Sebatang kayu menjerit kesakitan ketika chainsaw memotong bagian
batangnya dan menumbangkannya, sayang si pelaku belum belajar bahasa
pohon. Dalam kesakitan si POHON berpikir inilah nasib sebatang pohon,
namanya juga pohon, pohon yang tak berdaya, dan memang ditakdirkan
untuk dimanfaatkan oleh manusia sebagai makhluk termulia di bumi ini.
Saking sakit yang di deritanya SANG POHON tak sadarkan diri, ketika siuman
dia telah berada di sebuah MEUBLER mini di sebuah Kecamatan,
penderitaannya berlanjut, mata gergaji tajam kembali menyiangi tubuhnya,
dia hanya pasrah dan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Keesokan harinya, pekerja – pekerja meubler mulai memotong POHON yang
telah menjadi papan dan kayu – kayu persegi dalam ukuran yang simetris,
rupanya pekerja – pekerja meubler tersebut mau membuat sepasang meja
Kursi.
Beberapa hari kemudian terciptalah sepasang meja dan kursi yang cukup
indah yang sudah mengkilap. Pemilik meublerpun segera menelpon
seseorang, yang rupanya pemesan meja kursi tersebut.
Tak lama kemudian datanglah sebuah mobil pick up, dan karyawan meubler
tersebut segera menaikkan meja kursi.
Sesampainya di tempat tujuan, kayu yang telah menjadi meja kursi
terperangah, dia sampai di kantor polisi, dan di bawa ke ruangan yang
bertuliskan RUANG KASAT SERSE, dia semakin kaget dia bertanya – tanya
dalam hatinya. INI NEGARA APAAN ?? MANUSIA YANG MENGAKU DIRINYA
MAKHLUK YANG PINTAR TERNYATA SANGAT BODOH, ATURAN – ATURAN
HANYA ISAPAN JEMPOL, sang kursi kembali berpikir, AKU DIAMBIL OLEH
ORANG DARI HUTAN, KATANYA INI ILLEGAL LOGGING, Tapi Penegak Hukum
saja rupanya memakai Barang – barang hasil illegal logging, sayang manusia
tidak mengerti dengan bahasaku, kalau tidak mungkin mereka akan lebih
bijak dalam pembuatan kebijakan – kebijakan yang berhubungan dengan
penanganan illegal logging.
Ditengah lamunannya meja terkejut, karena tamparan Keras di meja kayu di
sebelahnya, Rupanya PENYIDIK sedang membentak pengusaha kayu. Polisi
tersebut lupa bahwa meja tersebut dibelinya dari ORANG YANG DISIDIK
TERSEBUT.
Oleh : Edi
No comments:
Post a Comment