I made this widget at MyFlashFetish.com.

Friday, April 5, 2013

Catatan : Hidup ; Langkah Awal, Akhir Kita Belum Berakhir

Memulai langkah pertama dalam perjalanan atau berjalan dalam hidup ini tidak hanya kita rasakan saat masa-masa kanak , namun kita semua dihadapkan dengan sebuah langkah pertama dalam tatanan kehidupan masa kini. Langkah awal ada yang menyebutnya langkah untuk memulai semua dalam menjalani hidup ini belum/tidak kunjung berahir dan terus berlanjut. 
Langkah awal sebagai permulaan, memulai, mencoba, menapaki langkah demi langkah memang begitu membebani, sulit dan amat berat. Ada yang berkata berbicara memang lebih mudah dari pada mempraktekkannya atau melaksanakan/melakukan. Setiap langkah tidak luput dari rintangan, halangan, tantangan, hambatan atau apapun itu namanya, semua langkah awal dalam perjalanan sungguh amat terasa.   Dalam hidup ini, kita semua mengalami pahit, manis dan cucuran keringat dan derai air mata, namun ada juga yang mulai dan memulai dengan langkah tangis bahagia dan tidak tanpa beban.
Langkah awal hidup sejatinya sebuah asa (harapan), tetapi juga sebuah dilema dan problematika jika sukar atau sulit untuk di selesaikan atau dijalankan. Potret lengkap tentang kehidupan sudah sangat terasa dan tampak jelas di Negeri ini. Langkah awal memulai sesuatu apapun itu, dimulai digeluti dan terus digeluti langkah demi langkah. Dimulai dari langkah para pejuang yang berjuang, bergerak, bertempur di medan Tempur demi perjuangan meraih kemerdekaan. Kemerdekaan di Raih, namun lagi-lagi, langkah demi langkah harus dimulai lagi dengan langkah awal. Mengapa demikian?. Sebuah pertanyaan sekaligus sebagai ungkapan, Negara ini sudah lama merdeka akan tetapi terus berjuang dan terus berperang melawan musuh-musuh yang sampai kapanpun kita belum tahu kapan berakhirnya. 
Musuh-musuh itu tidak lain: Pertama, Semangat Melawan Kebodohan dan kemalasan;  Kebodohan dan kemalasan merupakan dua hal dalam hidup ini yang menjadi momok (akar permasalahan), bodoh atau kebodohan dan kemalasan adalah karena keadaan dan kondisi yang menentukan. Banyak contoh kasus terkait hal ini. Salah satu contohnya, banyak di daerah-daerah pedalaman (wilayah, dari Sabang  sampai Merauke) negeri ini sampai saat ini belum sepenuhnya tersentuh oleh dunia pendidikan. Di wilayah pedalaman yang kita ketahui memang tingkat pengetahuan tentang semua hal sepertinya dan yang lebih pastinya belum maksimal. Pemerataan akan hak-hak pendididikan bagi anak di pedalaman dalam memperoleh akses informasi dan pengetahuan sangat terbatas. Mereka belajar alakadarnya (seadanya) saja, tentunya terkait pengetahuan mereka yang mereka peroleh. Bahkan yang sangat menyedihkan, mereka tidak ada tempat untuk belajar yang layak. Berbeda dengan nasib teman-teman mereka di kota, mereka dilengkapi segala fasilitas yang serba mendukung dan terus didukung. Sebuah catatan penting terkait hal ini, kebodohan di daerah pedalaman bukan tanpa sebab, mengingat ada perbandingan terbalik, perbandingan terbaliknya adalah soal semangat. Semangat antara orang pedalaman dan semangat orang kota dalam mengenyam pendidikan. Di daerah pedalaman Kalimantan dan Papua, tetapi juga mungkin terjadi di daerah-daerah lain tanpa terkecuali. Mereka menempuh berkilo-kilo meter  dan berjam-jam waktu untuk mencapai di mana tempat mereka belajar (sekolah), namun mereka dari hari ke hari terus melakukan dan menjalankan tanpa kenal lelah. Ada yang sudah diperhatikan dan ada juga yang masih terpinggirkan dari nasib mereka. Berbeda dengan anak-anak di kota, mereka cenderung ada yang enggan dan sulit untuk dan mau bersekolah. Ada yang bersekolah namun asal-asalan (asal sekolah saja) dan cenderung gengsi-an satu dengan yang lain (berlomba-lomba pamer kebolehan dan kehebatan tetapi bukan ilmu / pelajaran melainkan kehebatan mereka untuk saling serang, saling adu jotos, saling bermalas-malasan dan sekelumit persoalan sex pranikah di bangku sekolah. Sebuah ironi memang, hidup dalam keterbatasan nun jauh di pedalaman untuk mengenyam pendidikan namun dipenuhi oleh semangat yang tak kunjung padam untuk meraih mimpi nyata. Berbeda dengan anak-anak di daerah kota, ada banyak diantara mereka yang malas  atau dapat dikatakan (hanya sekedar asal sekolah saja), tetapi ada juga yang benar-benar memanfaatkan waktu sekolah dan fasilitas dengan baik dan bijaksana serta berprestasi. Sebuah langkah awal dibutuhkan dalam memerangi /melawan Kebodohan dan kemalasan.
