A blog to cover orangutan conservation efforts in Kalimantan Barat (West Borneo), Indonesia.
Saturday, August 27, 2011
Translokasi Orangutan ke Hutan Desa Pematang Gadung
Pelaksanaa pelepas liaran orangutan pada hari Jumat pada 26 Agustus 2011, pelepasliaran (translokasi) orangutan di hutan desa Pematang Gadung. Kronologis awal : Orangutan tersebut merupakan hasil penyerahan masyarakat tanjung baek budi pada tgl 19 Agustus kemarin. Dengan demikian orangutan baru 1 minggu dalam kandang. Orangutan tersebut ditangkap warga karena mengganggu /masuk ke kebun warga Tanjung Baek Budi.
Pernyataan dari IAR : IAR melakukan pengecekan ternyata Orangutan tersebut masih sangat liar, jadi kita rekomendasikan untuk dilepasliarkan, lokasi pematang gadung dipilih karena masyarakat des asana peduli terhadap habitat dan satwa liar, serta tersedianya pakan alaminya. Hal ini berdasarkan hasil survey FFI. Pernyataan dari BKSDA; Menurut Agustinus Batubara, dari seksi konservasi wilayah 1 Ketapang. Menurutnya pelepasliaran ini dimaksudkan sebagai peduli dengan satwa dan lingkungan. Semoga satwa dilindungi khususnya orangutan harus diselamatkan, dengan harapan ada kerjasama antara semua;masyarakat, pemerintah dan NGO bersama untuk menjaga agar alam dan satwa tetap lestari.Pernyataan dari Abdulrahman Alkadri (tokoh masyarakat) : Harus ada keselarasan antara masyarakat, pihak Pemerintah dalam hal ini dinas kehutanan dan BKSDA. Nampaknya saat ini banyak kepentingan terhadap exploitasi hutan sehingga kecerancaman satwa, hutan yang menjadi sumber air sebagai roh Kehidupan, terkesanterabaikan.
Sementara itu, anggota DPRD kabupaten Ketapang dari Komisi II, yang rencananya diundang untuk pelepas-liaran secara simbolis tak bisa hadir karena waktu bersamaan berlangsung paripurna. Namun secara moral, kita sebagai manusia harus mampu menjadi penyeimbang dalam hal Kehidupan. Pelepasan orangutan ini membuktikan, bukan hanya karna orangutan dilindungi sesuai peraturan, tapi juga bagaimana kita memberikan hak hidup pada makhluk Tuhan, dengan konsep pelestarian habitat, seperti Hutan Desa, kata Junaidi, SP. Hal ini sangat penting. Keterbatasan habitat menjadi penyebab turunnya populasi orangutan, ditambah Alfiannur, yang juga anggota Komisi II.
Kronologis translokasi : Persiapan pelepas liaran Orangutan yang diberi nama Emka (4,5 tahun) dimulai sejak pukul 05.30 wib di kandang transit IAR. Pada pukul 07.00 wib berangkat dari kandang transit IAR dan tiba di penyeberangan Desa Pematang Gadung sekitar jam 08.15 wib. Kemudian dilanjutkan untuk menuju hutan Desa Pematang Gadung dengan menggunakan motor air.
Yang ikut dalam pelepasan liaran orangutan tersebut adalah IAR, Yayasan Palung, FFI, BKSDA,Orangutan Project UK di Serawak, dan beberapa orang masyarakat pematang Gadung serta tokoh masyarakat pematang Gadung bapak Abdulrahman Alkadri.
Menempuh perjalanan sekitar satu setengah jam dengan menggunakan motor air, kami berjalan kaki menuju tempat pelepas liaran sekitar pukul 11.00 wib. Kami membutuhkan waktu sekitar satu jam karena kami mencari tempat yang tepat (sekitar 7 kilometer ke dalam hutan) untuk pelepasan. Pelepasan berakhir sekitar pukul 12.30 wib dan kami tiba kembali di ketapang lagi sekitar jam 15.00 wib. (Pit- YP).
