A blog to cover orangutan conservation efforts in Kalimantan Barat (West Borneo), Indonesia.
Tuesday, February 28, 2012
Potret Masyarakat Desa Sebadak Raya
Masyarakat Masih Menghargai Hutan dan Adat Tradisi
Pada 22-23 Februari 2013, di Desa Sebadak Raya diadakan kegiatan tentang hutan Desa dan penyampaian materi tentang perubahan iklim. Selain itu, diadakan lecture (ceramah lingkungan) bagi anak sekolah dan pemutaran film lingkungan bagi masyarakat. Kegiatan ini diadakan oleh Fauna Flora International atau FFI; Edi Nurdiansyah, dari Yayasan Palung; Trie Bedu Nugroho dan Relawan Tajam Yayasan Palung dan dari RMI (The Indonesian Institute for forest Environment); Sita dan Asep. Desa Sebadak Raya, merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Sandai, Ketapang, Kalbar. Desa ini merupakan salah satu tempat yang belum tersentuh oleh perkebunan dan pertambangan. Pohon dan hutannya masih terjaga karena masyarakat masih menghargai adat dan tradisi di sana.
Di sela-sela kegiatan, kami diajak untuk melihat dan menghadiri adat masyarakat. Adat buah salah satunya. Adat ini diadakan saat musim panen buah tiba, masyarakat secara bersama-sama mengadakan adat dan tradisi ini. Adat masyarakat di Sebadak Raya masih sangat dijaga, seperti aturan tidak diperkenankan menebang pohon buah. Pohon durian misalnya, menurut masyarakat di sana pohon durian sangat dijaga, karena pohon durian salah satu digunakan sebagai peti mati bagi demong pada saat meninggal. Berdasarkan cerita pak Demong, pada saat musim buah tiba, sebelum buah di panen masyarakat Desa Sebadak Raya dan Demong adat terlebih dahulu mengadakan ritual adat atau perayaan adat memanen buah. Menurut mereka, pohon buah dan buah-buahan merupakan sumber kehidupan bagi mereka. Hasil Panen mereka dari hasil brerladang bahkan bisa bertahan hingga dua sampai tiga tahun, ungkap bapak Demong Sebadak Raya.
Aturan adat masyarakat lainnya seperti mengharuskan memilihara ternak seperti babi di kandang dan tidak untuk dilepaskan, apabila dilepaskan oleh si pemilik, maka harus dibunuh dan dihukum adat. Menurut mereka, ternak apabila dilepas dapat merusak segala tanaman masyarakat dan mengganggu pemandangan khususnya kotorannya. Aturan ini juga sebagai salah satu nilai kemajemukan dan menjunjung tinggi keharmonisan antar masyarakat, karena penduduk desa Sebadak Raya selain beragama Katholik juga ada yang beragama Muslim.
Luasan hutan yang terdapat di Desa Sebadak Raya sekitar ± 14.000 hektare, diantaranya 2000 hektare dipersiapkan sebagai hutan desa. Masyarakat desa Sebadak Raya, pernah melakukan public hearing (dengar pendapat) langsung kepada Gubernur terkait banyak perusahaan perkebunan dan pertambangan yang ingin masuk ke desa Sebadak Raya. Mereka sangat tidak setuju dengan masuknya perkebunan dan pertambangan di sana ungkap pak Demong. Masyarakat Sebadak Raya saat ini sedang mempersiapkan Hutan Desa untuk menangkal masuknya perusahaan.
Di sana ada satu pohon Ulin atau kayu belian/kayu Besi (Eusideroxylon zwageri), pohon ini di keramatkan, masyarakat di sana meyakini pohon ulin dapat menyembuhkan semua penyakit yang diderita. Menurut penuturan pak demong, pohon ini memang bisa menyembuhkan orang apabila meminta, tetapi tidak juga semua bisa sembuh tuturnya. Keberadaan atau lokasi dari pohon ulin ini terletak di bukit tidak jauh dari kampung.
