Dampak perubahan iklim saat ini sudah sangat dirasakan. Perubahan iklim ialah perubahan suhu, tekanan udara, angin, curah hujan, dan kelembaban sebagai akibat dari pemanasan global.
Karena adanya efek gas rumah kaca, maka gas rumah kaca tersebut akan meneruskan radiasi gelombang panjang yang bersifat panas, sehingga suhu dipermukaan bumi akan naik dan menjadi semakin panas dimana laju peningkatan panasnya berbanding lurus dengan laju perubahan konsentrasi gas rumah kaca. dengan laju perubahan konsentrasi gas rumah kaca. http://fisikaasik-gudangfisika.blogspot.com/2012/01/pengaruh-perubahan-iklim-terhadap.html
Perubahan Iklim Membahayakan Kelangsungan Spesies Wilayah Tropis
Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Science menunjukkan bahwa hanya satu atau dua derajat pemanasan dapat menghilangkan spesies wilayah tropis. Ilmuwan dari Universitas Washington di AS telah menemukan bahwa flora dan fauna yang hidup di iklim tropis telah beradaptasi terhadap temperatur tertinggi yang dapat ditoleransi oleh mereka. Namun, sedikit saja kenaikan dalam pemanasan dapat menciptakan kondisi yang melampaui kemampuan spesies itu untuk beradaptasi. Para ilmuwan juga memperingatkan bahwa wilayah tropis mengandung mayoritas dari spesies dunia.
http://www.cbc.ca/consumer/story/2008/05/05/polar-bears.html
Keadaan Rapuh dari Tanaman Obat Membahayakan Kesehatan Publik
Suatu penelitian internasional yang dilakukan oleh Perlindungan Kebun Raya Internasional menunjukkan bahwa kira-kira 400 tanaman obat menghadapi resiko punah karena efek perubahan iklim pada ekosistem dan juga praktik-praktik seperti pemungutan hasil panen dan penebangan hutan yang berlebihan. Spesies-spesies tanaman obat yang terancam saat ini termasuk magnolia, yang telah lama digunakan sebagai obat tradisionil China untuk kehilangan ingatan sehubungan dengan usia dan penyakit jantung. Lebih dari setengah resep obat dunia saat ini diambil dari tanaman. Selain itu mayoritas penduduk dunia tergantung dari obat-obatan berbasis tanaman. Pengarang laporan itu, Belinda Hawkins, menyatakan “Bukan suatu pernyataan yang berlebihan untuk mengatakan bahwa jika penurunan cepat dari spesies-spesies ini tidak dihentikan, maka hal ini dapat menurunkan stabilitas perawatan kesehatan global di masa mendatang.
http://www.naturalnews.com/023402.html
Pemanasan Global Mengakibatkan Migrasi Hewan
Penelitian telah menunjukkan bahwa 30 spesies reptil dan amfibi berpindah menuju tempat yang lebih tinggi ke ekosistem yang lebih dingin. Ahli biologi Christopher Raxworthy dari Museum Amerika untuk Sejarah Alam mengatakan bahwa pada akhirnya tidak ada lahan yang lebih tinggi yang tersedia. Dua spesies katak dan tokek sekarang berada dalam bahaya kepunahan.