Yayasan Palung in the News
Last May, Yayasan Palung hosted a delegation of 14 U.S. news editors in cooperation with Johns Hopkins University’s School of Advanced International Studies and Tempo Magazine. The delegations are an annual undertaking to improve the quality of international news coverage in the U.S., and in 2011 they visited Yogyakarta, Jakarta and Ketapang to learn more about Indonesia. While in Yogya and Jakarta the delegation explored issues around public health and religion, Yayasan Palung organized the Ketapang portion to study issues concerning orangutan conservation, palm oil expansion, and indigenous land rights.
The editors, coming from major print, radio and internet new outlets, met with village leaders, the Bupati of Kayong Utara, national park officials, local NGOs and others living around Gunung Palung National Park. Orangutan research field manager Gail Campbell-Smith did a radio interview for National Geographic, who also featured an article on their blog on the conservation efforts of Riam Berasap Jaya’s village head, Pak Bastarin Kask. Time magazine also produced a short video about Pak Bastarin and palm oil for their website. The delegation also had editors from U.S. newspapers, and articles on local struggles with palm oil included this piece in the San Francisco Chronicle and a front page article in the New York Times on the boom in swiftlet houses for birds nest soup, which was reprinted in other papers such as the Age (Australia) and the Scotsman (UK).
Wednesday, August 24, 2011
Jangan Serakah dengan Sumber Daya Alam
Pemerataan suatu pembangunan dan kesejahteraan memberikan arti tersendiri bagi masyarakat kebanyakan, hal ini menyakut sebuah kebenaran dan keadilan kepada masyarakat pula. Pernyataan ini tentunya tertuju pada sebuah kebijakan dan kesesuaian dalam penerbitan sebuah ijin. menyakut perkebunan dan pertambangan. Tidak hanya itu, kesesuaian antara pajak, penerima pajak dan penikmat pajak khususnya pembangunan sepertinya patut untuk kita pertanyaan. Opini ini sedikit mempertanyakan dari sekian banyak persoalan di daerah ini. Masyarakat, Pemerintah dan perusahaan merupakan salah satu elemen yang tidak terpisahkan dalam menentukan sebuah kebijakan yang cenderung serakah dengan alam.
Kelimpahan alam memberikan beberapa alasan terutama sebagai sumber penghidupan bagi masyarakat, tetapi yang menjadi persoalan adalah memberi arti bagaimana alam dapat dikelola secara berkelanjutan. Ada beberapa contoh tentang bagaimana sumber daya alam ini di mainkan; Pertama, Perusahaan : perusahaan mengajukan ijin kepada pembuat kebijakan. Sedangkan pembuat kebijakan mendapatkan pajak dari perusahaan. Kedua, Pembuat kebijakan sebagai pelaksana adalah Pemerintah . Pembangunan adalah aspek yang harus dilaksankan oleh pembuat kebijakan. Sedangkan masyarakat adalah penerima upah dari hasil kerja dari perusahaan dan penerima dari pemerintah berupa pembangunan. Ketiga, bagaimana agar alam ini tetap ada dan terjaga dengan pengelolaan yang sesuai tanpa merusak alam dan tanpa merugikan siapapun termasuk satwa dan tumbuh-tumbuhan langka. Orangutan saat ini sulit mencari dan mendapat tempat dirumahnya sendiri di habitatnya (hutan). Ketiga alasan ini merupakan hubungan saling keterkaitan dan tidak dapat dipisahkan.
