktivitas untuk membersihkan dan mengangkut
sampah-sampah yang cukup banyak berserakan. Pukul 15.00 – 16.00 wib mereka
angkut lagi sampah-sampah dari tempat penampungan sampah untuk selanjutnya di
bawa menuju tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Beberapa dari masyarakat kecenderungan membuang sampah dimana saja
mereka suka, sehingga tidak jarang banyak sampah yang menggenang dan terdampar
di selokan atau saluran air dan masih belum tertangani secara menyeluruh.
Seperti misalnya kantong plastik, sisa makanan, sampah elekronik dan sampah
lainnya.
Selain itu juga, masalah menumpuknya sampah tidak hanya terjadi di
lingkungan masyarakat, hal ini terlihat seperti sekitar rumah atau perumahan.
Sampah cukup banyak teronggok di depan, samping dan belakang rumah. Banyak
diantaranya dibakar, yang cukup memprihatinkan adalah ketika mereka membakar
sampah-sampah plastik. Seperti kita ketahui, membakar sampah plastik
cukup/sangat berbahaya bagi kesehatan. Mengingat, sampah yang di bakar akan
menimbulkan gas yang dilepaskan keudara secara tidak langsung terhirup. Penumpukan
sampah di suatu tempat akan membuka peluang racun dari limbah mencemari tanah
dan akhirnya berdampak pada manusia berupa bencana dan sumber penyakit. Sejatinya,
daur ulang dan pemakaian ulang pilihan paling logis untuk limbah elektronik.
Ketika musim hujan tiba, sampah selalu siap menggenangi beberapa
ruas jalan akibat saluran air atau selokan tersumbat dan terjadilah banjir.
Persoalan lainnya dari sampah adalah ketika atau saat berpergian, sampah hampir
dipastikan dibuang begitu saja. Hal ini sering terjadi di jalan-jalan raya, ada
beberapa dengan semudahnya menjatuhkan sampah-sampah tersebut di jalan seperti
bungkusan permen, puntung rokok dan kantong plastik. Ada juga yang secara sadar
dan tidak mau ambil pusing dengan sampah, mereka juga ada yang dengan mudahnya
membuang sampah di kali, sungai atau pantai .
Yayasan Palung bersama relawannya (relawan Tajam dan RebonK), acap
kali melakukan aksi untuk turun lanngsung mengajak masyarakat untuk ikut bijak
dengan sampah. Berbagai aksi misalnya mereka lakukan Bakti social di pantai, di
lingkungan sekolah ataupun saat mereka berada di hutan saat fieldtrip
(kunjungan lapangan; saat camping, wisata dan pengamatan dan pendidikan
lingkungan -red).
Selain itu, melakukan
kampanye memasang plang/plangisasi yang bertuliskan; JANGAN BAKAR KAMI. LAUT
BUKAN TEMPAT SAMPAH. BAWA PULANG SAMPAH ANDA JIKA TIDAK ADA TEMPAT SAMPAH.
Adapun maksudnya agar pohon-pohon yang ada di tepi pantai tidak di bakar.
Selain pemasangan Plang himbauan, mereka juga memasang pamflet himbauan
bertuliskan tentang proses hancurnya sampah, seperti berapa lama kertas bisa
hancur, dan bahaya sampah.
Relawan Tajam Yayasan Palung Peduli
Sampah dengan Memasang Plang ,foto doc. Yayasan Palung
|
Persoalan dan manfaat sepertinya menjadi dua elemen saling
keterkaitan, mengapa demikian?. Ya, yang pasti sampah sebagai sumber masalah
sekaligus juga sebagai berkah jika dimanfaatkan secara bijak, contoh nyata
adalah para pemulung, mereka mampu dan mau memanfaatkan sampah sisa seperti
botol, kotak, kardus, dll mereka lalu jual sebagai penyambung hidup mereka. Perilaku
peduli akan sampah masih sangat kurang, kecenderungan enggan memiliki rasa
untuk peduli dengan sampah. Ada juga beberapa masyarakat sadar akan bahaya
sampah, tata kelola dan mengetahui manfaat dari sampah.
Masalah sampah sudah menjadi persoalan mendasar dan kompleks dalam
tatanan kehidupan masyarakat kita sejak lama. Rendahnya kesadaran untuk
berperilaku bijak dengan sampah tampaknya menjadi akar masalah dan penyumbang
besar persoalan ketika masalah sampah tidak kunjung usai diselesaikan. Harapan
bersama tentunya menumbuhkan kesadaran dan kepedulian menjadi sampah sebagai
sahabat dan sumber manfaat dan mudah-mudahan kita bisa menghargai sampah
sebagai berkah dan sumber kreasi dan inovasi. Semoga…
Sebelumnya Tulisan ini dimuat di kompasiana.com, Headline Kompasiana, Green, Polusi. Link Berita silakan membaca di :
http://green.kompasiana.com/polusi/2013/01/30/potret-fenomena-sampah-dan-persoalannya-529303.html
Sebelumnya Tulisan ini dimuat di kompasiana.com, Headline Kompasiana, Green, Polusi. Link Berita silakan membaca di :
http://green.kompasiana.com/polusi/2013/01/30/potret-fenomena-sampah-dan-persoalannya-529303.html
Petrus Kanisius “Pit”-Yayasan Palung
No comments:
Post a Comment