I made this widget at MyFlashFetish.com.

Wednesday, July 24, 2013

Potret : Orangutan dan Satwa dilindungi Nasibmu Kian Malang, Terus Tergusur dan Semakin Terjepit Terhimpit


Sejak dari dulu, nasibmu orangutan selalu terancam dan terus terusik dari tempat dimana engkau tinggal dan hidup. Hutan sebagai habitat,tempat hidup dan rumah mereka semakin kian terkikis habis akibat pembukaan lahan berupa hutan dan lahan semakin merajalela yang membuat nasibmu (orangutan-red) kian malang dan terus tergusur. 

Nasib Orangutan dipelihara dan diburu dari perkebunan sawit, seharusnya mereka hidup bebas di hutan. foto doc. YP
Orangutan hidup dialam bebas. foto dok. Laman dan YP
Sudah semakin sering terjadi, fakta dan realiata mempertontonkan dan menunjukkan kita bagaimana saat ini nasib orangutan semakin memprihatinkan nasibnya. Areal strategis habitat mereka berupa hutan rimbun sudah atau telah berubah fungsi menjadi padang gersang dan disulap menjadi ladang pertambangan dan perkebunan. Hampir dipastikan pengaruh dan penyebab utama orangutan kian terjepit dan sulit serta terhimpit. 
Perluasan areal yang terus menerus dilakukan oleh pemilik modal dan pemegang kebijakan seringkali menjadi sebuah dilema yang tak kunjung terselesaikan terkait penghargaan nasib hidup orangutan dan satwa lainnya yang mendiami hutan. Bahkan tidak hanya itu, janji manis dan selogan area konservasi sering kali menjadi momok besar. Coba tengok saja, seberapa besar dari hutan yang tergerus dan berapa besar area konservasinya. Bayangkan saja, daya jelajah orangutan yang dapat dikatakan 1 individu memiliki daya jelajah 1-2 hektar hutan. Dengan demikian, kawasan atau area konservasi bagi perlindungan dan hidup satwa sangat terbatas. Nah saat ini, area konservasi yang ada dan di haruskan ada hanya dapat dikatakan  hitungan jari saja yang dimiliki oleh pemilik perusahaan, tidak sebanding dengan luasan pembukaan yang terus meluas dan terjadi setiap tahunnya. 