Ketersediaan alam yang bebas tanpa perusak, tampaknya sangat sulit untuk dipertahankan, tetapi bagaimana kita mampu dan belajar untuk menghargai dan mensyukuri alam ini sebagai tempat berpijak. Kebebasan dalam suatu kebijakan, perbuatan memang layak untuk dilaksanakan. Tetapi yang terpenting adalah keselarasan sumber daya alam dan lingkungan menjadi terjalin dengan adanya penghargaan satu dengan yang lainnya. Selanjutnya adanya pembangunan berkelanjutan dengan memperhatikan aspek seperti Nilai Konservasi Tinggi (NKT) yang manfaatnya adalah memperhatikan keseimbangan dan tetap mempertahankan wilayah sebaran satwa. Tidak hanya itu, syarat AMDAL menjadi permasalahan pokok yang hingga kini belum atau tidak dijalankan oleh berbagai perusahaan.
Semua masyarakat mendambakan keadilan berdasarkan asas budaya dan lingkungan terjaga. Sumber Daya Alam melimpah memiliki seribu bahkan sejuta harapan bagi Kehidupan, pembangunan yang berkelanjutan yang harus diterapkan, dengan demian kelak anak cucu di masa mendatang masih atau mampu menikmat indahnya alam. Penghargaan akan alam semesta merupakan salah satu alasan yang harus dilakukan agar alam ini tetap terjaga dan lestari. (Pit- YP).
Friday, August 19, 2011
Yayasan Palung Mengadakan Training Herbarium Untuk Relawan
Pada 17 Agustus 2011, Yayasan Palung mengadakan kegiatan training herbarium bertempat di Pantai Tanjung Belandang. Kegiatan ini diperuntukan bagi para relawan (TAJAM) Yayasan Palung yang ada di Ketapang. Kegiatan ini merupakan salah satu tujuan sebagai peningkatan kapasitas para relawan khususnya dalam pembelajaran tentang Botani (seluruh aspek biologi tumbuh-tumbuhan) terkait pengawetan tanaman berupa herbarium.
Kegiatan training Herbarium ini adalah sebagai tahapan bagi para relawan yang berencana untuk membuat herbarium. Herbarium adalah kumpulan tumbuhan kering yang dipres dan ditempelkan pada lembaran kertas, biasanya kertas manila yang menghasilkan suatu label dan data yang rinci serta disipan dalam rak-rak atau lemari besi dalam urutan menurut aturan dimana herbarium itu disimpan.
Herbarium sangat penting untuk digunakan dalam pekerjaan taksonomi (sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki tingkatan tertentu. Di mana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum dan taksonomi yang lebih rendah bersifat lebih spesifik terkait misalnya jenis tanaman atau daun).
Herbarium terdiri dari koleksi kering dan koleksi basah. Koleksi basah tidak dipres dan merupakan specimen-spesimen hidup yang dipelihara dengan baik. Tiap-tiap specimen digunakan untuk mengidentifikasi specimen-spesimen baru yang tidak diketahui namanya. Sedangkankan jenis dari tanaman yang bisa digunakan untuk herbarium adalah jenis tumbuhan paku, tumbuhan falmae atau palem, tanaman pisang, dan herbarium bagi tanaman air. Dalam membuat herbarium ada beberapa yang perlu di perhatikan terutama berkaitan dengan catatan label pada saat koleksi misalnya : Nomor koleksi, Nomor specimen, Suku, Lokasi, Ketinggian, Tanggal, Habitat : meliputi topografi, tanah, air, dan tipe vegetasi dan nama daerah. Hal ini serbagai penanda kapan, dimana dan jenis tanaman apa sajsa yang dikoleksi.
Pengawetan Herbarium 1. Dilapangan misalnya; menggunakan formaldehid (8%) , Ambil botol plastic polietena yang mempunyai ukuran 2,5l, Timbang 250 gr paraformaldehid, tambah 2 sdt heksamin masukkan dalam botol plastik, Tambah air mendidih sampai botol penuh, biarkan larutan itu selama semalam hingga menjadi formaldehid 8%, dan Etil alcohol 75%.