Berdasarkan cerita dari masyarakat, sudah beberapa kali perusahaan sawit bersosialisasi di sini (Sebadak Raya- Red), tetapi tatap masyarakat menolak. Pernyataan ini diungkapkan oleh bapak Martinus. Pak Martinus merupakan Demong Adat di Sebadak Raya. Menurutnya, sudah beberapa kali pihak perusahaan dihukum adat oleh masyarakat. Masyarakat tidak ingin perusahaan masuk, karena kami masih berpegang teguh terhadap adat dan tradisi, kami masih mau menghargai alam sekitar dan adat tradisi. Kami juga ingin hutan tetap ada sampai selama-lamanya. Masyarakat yang berdomisili di desa Sebadak Raya Kurang lebih 700 Kepala Keluarga, sebagian masyarakat berladang dan bermata pencahariaan dari hasil karet.
Akses menuju desa dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi darat dan sungai, untuk mencapai dasa ini memerlukan waktu kurang lebih 5-6 jam perjalanan dari kabupaten Ketapang, khusus perjalan darat, kondisi jalan kurang mendukung karena jalan banyak yang berlobang dan rusak. Sedangkan transportasi air menggunakan motor air, speed boad dan sampan. Semoga hutan dan adat istiadat masyarakat Desa Sebadak Raya tetap terjaga dengan lestari. (Pit-YP).
Friday, February 24, 2012
Rescue Orangutan di Natai Panjang Gagal
Rescue atau penyelamatan satwa dilakukan oleh tim Rescue Orangutan terdiri dari, BKSDA Wilayah 1 Ketapang (2 orang), International Animal Rescue/IAR (2 orang), Yayasan Palung /YP(3 orang), Polsek Tumbang Titi. Tempat Kejadian di Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalbar. Rescue tersebut dilakukan 31 Januari 2012 lalu.
Tim Rescue berangkat dari Ketapang pukul 05.30 wib menuju Desa Natai Panjang, Kec. Tumbang Titi, tiba di tempat kejadian pukul 08.15 wib. Pada pukul 09. 30 wib, Tim Berkoordinasi dengan Polsek Tumbang Titi untuk melaksanakan negosiasi dengan si pemilik satwa orangutan. Pukul 10.00 wib, berkoordinasi dengan Kepala Desa Natai Panjang,Tumbang Titi. Pukul 10.30 wib tim bertemu dengan pihak kecamatan Tumbang Titi untuk melakukan pendekatan bersama. Selanjutnya puku 11.00 wib, tim menemui bapak Demong Adat Tumbang Titi untuk membantu dalam proses negosiasi.
Pada pukul 11.30 wib , menuju ke lokasi rumah si pemilik berinisial (J) untuk melihat Orangutan yang dipelihara. Kemudian pihak dari BKSDA melakukan negosiasi dengan Pak (J), dalam negosiasi tersebut pihak BKSD melakukan pendekatan persuasif dengan Pak (J). Pak ( J) menceritakan asal usul kepemilikan orangutan, asal usul kepemilikan orangutan yg di dapat dari salah seorang yang bekerja di perkebunan sawit. Pak (J) mengaku dan menjelaskan tentang Orangutan tersebut dibeli dengan harga 1,5 dari penjual. Orangutan tersebut diperkirakan sekitar 3-4 tahun, jenis kelamin Jantan. Pak (J) bersikeras orangutan tersebut tidak dapat di rescue dengan alasan dia sudah sayang dengan orangutan tersebut.
Berdasarkan pantauan kami pada saat hendak merescue, keadaan orangutan yang dipelihara pak (J) tersebut kondisinya sangat memprihatinkan. Hal ini terlihat dengan jelas, dari makan yang diberikan. Orangutan tersebut di rantai dan mereka suguhkan makan dengan nasi, kerupuk dan diberi minum dengan es batu. Pada hal makanan sesungguhnya orangutan adalah buah-buahan, kulit kayu, daun kayu dan jenis serangga. Bahkan lebih parahnya lagi, menurut pak (J) orangutan tersebut sering mereka ajari untuk sikat gigi. Seharusnya itu tidak dilakukan, karena orangutan dikhawatirkan akan berpengaruh pada hilangnya naluri tentang perilaku sesungguhnya di alam bebas. Kurang lebih selama 2 jam proses negosiasi dilakukan oleh tim rescue, tetapi tidak mendapatkan kata sepakat dari bapak (J). Tim rescue dibantu oleh pihak dari kecamatan 2 orang, Demong Adat, Polsek Tumbang Titi dan kepala Desa memutuskan kembali pulang menuju Ke Ketapang. Rekomendasi dari BKSDA berjanji untuk melakukan koordinasi dan negosiasi lagi di lain waktu terkait rescue Orangutan yang dimaksud.