pengangkutan kayu oleh perusahaan terus dilakukan, ruang gerak satwa berupa hutan semakin sempit. dok. YP
Hutan Kalimantan dan Sumatra selalu menjadi utama untuk terus digerus, bahkan hutan Kalimantan yang katanya menjadi surga dan jantungnya Borneo sebagai tumbuh dan berkembangnya satwa dan tumbuh-tumbuhan saat ini dan mungkin diwaktu yang akan datang akan menyisakan cerita dan kenangan. Demikian juga yang terjadi di Sumatra, Papua dan beberapa tempat lainnya di Indonesia, tajuk-tajuk pepohonanan yang menjulang tinggi sudah semakin sulit berdiri kokoh. Bahkan yang tersisa adalah hanya bekas tunggul-tunggul juga padang gersang dan padang ilalang akibat berganti dan berubah fungsi.
Orangutan dilindungi tetapi tidak terlindungi. Hal yang sama juga terjadi pada satwa-satwa lainnya. Konflik yang terjadi antara Orangutan dengan perkebunan sawit dan pertambangan  cukup sering terjadi. Keberadaan orangutan yang mati di dalam kawasan atau diluar kawasan ataupun yang berhasil diselamatkan  dalam keadaan hidup. dari kasus-kasus yang terjadi  tersebut membuktikan bahwa masih minimnya pengawasan  terhadap perusahaan perkebunan ketika melakukan KA-ANDAL (Kerangka Analisis Dampak Lingkungan). Seharusnya KA-ANDAL yang di susun  harus menyampaikn secara detail satwa apa saja yang terdapat di areal konsensi tersebut. Akibatnya, informasi  yang detail ini menyebabkan konflik antara orangutan dengan perkebunan dan pertambangan tidak terhindarkan. Hal ini diperparah dengan tidak adanya monitoring dalam pelaksanaan AMDAL itu sendiri.
Di Kalimantan Barat, Selain ancaman terhadap habitat Orangutan, juga berdasarkan monitoring yang dilakukan Yayasan Palung pada tahun 2012 (Januari-November 2012) terutama di wilayah pesisir, teridentifikasi 10 kasus pemeliharaan Orangutan di pemukiman masyarakat. Ada beberapa kasus pemeliharaan Orangutan di pemukiman masyarakat yang berbatasan langsung dengan areal perkebunan sawit, bahkan ada beberapa individu Orangutan yang berasal dari areal perkebunan sawit. Khusus di Kabupaten Ketapang, tahun 2012, setidaknya ada 17 orangutan yang diselamatkan baik dari tangan masyarakat maupun dari kawasan perusahaan (data monitoring bersama Yayasan Palung dan IAR, 2012).
Potret lainnya juga terjadi pada nasib burung enggang diburu paruhnya, bekantan diburu untuk di konsumsi, harimau di kulit diambil kulitnya dan beberapa satwa lainnya seperti trenggiling yang terus diburu diambil sisiknya, kejahatan tersebut terjadi pada pertengahan tahun dan penghujung tahun 2012.
Pada senin kemarin (15/7/13), ditemukan kasus kematian Gajah bernama Genk, Genk ditemukan tewas mengenaskan terkena jerat tomka di Aceh Jaya, gadingnya di ambil. (sumber berita, mongabay.co.id).
Lima individu orangutan terjebak di di kawasan yang berhutan di dekat Desa Miau Baru, Kecamatan Kong Beng, Kutai Timur, Kalimantan Timur. Kelima orangutan ini terdesak dan tidak bisa berpindah tempat, setelah sekeliling mereka kini gundul. Dari laporan lapangan yang disampaikan oleh Centre for Orangutan Protection, kelima orangutan ini terdesak akibat aktivitas sebuah perusahaan kelapa sawit, (21 juli 2013, data COP). Mungkin juga rentetan kasus-kasus serupa ada terjadi dibeberapa daerah lainnya tanpa terekspose media. 
Gajah mati terkena jerat tomka di Aceh Jaya. foto doc. Foto: Fakhrizan Mahyeddin, mongabay.co.id
Sebuah kepihatinan memang, jumlah lahan yang ada tidak bertambah jumlahnya.  Sementara pembukaan lahan semakin sulit diredam. Perambahan hutan secara legal dan ilegal dibeberapa kawasan di berbagai penjuru di Negeri ini semakin memperparah dari nasib satwa dan tumbuh-tumbuhan yang semakin sulit bertahan hidup akibat terus digusur dan terjebit.
Sebuah harapan sejatinya sangat diperlukan perencanaan yang cukup matang dalam penggunaan lahan yang terbatas tersebut agar dapat mengakomodir semua kepentingan, kepentingan untuk usaha maupun kepentingan konservasi. Artinya, semakin banyak aktivitas yang berkaitan langsung dengan habitat orangutan  maka akan mengganggu populasi orangutan di dalam kawasan hutan sebagai rumah dan tempat hidup.
Ancaman terhadap satwa dilindungi sermakin sering terjadi dan terus berulang. Sementara penegakan dan aturan hukum terhadap pelaku kejahatan terhadap hutan dan satwa dilindungi tidak kunjung ditegakkan. Permasalahan-permasalahan lingkungan juga semakin sering mendera tidak hanya terjadi pada satwa namun juga berlaku pada manusia. Bayangkan saja sudah berapa seringnya kita merasakan dampak longsor, banjir dan bencana-bencana lainnya tidak terkecuali ancaman kekeringan dimusim kemarau tiba akibat daya serap air sudah semakin menipis akibat semakin berkurangnya jumlah hutan. Ibarat menegakan benang basah, sekelumit persoalan lingkungan terus terjadi menuntut kepedulian semua tanpa terkecuali. Bila tidak, maka sudah hampir pasti, hutan dan lingkungan semakin sulit bersahabat dengan manusia. Demikian juga nasib hidup dari satwa dan tumbuh-tumbuhan tinggal menunggu waktu dan diambang kehancuran dan kepunahan. Mudah-mudahan ada langkah nyata dari semua pihak tanpa terkecuali. Semoga…

No comments:

Post a Comment