2.Pengawetan di tempat penyimpanan Insektisida yang digunakan selama penyimpanan : a. Kontak : gas sianida, paradichlorobenzena (PBD), dan karbon sulfide. b. Digestive : garam merkuri dan merkuri klorida. 3. Pengawetan herbarium kering Bahan yang sudah dikeringkan dicelup pada campuran 1000cc alcohol dan 40gr sublimat hingga basah seluruhnya. Kemudian keringkan lagi hingga kering betul. 4. Pengawetan herbarium basahTumbuhan dicuci hungga bersih dan masukkan dalam bahan yang terdiri atas campuran 1000cc air suling, 25cc formalin, 1cc asam cuka, dan 15cc merkuri sulfat.
Pembuatan herbarium ini adalah sebagai bahan pembuatan kebun botani, arahan dari herbarium ini adalah sebagai Tempat pendidikan, Persediaan material, pembuatan herbarium juga dapat digunakan sebagai tempat penelitian, dan Perlindungan jenis tanaman.
Kegiatan ini diberikan dalam bentuk taining, sebagai Pemateri adalah Edward Tang dari Pendidikan lingkungan, Yayasan Palung dan Tara Mills salah seorang mahasiswi S3, Genetic Biology dari Oxford Univercity, dia juga adalah relawan Yayasan Palung untuk pendidikan lingkungan. dalam penyampaian materinya Edward Tang menjelaskan tentang herbarium. Sedangkan Tara Mills menjelaskan tentang contoh DNA evolusi; memberikan pembahasan tentang perubahan struktur DNA paruh burung raja udang yang semula memiliki paruh pendek dan berubah menjadi panjang, hal ini dikarenakan paruh burung tersebut terpengaruh oleh alam sekitar yang mana DNA burung tersebut perlu 100.000 tahun untuk perubahan yang sempurna dengan cara dimutasikan secara alami pula.
Dalam kegiatan ini hadir sekitar 17 peserta training dari Relawan Konservasi Tajam, kegiatan ini dimulai dari jam 11.00 – 16.00 wib. Dalam kegiatan ini para relawan membuat 10 herbarium. Kegiatan ini mendapat respon positif dari para peserta, yang ikut dalam kegiatan ini adalah Ranti Naruri dan Agus Lebam dari Pendidikan Lingkungan Yayasan Palung. Kegiatan ini berjalan sesusai dengan rencana. (Pit-YP).
Monday, August 15, 2011
Cerita Para Petualang Pengintip Satwa Lewat Lensa di Hutan Kota
Sore sudah mulai menampakan bentuk, pancaran sinar matahari sudah mulai redup, sekitar pukul 15.45 wib kemarin sabtu, kami bergegas menggunakan sepeda motor menuju jalan Lingkar (Hutan Kota) dengan maksud untuk mengintip satwa dan obyek apa saja di sekitar hutan tersebut. Hal ini kami lakukan sebagai penyalur hoby dan belajar mengamati flora dan fauna.
Setibanya di jalan gertak, kami sudah disambut oleh dua ekor monyet. Para awak pengintip lensa langsung mengeluarkan senjatanya berupa long tele. Konsentrasi tinggi begitu tampak dari wajah masing-masing penguna kamera untuk sekedar jeprat-jepret monyet dua ekor yang secara tidak sengaja berjumpa dengan kami. Setelah itu kami melanjutkan perjalalan menelusuri gertak (jembatan kecil) satu ke gertak yang lainnya, dalam kesempatan ini juga erik raferna dan frans doni menenjumpai burung raja udang paruh merah (Halchyon coromanda).
Dari penelusuran kami di hutan tersebut kami menjumpai Si Hidung Mancung/Bekantan alias Nasalis Larvatus sangat senang rasanya bisa secara langsung melihat satwa yang tergolong langka tersebut, seketika itu juga para pengintip tidak lengah untuk mengeluarkan lagi long tele (kamera lensa Panjang) untuk mengabadikan gambar Si Hidung Mancung.