Orangutan merupakan satwa yang dilindungi atau perlindungan genting (Endangered). Berdasarkan Undang-undang no. 05 tahun 1990 pasal 21 ayat 2 dan Undang-undang no. 40 ayat 2 mengatur tentang satwa dan tumbuh-tumbuhan dilindungi. Orangutan sebagai satwa yang sebarannya hanya ada di dua pulau di Indonesia; Kalimantan dan Sumatra. besar peranannya terhadap keberlanjutan hutan. Populasi orangutan di kawasan ini sudah semakin berkurang. Konversi kawasan hutan, penebangan hutan dan pertambangan menjadi masalah serius bagi populasi hewan yang masuk dalam appendix I dalam CITES.
Tidak hanya itu, orangutan memiliki manfaat besar terhadap hutan dan manusia diantaranya sebagai, Orangutan dapat menjamin kelestarian hutan yang menjadi habitatnya dan organisme hidup lainnya. penebar biji dan untuk keseimbangan alam. Apabila alam dan hutan kita terjaga kelestariannya, maka kita juga bisa hidup karena oksigen yang kita hirup selama ini berasal dari Hutan yang masih utuh.(Pit- YP).
Thursday, February 23, 2012
Yayasan Palung dan Kegiatan
Yayasan Palung
Merupakan sebuah lembaga atau organisasi Non Pemerintah yang konsen pada konservasi Orangutan dan habitatnya
Wilayah Kerja Yayasan Palung di dua kabupaten; Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Kayong Utara
Program atau Kegiatan Yayasan Palung antara lain :
1. Pendidikan Lingkungan
a. Pendidikan lingkungan ke sekolah dan masyarakat,
b. Puppet show tentang Orangutan dan habitatnya bagi siwa SD, TK dan Paud,
c. Fieldtrif siswa dan masyarakat,
d. Pendampingan dan pelatihan Relawan Yayasan Palung : Tajam dan RebonK,
e. Pendampingan guru : pelatihan dan pendampingan,
f. Pusat Pendidikan Bentangor
• Pertanian organic,
• Hasil Hutan Bukan Kayu (pembentukan kelompok pengerajin dan pendampingan pelatihan bagi pengerajin),
• Les Bahasa Inggris dan IPA(bagi siwa SD yang masih sekolah dan bagi yang tidak sekolah),
• Biogas (Pelatihan biogas),
g. Pendampingan sispala di sekolah yang ad di Ketapang dan KKU .
2. PPS-Hukum
1. Survey dan monitoring Orangutan dan Habitatnya
2. Kampanye : media; lokal dan internasional, radio, televisi, putar film, baliho,spanduk, brosur dan poster, special event ;Hari Bumi dan Pekan Peduli Orangutan ,
3. Pendampingan Hutan Desa; pendampingan dan pelatihan bagi desa dampingan
4. Pendampingan masyarakat dalam RTRWDes
5. Partisipasi dalam kebijakan pemerintah : Audiensi, Sekber,MOU tentang satwa di sekitar Taman Nasional Gunung Palung, Lingkungan.
3. Penelitian Tentang Orangutan
Penelitiaan tentang Orangutan di Taman Nasional Gunung Palung bagi para Mahasiswa, ilmuan nasional dan Internasional.
