Saat Mendongeng kepada cucu. foto dok.Bimba-aiueo.com |
Saat saya masih kecil, dongeng sering kali
diceritakan oleh ibu, bapak, nenek juga kakek, saat malam menjelang tidur.
Beragam cerita khas daerah saban hari pasti diceritakan atau didongengkan.
Dongeng dengan penokohan dari berbagai mitos seperti kancil dan binatang
lainnya, legenda tentang kegagahan dan keperkasaan seorang disuatu daerah
ataupun asal-usul kampung menjadi teman setia pengantar tidur yang
ditunggu-tunggu. Sekarang tanpa terasa tahun berganti tahun sepertinya dongeng
kian terkikis dalam arti semakin ditinggalkan dan telupakan.
Sampai
saya meranjak dewasa, dongeng-dongeng daerah masih kerap diceritakan.
Dongeng-dongeng tersebut tanpa lelah diceritakan kepada cucunya oleh almarhum
nenek saat itu. Saya sering mendengar cerita daerah tentang asal usul kampung,
cerita adat dan budaya kampung, larangan atau pantang Penti (larangan yang
tidak boleh dilanggar-red), dengan artian dongeng-dongeng atau cerita tersebut berisi
pesan moral yang baik.
Dongeng
kura-kura dan beruk misalnya bercerita tentang kebaikan kura-kura sebagai
pemilihara tanaman dan keserakahan si beruk yang sering merusak tanaman padi
disekitar hutan tempat tempat penduduk berladang. Dua sosok, kura-kura dan
beruk menjadi pembanding, penekanan cerita nenek di akhir cerita berpesan;
berbuatlah seperti kura-kura yang bisa menjaga dan tidak boleh meniru sifat
atau perilaku si beruk.
Dongeng
lainnya tentang asal muasal nama kota Ketapang, kalbar berasal dari nama pohon
yang namanya pohon Tapakng/Ketapang (nama latinnya Terminalia cattapa,spp.), konon katanya, saat itu kota Ketapang,
Kalbar, banyak sekali ditumbuhi oleh pohon Tapakng atau Ketapang.
Dongeng
tentang asal muasal adat Babantant (membersihkan kampung halaman dari segala
sakit penyakit dan menghargai alam sekitar). Asal muasal adat babantant, erat
kaitannya dengan pesan moral akan kesadaran masyarakat kampung/adat yang saat
itu berbagi bersama, menghargai tempat sekitar saat memulai dan mengakhiri
kegiatan kampung agar terjaga dari sakit penyakit dan terhindar dari marabahaya.
Saat ini pun, adat babantant masih dilakukan oleh beberapa kampung di daerah,
biasanya babantant dilakukan dalam 2 tahun sekali atau 5 tahun sekali sebagai
bentuk penghargaan akan lingkungan sekitar dan penghargaan akan ciptaan sang
Duata (Sang Pencipta, Tuhan-red).
Dari
beberapa dongeng atau cerita diatas, sebuah dongeng atau beberapa dongeng
daerah atau bisa dikatakan cerita daerah sangat syarat dengan pesan moral yang
baik. Hampir setiap cerita daerah memiliki pembanding tentang hal baik yang
boleh ditiru dan hal yang buruk tidak boleh diikuti. Selain itu dongeng atau
cerita daerah pasti mengisahkan tentang sejarah masa lalu walau terkadang masih
berbentuk lisan dan ada beberapa yang terdokumentasikan dalam bentuk tulisan.
Sejatinya,
dongeng khas daerah mampu menjadi dasar atau patokan pembelajaran kita saat
ini. Realita berbicara, tutur cerita dari tradisi berdongeng sudah semakin jarang terdengar. Adapun
hanyalah tinggal beberapa saja yang masih mempertahankan. Dongeng sebagai
bentuk warisan budaya tradisi masih sangat saying jika hilang, bagi anak sampai
cucu nanti. Sebuah keprihatinan dan sangat di sayangkan memang. Banyak anak
bahkan mungkin beberapa diantaranya enggan dan tidak tertarik lagi dengan
dongeng-dongeng khas daerah yang dituturkan oleh Ibu, Bapak atau nenek mereka.
Ironisnya mereka (saat sekarang-red), anak-anak lebih disuguhkan dengan cerita
dari luar negeri lewat film melalui lewat televisi. Tidak hanya itu, keakraban
akan nilai sejarah, adat budaya mulai terbawa luntur oleh teknologi terkini.
Bahkan untuk berkumpul bersama dengan orangtua saja serasa tidak ada ruang
lagi. Banyak anak-anak lebih memilih bermain dan menghabiskan waktu mereka
hanya untuk kongko-kongko (ngumpul bersama teman-red) namun bahasan dongeng
lebih pada realita trand masa kini yang mungkin sedikit banyak mempengaruhi
gengsi dan pengaruh-pengaruh negatif.
Tentunya
dongeng atau cerita daerah ini 1-2 atau 3 dongeng yang ada dan masih banyak
sekali dongeng yang lainnya di negeri
kita tercinta Indonesia (dari Sabang sampai Merauke), yang tentunya pasti
memiliki muatan-muatan positif dan baik tentang ajaran, pendidikan dan falsafah
dalam kehidupan masyarakat.
Entah
lupa atau sengaja lupa, dongeng atau cerita daerah kian terkikis dan
terlupakan. Akankah masih ada waktu untuk kembali ada dan menjadi tradisi
lestari bagi anak dan cucu nanti tentang sebuah dongeng atau cerita khas
daerah. Sebuah pengharapan tentunnya harus ada, jika semua mau dan mampu
menghidupkan kembali tentang sebuah pesan tradisi melalui dongeng yang memiliki
satu pesan berjuta arti dalam menjalani kehidupan ini, kapanpun dan dimanapun.
Mudah-mudahan saja…
By
: Petrus Kanisius “Pit”- Yayasan Palung
Tulisan yang sama dapat juga dibaca di :