Hutan, Alam, bumi, jagat raya semeta raya Anugerah Yang Kuasa. Foto dok. YP |
Realita
hidup di dalam kehidupan ini sungguh menjadi sebuah pertanda, teka teki,
fenomena dan berbagai tuntutan dan pilihan dan mau tidak mau harus di jalankan
sebagai sebuah pemberian dan anugerah dari Yang Maha Kuasa Sang pencipta Maha Segala.
Sebuah pengandaian dengan ungkapan kata “Bagaimana Jika Menjadi”. Tentunya
ini menjadi sebuah pertanyaan bagi kita
semua tentang segala hal dalam hidup yang kita alami di dalam kehidupan kita
saat ini terjadi.
Bagaimana
Jika menjadi seorang penguasa/
berkuasa/ pejabat/ pemimpin?
Jika menjadi seorang pengusaha?
Jika menjadi seorang kaya?
Jika menjadi seorang religious?
Jika menjadi seorang pemurah/
penderma?
Jika menjadi seorang hebat/ pintar/
ahli?
Jika menjadi seorang terkenal?
Jika menjadi seorang baik?
Jika menjadi seorang bijaksana?
Jika menjadi seorang sempurna?
Jika menjadi seorang apa adanya/
bebas lepas/jujur?
Namun
Bagaimana
Jika menjadi seorang yang hidup
sebatang kara/ miskin/ terpinggirkan?
Jika menjadi seorang iri dengki?
Jika menjadi seorang terabaikan?
Jika menjadi seorang sakit/tersakiti?
Jika menjadi seorang penuh dusta/
munafik?
Jika menjadi seorang durhaka?
Jika menjadi seorang terisolasi?
Jika menjadi seorang pemarah?
Jika menjadi seorang
dendam/pendendam?
Jika menjadi seorang tidak berdaya/ bercacat
cela?
Jika menjadi seorang yang
membedakan/ dibedakan?
Jika menjadi seorang rapuh/
mengeluh/gaduh?
Jika menjadi seorang luput dari
pantauan?
Jika menjadi seorang pecundang?
Jika menjadi seorang
curiga/mencurigai?
Jika menjadi seorang
pengekor/penjilat/batang timbul?
Jika menjadi seorang penghibur?
Jika menjadi seorang ter/dihakimi?
Jika menjadi seorang penuh janji?
Mampukah
setiap hidup kita mau dan mampu merasakan itu semua dagan berandai-andai bagaimana
jika menjadi? Semua orang/ banyak orang enggan atau sulit mau untuk sekedar
merasakan apa yang terjadi di sekitar kita.
Tengok
saja, banyak dari antara para petinggi/pejabat/penguasa yang mudah lupa terhadap
sesamanya yang berkekurangan dan ber/terbatas, jika menjadi pejabat. Ada banyak
yang kaya, tetapi banyak pula yang lupa berderma bagi yang papa.
Tidak
sedikit yang religious dan pintar/hebat /ahli/jujur/sempurna/apa adanya/ bebas lepas
tetapi banyak diantara mereka yang didera, dihina, dihianati, dikucilkan,
diasingkan, dipengaruhi, disogok dan diabaikan karena sikap benar.
Banyak
dari antara mereka juga dijadikan tameng kekuatan untuk menggempur medan tempur
saat berlaga dan menjaga kekuasaan kelimpahan.
Ada
banyak bahkan tidak terhitung jumlahnya orang-orang/kebanyakan orang yang
mengalami berbagai hambatan hidup, membutuhkan uluran tangan, perlu keadilan,
perlu diperhatikan karena keadaan dan keterbatasan serta
kekurangan/berkekurangan. Adapula yang saling tuding, menghakimi, membedakan,
menjauh, menciptakan jurang pembatas, yang luas bebas menjadi terhalang dokma
dan derita yang tidak kunjung henti dengan janji tanpa realisasi.
Ada
banyak berpengharapan tetapi terhalang aturan yang diulur dan dijalurkan tanpa
ruang dan hak bebas dan pembebasan. Banyak
yang gengsi mengalahkan dosa menjadi durhaka, saling curiga, berdusta menjadi kata
pembenaran dari sebuah alasan, munafik menjadi iri dengki, membedakan berakar
menjadi pengekor/penjilat/batang timbul saat tenggelam timbul pada
batang-batang lain. Menjadi pecundang saat mengerang menjadi penghibur, di/terhakimi
saat mengaduh dan mengeluh. Banyak yang terisolasi terhalang rasa kata hati, bergumam
mencari solusi menjadi pemarah saat bertepi.
Perjalanan
hidup memang ini adanya, sungguh-sungguh terjadi dari rangkaian “bagaimana
jika menjadi”. Banyak yang lupa atau sengaja lupa dengan dihadapkan
pada “namun bagaimana jika menjadi”. Perjalanan hidup di dalam kehidupan
ini selalu di hadapkan dengan berjuta ragam dan realita nyata yang selalu dan
terus terjadi. Syukuri itu semua sebagai pembelajaran dan perbaikan hidup andai
ingin berubah, namun semua bukanlah harga mati, sesungguhnya hidup adalah pribadi
masing-masing yang menjalankannya. Semoga saja bisa beroleh berkat dari “bagaimana
jika menjadi” atau “namun bagaimana
jika menjadi” sebagai perenungan bersama kita semua.
@Ketapang, Kalbar, 03/07/13
By : Petrus Kanisius “Pit”- Yayasan
Palung
Tulisan yang sama dapat juga di lihat di :
No comments:
Post a Comment