Monday, February 20, 2012
Tips-tips Pada Saat Melakukan Pengamatan Satwa di Alam
Sebelum melakukan pengamatan, terdapat beberapa hal yang perlu Anda perhatikan dan persiapkan, yaitu :
1. Pakaian
Untuk mengamati satwa hendaknya tidak mengenakan pakaian berwarna cerah dan mencolok, karena hal ini akan membuat satwa takut dengan kehadiran Anda. Gunakanlah pakaian berwarna redup, seperti coklat atau hijau. Yang paling penting untuk diperhatikan adalah pakaian yang dikenakan harus nyaman, menyerap keringat, berkerah, mudah kering bila basah dan memiliki kantung untuk menyimpan buku catatan saku. Sebaiknya Anda menggunakan pakaian berlengan panjang, supaya tidak terganggu oleh gigitan serangga atau tergores duri. Jangan lupa menggunakan topi lapangan dan membawa payung.
2. Perlengkapan Pengamatan
Perlengkapan untuk pengamatan terdiri dari teropong, buku pengenalan jenis satwa (field guide) dan buku catatan lapangan.
3. Teropong
Teropong, merupakan alat utama yang harus tersedia dalam melakukan pengamatan satwa. Teropong berukuran 8x30 dan 8x40 adalah yang paling ideal untuk pengamatan di hutan. Jika kita hendak mengamati burung di tempat terbuka, menggunakan teropong berukuran 10x40 akan lebih baik. Sedangkan bila kita akan mengamati satwa di tempat terbuka, teropong satu lensa (monocular) akan lebih baik lagi.
4. Buku pengenalan jenis satwa (field guide)
Buku pengenalan jenis satwa, diperlukan untuk membantu kita mengenali jenis satwa yang kita lihat denga benar. Sayangnya, saat ini belum ada buku pengenalan satwa yang mencakup seluruh Indonesia.
5. Buku catatan lapangan
Buku catatan lapangan harus selalu dibawa oleh pengamat selama melakukan pengamatan. Buku ini sebaiknya memiliki sampul yang tahan air, tidak mudah terlipat dan berukuran kecil supaya dapat disimpan di saku baju atau celana. Jika buku pengenalan jenis sedang tidak ada atau jenis satwa yang diamati tidak dapat ditemukan dalam buku pengenalan jenis yang dibawa, buku catatan lapangan ini akan sangat berguna.
6.Cara Menggunakan Teropong
Cara Menggunakan Teropong, Untuk melakukan pengamatan satwa, sebelumnya kita harus menguasai cara-cara menggunakan teropong dengan benar. Berikut ini adalah panduan cara menggunakan teropong :
a. Carilah roda fokus dan penala okuler pada teropong.
b. Tutup lensa obyektif (lensa besar) sebelah kanan dengan tangan dan putar roda fokus hingga obyek terlihat jelas dengan mata kiri.
c. Tutup lensa obyektif sebelah kiri dan putar roda penala okuler hingga obyek terlihat jelas dengan mata kanan.
d. Sekarang teropong Anda sudah ditala untuk kondisi mata Anda, jangan lagi memutar penala okuler.
e. Jika hendak melihat obyek yang berbeda dengan teropong, gunakan roda fokus untuk memperjelas obyek.
f. Setelah bisa menggunakan teropong dengan baik, maka kita dapat memulai kegiatan pengamatan.
7. Cara Mengamati Burung
Hal pertama yang harus diingat selama melakukan pengamatan burung adalah bahwa penglihatan dan pendengaran burung sangat peka. Burung akan segera terbang dan menghilang dari pandangan apabila merasa terganggu dengan kehadiran kita. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa hal di bawah ini :
- Jangan bersuara dan berjalanlah secara perlahan-lahan.
- Jika memungkinkan, carilah tempat untuk persembunyian.
- Gunakan pakaian dan topi dengan warna yang redup (tidak mencolok).
- Amati burung sambil duduk, karena dengan duduk Anda akan dapat bertahan lebih lama mengamatinya.
Secara garis besar, teknis pencatatan hasil pengamatan burung di lapangan adalah sebagai berikut :
- Catat tanggal, waktu dan lokasi pengamatan.
- Gambarkan lokasi pengamatan (misalnya di perumahan, kebun, hutan, dan lain-lain).
