|
Anyaman dari Pandan untuk alas Meja dengan motif, Foto, doc. Wendi-Yayasan Palung |
Kerajinan hasil hutan bukan kayu (HHBK) merupakan sebuah
bentuk dari keterampilan masyarakat dengan memanfaatkan hasil hutan dan
mengolahnya tanpa merusak hutan. Tanaman hutan tersebut berupa pandan, nipah,
keladi air dan bambu yang selanjutnya diolah menjadi beraneka macam anyaman
tikar, Lekar, topi, kursi dan meja. Kerajinan HHBK tersebut digeluti perempuan
dan ada juga laki-laki. Para pengrajin tersebut berasal dari Tanah Kayong,
lebih tepatnya di Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat.
Masyarakat KKU sebagian besar masih bergantung secara langsung terhadap hasil
hutan dan tinggal di kampung atau desa yang memang berbatasan langsung dengan
hutan. SDA di KKU sendiri saat ini masih sangat mendukung untuk kehidupan
sehari-hari mereka. Sebagai contoh, bahan baku hasil hutan yang paling sering
digunakan untuk keseharian masyarakat KKU seperti rotan, pandan, bemban, nipah
dan jenis paku-pakuan. Bahan baku tersebut digunakan untuk membuat perlengkapan
masyarakat setempat dalam aktivitas bertani ladang dan menangkap ikan. Sehingga
bisa dikatakan masyarakat KKU memang memiliki bakat akan daya seni untuk
membuat kerajinan secara tradisional.
|
HHBK dari pandan siap untuk di anyam. Foto, doc. YP |
Saat ini, para pengrajin atau kelompok pengrajin binaan Yayasan Palung tersebar
di beberapa desa di Kabupaten Kayong Utara. Para pengrajin tersebar seperti di
Desa Batu Barat, Desa Pangkalan Buton, Desa Harapan Mulia dan Desa sejahtera.
Pengrajin tikar yang secara rutin menganyam tersebar di Desa Batu Barat, Kec.
Simpang Hilir dan di Desa Pangkalan Buton di Kec. Sukadana. Hingga kini, mereka
rutin memproduksi kerajinan tikar dalam seminggu mampu menganyam 7-10 tikar
berukuran besar dan bisa lebih banyak jika berukuran kecil.
|
Para pengrajin menganyam tikar, foto doc. YP |
Motif dan corak anyaman yang mereka anyam adalah motif pucuk rebung dan
berbagai motif sesuai dengan keinginan dari pemesan. Anyaman tikar pengrajin
berasal dari bahan bukan kayu, yakni bahan pandan (Pandanus spp); pandan Pahang
dan pandan laut.
Para pengrajin mengolah lidi nipah (Nypa spp) untuk dijadikan lekar (tempat
atau alas alat-alat dapur seperti kuali dan periuk-red) dan hiasan dinding.
|
Aneka anyaman tikar, hasil dari pengrajin setelah jadi/siap di jual. foto doc. YP |
Pemerintah Daerah dan pihak terkait memiliki peran bersama dalam memajukan
produk hasil hutan tanpa merusak hutan sebagai potensi pasar yang menjanjikan.
Dengan adanya masyarakat yang mengelola hasil hutan bukan kayu berupa bambu,
nipah dan pandan masyarakat tidak perlu ke hutan dan merusak hutan lagi.
BY : Petrus Kanisius "Pit"- Yayasan
Palung, Ketapang, Kalbar.
No comments:
Post a Comment