Foto : Bedu Tri Nugroho - YP; Air Enggan Menetes
Kebutuhan akan air bersih saat ini semakin meningkat, sementara sumber air semakin berkurang akibat semakin menurunnya jumlah sumber daya alam berupa hutan. Hari semakin hari keberadaan hutan dan biodiversity (keanekaragaman hayati) terkikis. Pembukaan hutan secara besar-besaran oleh perusahaan untuk perkebunan sawit, pertambangan, illegal logging dan kebutuhan areal akan pembangunan berdampak pada sumber air. Hal ini tentunya membuat masyarakat semakin resah dengan keadaan.
Salah
satu dampak dari hal tersebut adalah berkurangnya pasokan air bersih untuk
mandi cuci kakus (MCK) masyarakat. Saat ini, Kabupaten Ketapang kebutuhan air
bersih sangatlah besar, sementara ketersediaan air bersih sangat sedikit.
Sehingga membuat masyarakat merasa resah. Seperti misalnya masyarakat yang
tinggal di sekitar tepian Sungai Pawan, mereka terpaksa harus menyedot air
sungai untuk kebutuhan sehari-hari seperti mencuci, mandi dan konsumsi
masyarakat, mereka harus rela mengeluarkan uang sebesar Rp 8000 rupiah untuk
satu galon air bersih setiap 4 hari sekali.
Kabupaten Kayong Utara, tidak kalah hebatnya terkait kekurangan air bersih, walaupun di
daerah ini terhitung masih banyak hutan yang ada, tetapi
untuk daerah-daerah tertentu masyarakat sangat sulit untuk
memperoleh air bersih. Seperti
di daerah Teluk Batang, masyarakat harus mengeluarkan uang Rp 3000 - Rp 5000
untuk mandi di pemandian umum. Sedangkan di
daerah Melano, Kecamatan Simpang Hilir, masyarakat mau
tidak mau mandi dengan menggunakan air asin. Tragis memang, tapi beginilah
kenyataannya, masyarakat resah dengan kondisi seperti ini. Bila musim hujan tiba,
masyarakat bisa terbantu. Namun saat kemarau tiba, masyarakat harus terpaksa
menggunakan air asin dan jika ingin menggunakan air bersih harus mengeluarkan
uang tambahan.
Keadaan yang seperti ini apakah akan terus terjadi dan akan semakin parah?. Harapan dari masyarakat tentunya membutuhkan perhatian dari semua pihak
terkait, terutama pemerintah.
Sehingga tidak heran, ada masyarakat yang bergumam “ke mana pemimpin daerah saat ini?”.
Bayangkan saja,
bila saat ini hingga
10-20 tahun yang akan datang, jika keadaan semakin memburuk, kemungkinan besar daerah
ini akan benar-benar dilanda dengan musibah kekurangan air bersih di tengah tengah kelimpahan sumber air. Apakah harus
menunggu semua yang tidak kita inginkan terjadi dulu baru semuanya akan
sadar?. Apakah keadaan
terus terjadi berlarut-larut-larut atau ada gerak langkah cepat?. Sebagai langkah bijak, ada baiknya bila penanganan segera dilakukan. Kelimpahan
akan sumber air, sudah
selayaknya di rasakan secara merata untuk semua dan dapat berkelanjutan secara
bersama. (Pit & Bedu – Yayasan Palung)
No comments:
Post a Comment