- Catat kondisi cuaca pada saat melakukan pengamatan.
- Catat jenis-jenis burung yang dijumpai selama pengamatan.
Pada kenyataannya, di lapangan seringkali kita menemukan jenis-jenis burung yang relatif sulit untuk dikenali (diidentifikasi). Untuk jenis-jenis seperti ini kita harus melihatnya dari jarak yang cukup dekat, supaya bisa menggambarkannya dengan jelas di buku catatan lapangan. Gambar dalam buku catatan lapangan sebaiknya meliputi bentuk dasar, warna bulu sayap, warna kepala, bentuk paruh, warna perut dan ukuran tubuhnya. Untuk menentukan ukuran sebaiknya menggunakan burung-burung yang telah Anda kenal sebagai acuannya, misalnya lebih besar dari burung gereja, tetapi lebih kecil dari burung jalak. Jangan sekali-kali mengandalkan ingatan semata, tetapi harus selalu dibiasakan untuk menggambarkannya di buku catatan lapangan.
- Catat jumlah individu masing-masing jenis burung yang kita jumpai
Menghitung jumlah burung yang mengelompok seperti burung pantai, akan relatif sulit, terutama bagi pengamat pemula. Cara melatihnya adalah dengan mengamati sekelompok burung dan memperkirakan jumlahnya, kemudian hitung satu persatu. Adakah perbedaan antara jumlah sebenarnya dengan perkiraan kita?
- Catat aktifitas dari burung yang sedang Anda amati, misalnya sedang makan, berkicau, menisik, dan lain-lain.
- Catat interaksinya dengan lingkungan sekitar, misalnya sedang berkejaran dengan jenis burung lain atau sedang bertengger di atas kerbau, dan lain-lain.
- Kompilasikan data pengamatan Anda dalam suatu buku / lembar catatan pengamatan.
- Mengenal Satwa Primata di Alam
Di dunia terdapat 195 jenis primata, 40 jenis diantaranya hidup di Indonesia. Dari 40 jenis tersebut, 5 diantaranya hidup di hutan alami, seperti :Orangutan (Pongo Pygmaeus), Owa Jawa (Hylobates moloch), Surili (Presbytis comata), Lutung (Trachypitecus auratus), Kera ekor panjang (Macaca fascicularis) dan Kukang (Nycticebus coucang).
Primata atau jenis monyet merupakan hewan yang karena keunikannya banyak diteliti oleh para peniliti, baik dari manca negara maupun dari dalam negeri sendiri. Sejak dulu, satwa primata telah dieksploitasi oleh manusia untuk keperluan kehidupan manusia dan cenderung lebih bersifat negatif, seperti banyak dijadikan hewan percobaan dalam bidang medis, bahkan sering dijumpai sebagai satwa tontonan seperti sirkus dan sejenisnya.
Padahal, primata seharusnya tetap dilestarikan di alam, karena satwa ini banyak membantu manusia dalam menjaga kelestarian hutan, dan hutan merupakan sumber air, penjaga keseimbangan iklim, sumber bahan obat-obatan, sumber plasma nutfah, serta banyak lagi fungsi hutan lainnya yang bisa memberikan kelestarian bagi kehidupan manusia. Dan kegiatan pengamatan satwa primata akan memberikan keasyikan tersendiri apabila dilakukan di lingkungan tempatnya hidup, yaitu di hutan.
8. Cara Mengamati Primata di Alam
Siapkan alat-alat yang diperlukan untuk pengamatan, antara lain teropong, peta lokasi, kompas, altimeter, jam tangan, rain coat / payung, buku / lembar catatan, alat tulis, alat perekam seperti tape atau kamera, buku panduan lapangan tentang primata, pakaian dan tas lapangan yang memadai.
Lakukan pencarian / survey lokasi ke tempat-tempat primata biasa ditemukan. Setelah kelompok primata ditemukan, lakukan pengamatan dan catat data-data, seperti pohon tempat beraktivitas makan, istirahat, dan lain-lain. Hitung jumlah individu dalam kelompoknya. Coba untuk mengetahui jenis kelamin dan kehidupan sosialnya, seperti yang mana pimpinan kelompoknya, catat nama-nama bagian tumbuhan yang dimakan, dan lain-lain. (Pit-YP, dari berbagai Sumber, foto doc. Pit).