Sambil berjalan perlahan, kami juga berbincang-bincang kecil bertutur tentang dunia hijau dan satwa yang di jumpai satu hari sebelumnya yakni Rangkok. Kami sangat berharap hari ini ketemu lagi, tapi hari ini kami kurang beruntung. Sepanjang jalan kami lalui hampir selalu menemui obyek menarik lainnya seperti kupu-kupu, serangga dan tupai. Obyek yang begitu menarik di sekitar hutan tidak serta menarik secara keseluruhan, dikarenakan cukup banyak sampah plastik tersebar di pinggiran kiri dan kanan jalan yang kami lalui.
Kami ber-tujuh penyuka dunia photografi terdiri dari aku, Erik Raferna, Frans Doni, Yopri,Jephi, Rouf dan Ari menyudahi pertualangan mengintip di hutan kota sebab senjapun sudah menyongsong. Sekitar dua jam setengah kami berpetualang dan mengintip ditempat itu, banyak hal menarik yang kami jumpai. Kami berharap minggu depan masih ada waktu untuk berpetualang lagi di tempat ini. Sungguh pertualangan yang mengasyikan ( Pit- YP).
Friday, August 5, 2011
Sejarah Oksigen Ditemukan dan Kegunaannya
Tanggal 1 Agustus 1774, Joseph Priestley, guru, penulis dan filsuf alam dari Inggris menemukan gas yang kemudian dikenal sebagai oksegen. Hal tersebut terjadi ketika ia melakukan sebuah percobaan saat menjadi tutor anak-anak Earl of Shelburne, pemilik Bowood House di Wiltshire, Inggris.
Dalam salah satu percobaannya, Priestley menggunakan kaca pembesar untuk memfocukan sinar matahari pada senyawa merkuri (II) oksida. Dia menemukan bahwa pemanasan terhadap senyawa menghasilkan gas yang dapat membuat lilin bercahaya lebih terang dan seekor tikus dapat hidup empat kali lebih lama dibandingkan pada udara normal.
Oksigen dapat ditemui di udara, tanah dan air, semua makhluk hidup memiliki ketergantungan dengan oksigen untuk tetap bertahan hidup. Oksigen tidak memiliki rasa, warna dan bau. Bentuk lain dari oksigen adalah Ozon, ozon (lapisan ozon) diatmosfer bumi sangat penting untuk melindungi bumi dari bahaya sinar matahari. Oksigen memiliki banyak kegunaan bagi dunia Industri, sebab oksigen dipakai untuk membakar baja dan membakar bahan bakar. Selain itu juga oksigen digunakan sebagai bahan untuk peledak.
Meskipun Priestley tidak dapat menjelaskan secara akurat hasil penelitian tersebut berdasarkan pengetahuan ilmiah kala itu, hasil karyanyaberupa penemuan gas yang kemudian dikenal sebagai oksigen membuka jalan bagi Antoine Lavoisier untuk merumuskan teori yang menjadi dasar bagi ilmu kimia modern. (Pit – YP, Sumber dari : kompas, buku dunia,inc. tahun 2005, foto: Google.co.id).
Thursday, August 4, 2011
Hubungan Erat Lingkungan dan Budaya
http://pityayasanpalung.blogspot.com/2011/06/hubungan-erat-lingkungan-dan-budaya_23.html
Kerusakan Hutan di Kalimantan
http://pityayasanpalung.blogspot.com/2011/08/kerusakan-hutan-di-kalimantan.html
Monday, August 1, 2011
Pengenalan Dasar-dasar Radio dan Praktek Siaran bagi Penyiar Pemula
Untuk Kali Pertama kegiatan ini diselenggakan di kabupaten Ketapang, kegiatan ini dilaksanakan pada minggu, 31 Juli 2011 bertempat di Ruang Pertemuan Radio Gema Solidaritas. Kegiatan ini mengusung tema; Pelatihan dasar Penyiaran untuk Program Informatif. Peserta kegiatan ini terdiri dari para siswa - siwi dari berbagai sekolah, perwakilan dari instansi atau lembaga dan dari penyiar pemula di lima stasiun radio di dua Kabupaten (Ketapang dan Kayong Utara). Adapun tujuan dari kegiatan ini, agar para peserta mengetahui dasar-dasar radio dan minat pelajar dan penyiar pemula tertarik untuk menjadi penyiar yang informatif.
