Beberapa
waktu lalu, tepatnya 28 - 30 September 2012, Yayasan Palung mendampingi field
trip (kunjungan lapangan-red) siswa-siswi Sispala PASStA (Pencinta Alam SMP St.
Augustinus) di kawasan hutan Lubuk Baji. Field trip ini juga sekaligus
pengukuhan anggota baru PASStA. Berbagai Kegiatan dilakukan seperti pengamatan
daun (morfologi daun), pengamatan fauna dan flora serta pengamatan indikator
air.
Mendaki menunju hutan Lubuk Baji
Keceriaan, semangat dan sedikit
kelelahan sangat terasa saat kami mendaki untuk menuju hutan di Lubuk Baji,
namun rasa lelah yang kami rasakan hilang seketika setelah kami sampai di hutan
nan rimbun itu. Keceriaan ini tentunya sangat beralasan karena kami banyak
melihat hutan berupa pohon yang berdiri kokoh, gemuruh air terjun, suara satwa
dan burung terdengar bersautan.
Hari
pertama, peserta field trip diberi materi tentang pengenalan dasar-dasar
identifikasi flora, khususnya morfologi daun dan tumbuhan. Seperti kita
ketahui, morfologi tumbuhan, khususnya tentang organ daun. Selain itu, pengamatan
Keanekaragaman hayati masih sangat tinggi di kawasan hutan Lubuk Baji (wilayah
penyangga Taman Nasional Gunung Palung-red). Tumbuh-tumbuhannya masih lengkap,
hutannya masih terjaga dan ketersediaan pakan bagi primata seperti
Owa/kelempiau (Hylobates
muelleri), kelasi (Presbitys rubicunda), dan burung enggang
masih tersedia. Kami juga menemukan 5 sarang orangutan (sarang tipe C, sekitar
1-2 bulan), namun sayang kami tidak menjumpai orangutan. Setelah diberikan
materi dasar, siswa-siswi Sispala PASStA melakukan pengamatan dan penelitian
tentang daun dan selanjutnya mereka melakukan persentasi hasil pengamatan.
Malam harinya diadakan pengamatan hewan malam hari (nokturnal), dalam pengamatan
mereka menemukan musang (Paradoxurus hermaphrodites), lingsat dan tupai
tanah (Lariscus insignis), semut api
dan laba-laba seperti laba-laba Laba-laba penenun (Araneus diadematus;
subordo Araneomorphae) dan kalajengking (Androctonus crassicauda).
Pengamatan morfologi daun di hutan Lubuk Baji
Morfologi
daun merupakan ilmu yang mempelajari bentuk dan struktur daun, melihat secara
bentuk fisik secara langsung daun. Tujuan morfologi daun untuk melihat
keragaman jenis tumbuhan. Dengan melihat keragaman tersebut, mampu melihat
kawasan atau memberi daya dukung fauna yang ada di dalamnya.
Belajar
secara langsung di hutan sangat membantu dalam proses belajar dalam ilmu
terapan atau praktek. sedangkan bila dibandingkan di kelas hanya teori, namun apabila
teori saja belumlah cukup atau maksimal. Sedangkan bila melihat secara
langsung, mereka dapat melihat secara langsung pada bentuk dan ciri dari obyek
yang mereka lihat.
Menurut
Edward Tang sebagai seorang Biologist, berkesempatan memberikan materi tentang
morfologi tumbuhan bagi siswa-siswi Sispala PASStA. Dia berharap dari
mempelajari morfologi daun, secara sosial diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan kepada siswa bahwa Indonesia memiliki hutan tropis yang sangat
tinggi untuk dipertahankan sebagai kebutuhan masyarakat lokal sebagai tumbuhan
obat, sumber tanaman buah sebagai pemenuhan masyarakat. Secara ekonomi, dengan
keragaman yang tinggi merupakan daya tarik yang tinggi bagi turis sebagai daya
tarik turis baik lokal dan mancanegara bermanfaat untuk sumber masyarakat
lokal. Bagi Scient atau ilmu pengetahuan, keanekaragaman yang tinggi merupakan
perpustakaan besar bagi sumber informasi bagi pelajar, karena sangat bermanfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Sedangkan manfaat ekologi, diharapan
dengan terjaganya kawasan hutan memiliki andil besar akan tercipta iklim mikro
dan makro. Iklim mikro, dirasakan secara langsung seperti suasana segar, sejuk
dan udara yang bersih. Sedangkan iklim makro, memiliki kontribusi besar bagi
iklim dunia.