Thursday, February 16, 2012
Sosialisasi Program Kerja Yayasan Palung Mendapat Sambutan Baik dari Dinas
Kegiatan sosialisasi program kerja Yayasan Palung dilaksanakan 13 Februari 2012, kegiatan sosialisasi ini sebagai bentuk pengenalan program Yayasan Palung kepada mitra kerja dalam hal ini dinas-dinas dan instansi terkait.
Acara dibuka dengan perkenalan dari seluruh peserta yang hadir, dilanjutkan dengan presentasi profil YP oleh Field Director YP yang baru, Tito Indrawan dan dilanjutkan dengan presentasi Program Kerja Yayasan Palung tahun 2012. Kegiatan ini dimulai pada pukul 08.20 wib dan dihadiri oleh Dinas koperasi UKM dan perdagangan, Disbun, Dishut, Disbudparpora, PMD dan Lingkungan Hidup.
Selanjutnya diadakan diskusi bersama untuk memberikan masukan dari semua peserta, masukan-masukan dari diskusi tersebut antara lain masukan dari DisKopukmperdag kepada Disbun agar melakukan solialisasi perkebunan, untuk kerajinan tangan, pengalaman sebelumnya di masyarakat, hanya sebagai sambilan, jika ada tawaran untuk kerja kayu, langsung beralih dan untuk kerajinan bambu dan kerajinan lainnya, mungkin bahan bakunya perlu diolah dahulu supaya lebih awet dan kualitasnya lebih baik.
Masukan dari Disbun menyatakan perkebunan itu sifatnya kontradiktif atau berlawanan antara PAD dan Konservasi, namun sebagai imbangannya sudah coba dikembangkan program seperti peremajaan karet,himbauan untuk pembukaan lahan dengan system Non-Bakar ,NKT (Nilai Konservasi Tinggi) dan Pengawasan terhadap perusahaan (ISPO). Sedangkan Disbudparpora menyatakan adanya Peningkatan sinergisitas antara Yayasan Palung dan Disbudparpora terkait ekowisata di kabupaten Ketapang dan kesepakatan kerja untuk mengembangkan pariwisata.
Program kerja yang di tawarkan oleh Yayasan Palung mendapat sambutan baik dari Dinas-dinas. Selain itu juga, pihak dinas menyatakan Yayasan Palung merupakan lembaga swadaya masyarakat yang terbuka terkait program-program kerja. Diskusi yang berlangsung selama ± 2 jam tersebut berjalan sesuai dengan rencana, dan berakhir pada pukul 11.30 wib. (Pit-YP).
Thursday, February 9, 2012
Selama 3 hari, 9-11 Februari 2012, Yayasan Palung buka stand dalam acara Lustrum V SMA PL St. Yohanes.
Teman-teman dipersilahkan datang dan melihat-lihat, jika berminat tersedia produk-produk HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu) hasil karya kelompok dampingan Yayasan Palung yang dapat dibeli. Selain itu juga, tersedia kaos Yayasan Palung yang bisa di beli dengan harga terjangkau.Pada malam harinya diadakan pemutaran film lingkungan oleh volunteer / Relawan Tajam, Yayasan Palung.
Pameran bertempat di SMA PL. St. Yohanes, Jl. S. Parman, Ketapang. Stand dibuka dari pukul 08.00- pukul 20.00 wib.
Friday, February 3, 2012
Unrescue Orangutan di Natai Panjang
Unrescue Orangutan di Natai Panjang, Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang,
Kalbar, 30 Januari 2012.
Kalbar, 30 Januari 2012.