http://news.xinhuanet.com/english/2008-06/18/content_8393537.htm
Perubahan Iklim dapat Membuat Spesies Burung Australia di Tepi Jurang Kepunahan
Dengan 10 spesies burung yang sudah punah dan 60 lainnya yang berada di ambang nasib yang sama. Profesor David Paton dari Unversitas Adelaide di Australia mengatakan, “Ada risiko nyata bahwa Anda akan kehilangan setengah spesies burung dari wilayah ini. Saya pikir itu adalah sesuatu yang tidak boleh ditolerir oleh masyarakat mana pun.” Profesor Paton merencanakan sebuah proyek berskala besar untuk menumbuhkan tanaman hingga 150.000 hektar di Gunung Lofty Ranges di Australia selatan yang akan melindungi flora dan fauna asli dari kepunahan. Diperkirakan bahwa pekerjaan ini membutuhkan minimum hampir US$19 juta untuk meluncurkan Inisiatif Pemulihan Hutan. Dr. Paton optimis bahwa kehilangan spesies yang bertambah dapat dihindari jika habitat yang cocok dan subur dipulihkan kembali. http://www.abc.net.au/news/stories/2008/06/18/2277949.htm?section=justin
Ikan-ikan Hiu Terancam Punah Akibat Perubahan Iklim
Studi baru-baru ini yang dimuat dalam jurnal Pelestarian Biologi menyatakan bahwa populasi dari banyak spesies ikan hiu yang berkurang dengan cepat membuat para ilmuwan prihatin tentang dampaknya terhadap ekosistem laut secara keseluruhan. Kelompok-kelompok pelestarian menyerukan agar dilakukan langkah-langkah global untuk melindungi ikan hiu itu, bahkan beberapa jenis hampir lenyap sama sekali.
http://news.bbc.co.uk/2/hi/science/nature/7446112.stm
Spesies Anjing Laut Pertama Kali Dideklarasikan Punah Akibat dari Kegiatan Manusia
Setelah tidak terlihat selama lebih dari 50 tahun, anjing laut di Karibia atau India Barat sekarang dinyatakan punah. Anjing laut subtropis yang pernah ditemukan secara berlimpah di Laut Karibia, Teluk Meksiko, dan sebelah barat Samudera Atlantik, pada dasarnya diburu sampai punah. Dua spesies berhubungan lainnya, anjing laut Mediteranian dan Hawai baru-baru ini terdaftar sebagai satwa yang terancam punah, dengan perlindungan intensif yang diperlukan untuk menghindari kepunahan mereka juga.
http://www.ens-newswire.com/ens/jun2008/2008-06-09-02.asp
Hewan primata lebih terancam daripada yang diperkirakan
Dr. Russell Mittermeier, Ketua dari Konservasi Internasional dan ketua dari Persatuan Internasional untuk Pelestarian Alam, telah melaporkan bahwa hampir separuh dari semua spesies monyet dan kera berada dalam ancaman kepunahan akibat kegiatan penebangan hutan dan perburuan untuk daging. Hal ini menunjukkan pengurangan hampir 10% dari sebuah penelitian yang dilaksanakan 5 tahun lalu. Dr. Mittermeier menyatakan, “Kami memiliki data yang kuat untuk menunjukkan bahwa situasi tersebut lebih parah daripada yang kita bayangkan.” Ia melanjutkan dengan berkata bahwa 304 spesies dari simpanse, orang hutan, kera berlengan panjang, dan kukang mungkin akan lenyap kecuali jika dilakukan tindakan yang cukup untuk melestarikan habitat mereka serta melindungi mereka.
http://www.enn.com/wildlife/spotlight/37847
http://www.primate-sg.org/ram.htm
Naiknya Kandungan CO2 di Atmosfer Mengganggu Kehidupan Laut
Para ilmuwan dari Universitas Plymouth di Inggris melakukan evaluasi dampak karbon dioksida yang diserap laut melalui sebuah studi di lubang CO2 alamiah yang ditemukan di Laut Mediterania. Studi tersebut menunjukkan bahwa di dekat lubang dasar laut ini, CO2 membuat air menjadi lebih asam dan mengakibatkan hilangnya keanekaragaman laut dalam perbandingan yang sama dengan pengasaman. Karena berkurangnya kalsium di air yang asam, kerangka keong menjadi hancur dan terumbu karang tidak dapat terbentuk. Dr. Carol Turley dari Laboratorium Laut Plymouth mengatakan, “Ini berarti satu-satunya cara untuk mengurangi pengasaman laut adalah dengan pengurangan emisi CO2 dalam jumlah yang besar."