Kawasan hutan Lubuk Baji
Pada
hari kedua, kegiatan siswa-siwi diisi dengan diskusi bersama hasil pengamatan
indikator air dan pengamatan satwa. Dalam diskusi, para Sispala PASStA yang
berjumlah 30 orang tersebut, tampak sangat bersemangat untuk berbagi dan
bercerita dengan sesama mereka tentang pengamatan yang baru saja mereka
lalukan. Seperti misalnya mereka bercerita tentang indikator air berupa
komponen biotik seperti ikan, udang, kura-kura dan labi-labi yang mereka jumpai
saat pengatan. Komponen abiotik seperti, mereka juga bercerita tentang sejuknya
alam saat mengamati. Sedangkan pada malam harinya dilakukan pengukuhan anggota
baru yang di lantik dan dikukuhkan oleh guru pendamping mereka, bapak Aliman.
Pengukuhan anggota PASStA juga didampingi dari Yayasan Palung, yang terdiri
dari Edward Tang, Ranti Naruri, Petrus Kanisius, Udin dan Idris (guide dari Taman
Nasional Gunung Palung) dan di bantu oleh relawan Yayasan Palung, Winda, TAJAM
dan Wanto, RebonK. Sebelum dilantik, mereka membuat ikrar dan janji sebagai
pencinta alam. Ikrar dan janji yang mereka ucapkan antara lain, bersedia untuk
selalu peduli dengan lingkungan khususnya hutan dan menjadi pelopor di sekolah
untuk ikut mengkampanyekan arti penting menjaga lingkungan sekolah dari
sekolah. Selanjutnya mereka diuji mentalnya untuk menyusuri sungai dalam
kegelapan, jarak sungai yang harus mereka lalui berjarak ± 100 meter. Keesokan
harinya, sebelum pulang kembali ke Ketapang, kami mendaki menuju Batu Bulan di
kawasan Lubuk Baji untuk melihat pemandangan di sekitar kota Sukadana dari
ketinggian. Namun kami tidak beruntung hari itu, karena kabut tebal melindungi
pemandangan kami.
Hydnocarpus borneensis (buah belangiran), pakan orangutan
Keanekaragaman
hayati di hutan Lubuk Baji masih sangat tinggi. Lubuk Baji merupakan wilayah penyangga
Taman Nasional Gunung Palung. Tumbuh-tumbuhannya masih lengkap, hutannya masih
terjaga dan ketersediaan pakan bagi primata dan burung enggang masih tersedia. Pohon-pohon terlihat didominasi, seperti
liana, janta/jatak buah ( wilughbeia sp),
pohon batu (Urvingia malayana),pohon kumpang Lorsfieldia sp dan Gimnachirantra.
Aglaia sp. Family meliaceae sejenis
duku-dukuan (duku hutan). Hydnocarpus borneensis (family flacourtiaceae)/
blangiran, merupakan pakan orangutan (Pongo pygmaeus). Baccaurea
stipulate (famili euphorbiaceacae)/ rambai hutan pakan primata dan burung
enggang (Buceros vigil dan Buceros rhinoceros). jenis
paku-pakuan, meranti, rengas, punak, belian, tanaman obat, buah-buahan apel
hutan dan berbagai jenis anggrek juga vegetasi yang mengalami suksesi yang
didominasi oleh semak dan tumbuhan pioner (Macaranga sp).
Untuk
menjangkau daerah hutan Lubuk Baji (kawasan hutan penyangga), dari Kabupaten
Ketapang dapat di tempuh dengan perjalanan darat menuju Kampung Begasing, Desa
Benawai Agung, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat.
Secara geografis terletak pada koordinat 01013’04,9’’LS dan 110000’37,2’’ BT.
Dari Kampung Begasing menuju Lubuk Baji ditempuh dengan perjalanan kaki dengan jarak tempuh sekitar
kurang lebih 2,5 jam perjalanan.
Air
terjun setinggi + 15 meter, lebar + 8 meter potensi dan daya tarik obyek wisata
dengan kondisi berbatu terjal, disebelahnya terdapat juga air terjun kecil yang
mengalir pada batu-batu terjal. Sungai yang mengalir berikutnya berair jernih
dan berbatu terjal. Pandangan di sekitar obyek masih tertutup vegetasi alami.
Berfoto bersama Guru Pendamping Sispala PASStA, di Camp Lubuk Baji
Batu
Bulan tebing
ini memiliki ketinggian sekitar 50-60 meter dengan kecuraman hampir 90 derajat.
Dari atas tebing, kita dapat melihat
sebuah panorama pegunungan yang sangat jarang dapat dinikmati di daerah
Kalimantan. Mata kita akan dipuaskan dengan hijaunya hutan dan formasi
penutupan tajuk dari hampir seluruh permukaan Gunung Palung, Gunung Panti, dan
birunya Pantai Pulau Datuk. Kondisi batuannya relatif kokoh, tapi sebagian
permukaannya mengeluarkan air di sepanjang tebing. (Petrus Kanisius “Pit”- Yayasan Palung).
No comments:
Post a Comment