Wednesday, February 1, 2012
Pelatihan Peningkatan Produktivitas dan Kualitas Produk Kerajinan HHBK
Pelatihan peningkatan produktivitas dan kualitas produktivitas kerajinan HHBK yang dilaksanakan untuk kali ke dua di laksanakan pada 22-24 Januari 2012, kantor desa Batu Barat, Simpang Hilir kabupaten Kayong Utara. Kegiatan pelatihan ini diselenggarakan bagi Kelompok Pengerajin Harapan Desa, sebagai peningkatan produktivitas dan kualitas hasil kerajinan masyarakat terkait hasil hutan bukan kayu.
Sebagai fasilitator kegiatan pelatihan ini, F. Wendy Tamariska dari Yayasan Palung. Pembukaan kegiatan dibuka secara langsung oleh Kepala Desa Batu Barat. Kegiatan Pelatihan yang diselenggarakan selama 3 hari tersebut dihadiri oleh 18 peserta dari kelompok harapan desa dengan pelatih ibu Nok Salbiah, ibu Siti Hatimah dan ibu Kamah. Profesi Peserta yang ikut pada kegiatan 17 orang peserta merupakan petani gunung (berladang), 1 orang Guru. Pada kegiatan pelatihan direncanakan menghadirkan pembicara dari DPRD KKU, namun pada kegiatan ini tidak bisa menghadiri kegiatan dikarenakan ada rapat pleno. Sedangkan dari Deperindagkop tidak bisa hadir dikarenakan sakit.
Adapun target dari pelatihan ini bertujuaan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produk kerjinan HHBK kelompok Harapan Desa di Desa Batu Barat, ungkap F. Wendy Tamariska fasilitator dari Yayasan Palung pada kesempatan kegiatan tersebut. Pada hari Pertama kegiatan pelatihan tersebut, Jenis produk yang dibuat antara lain adalah; tikar, topi dan tas. Untuk kualitas produk pelatih mengajarkan, tekhnik anyaman yang lebih erat dan kuat sehingga tidak membuat kelonggaran atau lobang kecil pada anyaman, tekhnik anyaman yang memperhatikan segi (garis lurus) pada motif dan memperhatikan warna (pewarnaan) dan pengeringan daun pandan.
Dalam menentukan Technical Peningkatan Produktifitas, Anggota kelompok Harapan Desa berdiskusi selama 30 menit dipimpin oleh Ibu Yuyun selaku koordinator kelompok dan Ibu Nok Salbiah serta Ibu Siti Halimah untuk mempersiapkan jenis produk yang akan dibuat selama pelatihan. Target: Membangun komunikasi antar anggota kelompok yang lebih produktif berdasarkan waktu yang disediakan. Selanjutnya diadakan sharing informasi, terkait pengetahuan dan pengalaman mengenai teknik menganyam daun pandan. Kelompok membuat 3 jenis produk yang telah disepakati untuk diselesaikan dalam waktu 3 hari selama pelatihan, yaitu: tikar, tas dan topi. Tahap I hari pertama, per anggota kelompok meraut daun pandan, pewarnaan dan pengeringan daun pandan. Hari kedua, pukul 07.00 wib, peserta melanjutkan anyaman pada hari I pelatihan dan peserta sudah menyelesaikan 2 jenis produk: topi, tas dompet (souvenir). Pada hari ketiga, pukul 08.00 wib, peserta melanjutkan (finishing) anyaman pada hari ke III pelatihan dan peserta menyelesaikan 3 jenis produk: tikar 2 buah dan 1 buah topi. pukul14.00 wib, diadakan evaluasi pelatihan dan rencana tindak lanjut (RTL) bagi kelompok Harapan Desa.
Dalam evaluasi pelatihan, masih perlu diperhatikan tingkat kerapian anyaman, motif masih kurang sederhana(terlalu bervariasi dalam hal warna), sudah bisa bekerja (menganyam) secara kelompok untuk meningkatkan produktivitas, Perlu bimbingan secara menerus dari Yayasan Palung. Pada kegiatan pelatihan tersebut, malam harinya diadakan pemutaran film lingkungan dan film-film hiburan. Kegiatan tersebut terlaksana dengan baik dan mendapat sambutan baik dari pihak kepala desa dan msyarakat Batu Barat. (Pit- YP).
Subscribe to:
Posts (Atom)