http://news.bbc.co.uk/2/hi/science/nature/7437862.stm
Hari Lautan Sedunia Menawarkan Kesempatan untuk Melindungi Lautan
Untuk menghormati hari tersebut yang dirayakan secara informal oleh PBB dan organisasi-organisasi lain pada tanggal 8 Juni, Badan Pelestarian Alam yang berbasis di AS telah mengeluarkan daftar perubahan sederhana yang bisa dilakukan orang untuk merawat lautan dunia yang rapuh dengan lebih baik. Daftar paling atas adalah meminimalkan pemakaian plastik dengan beralih ke produk yang bisa dipakai ulang seperti tas belanja kain. Perubahan yang lain adalah membuang bahan kimia dengan benar dan tidak menuangnya ke dalam saluran air karena mereka bisa mengalir langsung ke sungai dan laut.
http://www.prweb.com/releases/nature_conservancy/world_ocean_day/prweb1000324.htm
Populasi Ikan Dunia Menyusut
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB menyatakan bahwa 75% dari semua spesies ikan komersial telah ditangkap secara berlebihan. Callum Roberts, profesor konservasi laut di Universitas York, Inggris, serta para ilmuwan lainnya, mengatakan bahwa penangkapan ikan berskala industri sejak 90 tahun yang lalu telah menyebabkan bukan hanya hilangnya ikan, tetapi seluruh rantai makanan biologis. Dr. Roberts menyarankan penetapan segera area perlindungan permanen di seluruh lautan di dunia, untuk memungkinkan pemulihan ikan sebelum terlalu terlambat.
http://www.guardian.co.uk/environment/2008/may/11/fishing.food
Perubahan Perilaku Burung Berhubungan dengan Perubahan Iklim
Para peneliti Universitas Oxford di Inggris menemukan bahwa burung gelatik batu sekarang bertelur kira-kira 2 minggu lebih awal daripada setengah abad yang lalu, sebagai penyesuaian terhadap pemanasan global. Sementara itu, terlihatnya dua burung tropis di dekat Pulau Po Toi di bagian paling selatan Hong Kong, untuk yang pertama kalinya, juga disebabkan oleh temperatur yang lebih hangat. Ketua Lembaga Pemantau Burung Hong Kong, Cheung Ho-fai mengatakan, “Burung-burung sangat sensitif terhadap perubahan iklim dan mengamati mereka adalah cara yang baik untuk memahami perubahan-perubahan.”
Perubahan Iklim dan Polusi Mempengaruhi Burung-burung di Seluruh Dunia
Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) berkata pada hari Selasa bahwa penurunan secara keseluruhan jumlah burung yang bermigrasi adalah tanda bahaya adanya perubahan dalam keanekaragaman hayati di seluruh dunia. Burung-burung amat sensitif terhadap perubahan iklim dan karena itu bisa menjadi indikator yang tepat akan perubahan pola iklim. Burung-burung air seperti pinguin secara khusus rentan terharap efek perubahan iklim. Heidi Geisz, ahli biologi laut di Institut Ilmu Laut Virginia di AS, telah menemukan pestisida terlarang DDT dalam badan pinguin Adélie. Diperkirakan bahwa zat tersebut terperangkap dalam lapisan es pada tahun 1960 ketika DDT diproduksi dan sekarang terlepas karena perubahan iklim.
http://www.telegraph.co.uk/earth/main.jhtml?xml=/earth/2008/05/08/eatoxic108.xml
Perubahan iklim yang sedang terjadi berikut segala dampaknya tidak dapat dihindari. Beradaptasi terhadap kedua macam dampak perubahan iklim – kejadian ekstrem dan dampak perlahan - memerlukan strategi yang berbeda. Mempersiapkan diri menghadapi kejadian ekstrem dilakukan dengan menyusun rencana penanganan bila terjadi bencana alam, seperti badai dan banjir. Sedangkan menghadapi perubahan perlahan memerlukan kemauan dan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungan yang terus berubah.
Foto dari ; indomaritimeinstitute.org, diolah dari berbagai sumber.
No comments:
Post a Comment