Pelatihan radio yang diselenggarakan ini dengan harapan menjadi pemantik semangat bagi peserta untuk menggeluti, memahami, mendalami dasar-dasar radio dan adanya ilmu baru menjadi penyiar radio yang mampu memberikan informasi yang menarik bagi pendengarnya. Maka dari itu tujuan pelatihan ini adalah: Adanya pemahaman dasar bagi peserta pelatihan tentang dunia penyiaran khususnya radio, munculnya generasi muda yang memiliki keinginan menjadi penyiar, terciptanya para peserta pelatihan untuk mengembangkan potensi diri dan terciptanya penyiar yang mampu memberikan informasi lingkungan dengan baik melalui media radio khususnya di Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Kayong Utara.
Pelaksanaan kegiatan ini berlangsung selama satu hari, dimulai pukul 08.00 wib – 16.30 wib. Rangkaian kegiatan ini sebagai bentuk kerjasama Yayasan Palung dan Radio Gema Solidaritas, 107,7 FM untuk mencari dan melihat potensi para siswa-siswi di SMU/SMK/SMEA, sekolah-sekolah Sederajat serta peserta umum (penyiar pemula), untuk tertarik menyalurkan bakat dan menjadi lebih kaya akan informasi tentang lingkungan. Kegiatan ini secara resmi dibuka oleh Ketua Perkumpulan radio Gema Solidaritas, bapak Redemptus Musa Narang dan Tito P. Indrawan dari Yayasan Palung.
Adapun materi-materi dalam pelatihan ini antara lain ; Dasar-dasar Radio; tampil sebagai pemateri Thomas Rico (Jojo), pengenalan alat-alat di Studio oleh Andika Combet dan tim dari Gema Solidaritas, Praktek Siaran (ON AIR dan OFF AIR), Jurnalistik Radio dan Penulisan Scrip berita di Radio oleh team dari Yayasan Palung (Desi, Pit,Tito, Bedu, Heri), Shering dari penyiar lama, penyiar pemula dan peserta pelatihan dengan tujuan berbagi pengalaman.
Selain itu juga, diadakan diskusi tentang kepedulian terhadap lingkungan. Para peserta memilih tema sampah untuk dijadikan bahan diskusi, karena menurut mereka masalah sampah selalu menjadi permasalahan yang tidak kunjung usai, dalam diskusi mereka membahas tentang dampak-dampak sampah dan manfaat sampah. Hasil diskusi mereka ini menjadi bahan yang akan disajikan kedalam bentuk skrip radio dan akan mereka bawakan pada saat praktek siaran di penghujung kegiatan.
Peserta yang hadir dalam pelatihan ini diikuti sekitar 20 peserta; terdiri dari peserta dari sekolah-sekolah, para volunter (Relawan Tajam dan Relawan RebonK) Yayasan Palung, utusan dari LSM Katulistiwa Kota Kita ( K3), utusan dari BKSDA Ketapang, utusan dari BTNGP Penyiar Pemula dari radio Gema Solidaritas, radio Vinka, radio Renita, (Ketapang) dan radio Mitra Palung (Kayong Utara).
Kegiatan ini berlangsung sesuai dengan rencana, dengan diadakan kegiatan pelatihan radio ini diharapkan ada tindak lanjut dari Peserta untuk terus menyampaikan informasi dan terpanggil untuk peduli terhadap masalah-masalah sosial dan lingkungan khususnya di Kab. Ketapang dan Kab. Kayong Utara dan secara umum di Kalimantan Barat. Harapan dari Peserta agar kegiatan ini terus terselenggara, dengan kata lain peserta menyambut baik kegiatan Pelatihan radio ini.(Pit- YP).
Subscribe to:
Posts (Atom)