Kedua, Sosial dan Ekonomi masyarakat; Sebuah capaian kehidupan masyarakat dalam sebuah negara adalah dilihat dari aspek sosial masyarakat dan ekonominya dalam perilaku dan pencapaian sosial ekonomi masyarakat dalam sebuah Negara pula. Kehidupan social ekonomi masyarakat saat ini serba komplit (Yang kaya semakin kaya dan Si miskin semakin miskin), kesenjangan tidak kunjung henti. Berbagai upaya dilakukan tidak kalah menggema dilakukan oleh berbagai pihak untuk menghatasi hal ini namun ketimpangan terus berlanjut. Tingkat kriminalitas semakin memuncak, kesadaran semakin memudar dan hukum semakin dilanggar dengan tindakan pengambilan hak yang bukan haknya. Jerit tangis dan gema teriakan terus bergelora saat si miskin sakit menahan beban yang semakin bertambah. Semua contoh terkait keadaan sosial dan ekomomi masyarakat beserta permasalahannya tersusun, tersaji di beberbagai media saban hari. Hamper semua media menampilkan kriminalitas,kesenjangan sosial, kemiskinan dan tingkat ekonomi masyarakat yang cenderung merosot.  Realita kehidupan dan fakta  terjadi. Sementara yang kaya semakin merajalela dan berkuasa, si miskin semakin miskin melarat dan sekarat. Keadilan Sosial bagi seluruh masyarakat berganti penguasaan bagi seluruh rakyat yang membuat masyarakat semakin sulit menghadapi situasi yang serba tidak menentu. 
Ketiga, Pudarnya penghargaan dan perlakuan terhadap lingkungan sekitar (alam raya/bumi pertiwi) dan adat tradisi ; Sudah barang tentu ini sudah menjadi persoalan semua dan bersama, lingkungan semakin tidak terjaga, hutan semakin terkikis dan adat tradisi semakin ditinggalkan. Lingkungan semakin terluka dan tersakiti sehingga berimbas pada berbagai bencana yang terjadi. Ribuan bah kan berjuta hutan ditebang, digusur dan digerus membuat satwa dan makhluk hidup yang mendiami semakin terhimpit dan terjepit. Semakin meluasnya pembukaan lahan semakin mempersulit tatanan kehidupan ini untuk aman dan nyaman. Demikian juga halnya dengan adat dan tradisi yang semakin hari semakin ditinggalkan. Masyarakat kebanyakan (masyarakat modern) lebih memilih tradisi baru dengan mengganti tradisi lama yang cenderung merubah pola penghargaan terhadap lingkungan dan tradisi lokal menjadi tradisi  hura-hura dan tradisi poya-poya. Sudah semakin jarang ditemukan pola prilaku masyarakat yang memilihara adat dan tradisi lokal. Sampai saat ini penghargaan terhadap lingkungan sekitar sudah/telah berganti dengan perlakuan serba acuh tak acuh dan menghargai, menindas dan menipu demi pencapaian dan penguasaan alam/ hutan. Tradisi penguasaan diatas penderitaan masyarakat yang lemah semakin terbukti dengan semakin berkembangannya tradisi konflik. Langkah awal hidup sudah semakin gontai dan berganti dengan keadilan sosial bagi yang memilki modal dan yang memiliki kekuasaan/kuasa. Sehingga sudah barang tentu alam raya /bumi/ hutan semakin menjerit kesakitan dengan tangis mereka berupa bencana, tradisi semakin terpinggirkan dan masyarakat  lokal semakin tersingkir.
Ketiga musuh tersebut merupakan bagian-bagian yang sering berkecamuk dan sering muncul di permukaan dan masih banyak lagi persoalan lainnya. Fakta dan realita hidup dari langkah awal dalam hidup tidak kunjung berakhir atau diakhiri. Cerminan hidup, langkah hidup dan akhir hidup sepertinya belum berakhir,tantangan demi tantangan, perjuangan demi perjuangan tiada henti berjalan dari setiap detik dan setiap gerak langkah. Segala upaya dan usaha dilaksanakan, berbagai solusi dan tawaran silih berganti menambal sulam problematika hidup ini namun lagi-lagi belum sepenuhnya terselesaikan bahkan cenderung semakin memperuncing dan memperumit persoalan yang terjadi.
Keberagaman, kebersamaan, penghargaan dan pengertian satu dengan yang lain sudah semakin sulit untuk menyatu. Keserakahan kian merajai, pemerataan berganti penguasaan, damai berganti konflik dan kesenjangan semakin tumbuh berkembang menciptakan masyarakat kecil semakin antipasti. Hidup memang selalu dihadapkan dengan langkah awal dan sikap tidak pernah puas dalam menjalani hidup ini sehingga segala rasa dan semua ingin dikuasai semua tanpa melihat kedepan. Alangkah indahnya di negeri ini dalam setiap langkah awal dalam menjalani hidup ini  untuk sama rasa, sama berbagi, sama pengharapan dan sama kebersamaan bagi semua tanpa tangis dan derita. Semua tergantung pada kesadaran diri sendiri dari masing-masing pribadi pula. Namun mampu dan maukah kita ???.... semoga saja…. 
By :Petrus Kanisius – Yayasan Palung

No comments:

Post a Comment